Berhenti Sejenak

299 10 0
                                    

Sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang anak perempuan sedang dalam perjalanan menuju kebun stoberi atas permintaan anak perempuan mereka. Sang Ayah adalah seorang karyawan perusahaan yang lumayan sibuk bahkan ketika menyetir mobil seperti sekarang ini, ia masih sempat-sempatnya menerima telepon dari perusahaannya. Sang Ibu dan anak perempuan itu sibuk melihat keluar jendela saat mereka mulai memasuki hutan dan jalan yang lebih menanjak tanda mereka memasuki kawasan pegunungan sedangkan Sang Ayah hanya fokus ke jalanan.
Si Anak yang melihat Sang Ayah tidak ikut melihat keluar jendela seperti ia dan Ibunya berkata, "Ayah, boleh tidak kita berhenti sebentar di sini?"
Sang Ayah mengerutkan alisnya mendengar permintaan anaknya tersebut. "Nak, kita baru setengah jalan, jangan minta yang aneh-aneh."
Si Anak kemudian diam dan duduk kembali di kursi mobil dengan wajah sedih. Sang Ibu yang melihat hal tersebut, berkata pada suaminya sambil tersenyum, "Sayang, kita masih punya waktu, tidak apa-apa kita berhenti sejenak saja."
"Tapi nanti kita akan terlalu malam pulang, Ma." protes Sang Ayah.
Sang Ibu kembali berkata, "Sekali-sekali tidak apa-apa kita berhenti sejenak meskipun kita jadi pulang agak malam, Pa."
Sang Ayah menghela napas dan mengesampingkan mobilnya. Mereka bertiga keluar dari mobil dan menghirup udara segar pegunungan. Si Anak sangat gembira meskipun mereka belum sampai di kebun stroberi, tertawa-tawa, dan berkeliling melihat di sekitar sana.

"Pa, jangan memaksakan diri sampai terlalu sibuk. Sekali-sekali berhentilah dan lihat apa yang telah kamu capai. Lihatlah anak kita, ia tumbuh menjadi gadis cilik yang cantik dan pandai. Kita tidak berkekurangan dan kebutuhan kita selalu tercukupi. Saya sangat bersyukur untuk hal itu. Jadi, berhentilah sejenak dan mari kita rayakan hal itu." Kata Sang Ibu tersenyum.

Sang Ayah baru menyadari ia tidak pernah menghargai apa yang telah ia capai, tidak pernah memuji dirinya, bahkan terus menambah stres untuk dirinya sendiri. Melihat wajah istrinya yang lembut, dipeluklah istrinya. Si Anak yang kebetulan melihat hal tersebut berlari ke arah mereka dan berteriak, "Aku juga mau dipeluk!". Mereka bertiga tertawa dengan bahagia.

Kita tidak bisa terus berjalan ataupun terus melakukan apa pun. Kadang kita harus berhenti sejenak dan melihat ke belakang untuk menghargai apa yang telah kita lewati namun sekaligus melihat ke depan untuk membangkitkan kembali gairah kita dengan apa yang mungkin akan kita alami. Selama ini, kita mungkin bersikap seperti seorang pengendara mobil yang terlalu sibuk menyetir sehingga jarang menghargai pemandangan kehidupan yang telah kita lalui. Sekali-kali pujilah diri anda, rayakanlah keberhasilan diri anda hingga sekarang ini, traktir diri anda dengan makanan enak, pergi ke salon dan rawatlah diri anda, itu semua bentuk penghargaan untuk diri Anda!

Motivation storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang