Reminiscent

44 7 46
                                    

happy reading!

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•


Dira merasa aneh sekaligus senang. Aneh karena Dito yang mendadak ngebet pengen temenan sama Dira, dan senang karena akhirnya dia punya teman.

Tapi...

Bukankah Berteman tidak membutuhkan alasan?

Meskipun waktu pertemanan masih terbilang baru, Dira tak pernah melihat gelagat aneh pada kelakuan Dito sebelumnya. Kecuali hari ini, ada yang aneh dengan Dito. Sejak tadi ia terus melamun. Di tengah pelajaran pun, Bu Mara sempat menegur Dito yang tak fokus pada pelajarannya.

"Dito."
Panggil Dira yang berhasil menarik kesadaran Dito dari alamnya. Itu ia lakukan karena bosan melihat Dito yang sedari tadi tak kunjung menyentuh mi ayam pesanannya. Dito mengerjapkan matanya.

"Hah, Apa Pah?"

"Ini Dira, bukan papah." Ketus Dira dingin. dia ini kenapa sih?

"Sorry." Ucap Dito sambil menggaruk leher belakangnya yang tak gatal.

"Dimakan." Titah Dira.

"Ga selera." Bilangnya ga selera tapi detik berikutnya dia menunduk dan nyumpit mi dalam mangkuk dan mengarahkan ke mulut.

Kantin sekolah. Disinilah mereka sekarang berada. Ramai? Tentu saja karena ini jam istirahat. Sejak memasuki kantin, ia menjadi pusat perhatian karena berjalan beriringan dengan seorang Ardito Seviano. Fix, mulai saat ini kehidupan tenangnya mulai terganggu karena keberadaan cowok hobi melamun di hadapannya. Ia mulai jengah karena terdengar bisikan-bisikan jahat tentang dirinya. Jujur saja ia ingin segera pergi dari tempat ini karena tiba-tiba nafsu makannya menghilang. Namun meninggalkan Dito yang tengah kalut dalam pikirannya di kantin sendirian bukanlah hal yang benar. Padahal ia tahu, Dito tidak mungkin akan sendirian jika ia tinggal. Fansnya kan banyak.

Ponsel Dito berdering tanda adanya panggilan masuk. Dito melirik sekilas nama yang tercantum di layar ponsel lalu kembali fokus memakan mi ayamnya. Tak menghiraukan. bahkan dia mereject panggilan itu.

Sedikit namun pasti, Dira melirik sebentar nama yang terpampang di layar, ASA. Hah?

Ada yang aneh disini, Dira tak pernah melihat Dito menolak panggilan masuk berkali-kali, jika ada panggilan masuk lebih dari satu kali bukankah itu tanda bahwa hal yang ingin dibicarakan sangat penting?

Dalam diamnya, Dira menyadari dua hal hari ini.

1. Dito melamun dan ketika latah dipanggil Dira, ia tak sengaja mengucapkan kata pah. Papah? So, Dito sepertinya sedang ada masalah dengan ayahnya/ orang tuanya.

2. Dito mengabaikan panggilan yang masuk dalam ponselnya. Nama tertera di layar sebagai pemilik nomor adalah ASA. Siapa ASA? Apa hubungannya dengan Dito? Mengapa Si ASA ini menelepon Dito berulang kali? Mungkin, dia pacarnya Dito?

Arghh...

Apa-apaan ini?

Otaknya hampir meledak hanya karena pertanyaan yang dia simpulkan sendiri. Dito tak mau membagi masalahnya dengan Dira. Padahal gunanya teman kan bisa dijadikan curhat masalah yang dihadapi.

Kenapa dirinya sepeduli itu kepada Dito yang hanya berstatus teman?

Oke, Fokus. Peduli itu wajar. Yang nggak wajar itu terlalu peduli tapi malah dibalas dengan diabaikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Trip To Your Memory Lane [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang