Luka

49 15 0
                                    

"Maaf Lina, ibu ku sakit dari kemarin, dan aku juga sibuk engga sempet balesin chat dan jawab telpon dari kamu."
ucap Donny di telpon dengan nada rendah.
"Maaf ya. udah dulu Lin."

Tuuut

Donny mematikan telponnya sepihak. Dan dia hanya bilang begitu, bahkan setelah aku menelponnya berkali-kali tak dia angkat, mengirimi nya pesan tak ia balas dan sekarang saat dia mengangkat telpon dariku, dia hanya bilang begitu, setelahnya langsung mematikan telpon begitu saja.

Lagi-lagi aku memakluminya, ibunya sakit jadi wajar jika dia mengabaikanku, aku memaklumi.
Malahan di sini aku yang merasa bersalah padanya karena terus mengganggunya bahkan disaat dia sedang merawat ibunya yang sakit.

~~~

Perasaan bersalah terus menyelimutiku, dan saat sore hari aku memutuskan untuk berkunjung kerumahnya Dony, untuk memiinta maaf dan sekalian menjenguk ibunya yang tengah sakit.

Saat sore berkisar pukul 16.00 aku kesana sendirian mengendarai sepeda motor, dan di tengah perjalanan aku membeli beberapa bingkisan untuk ibu Donny.

Perjalanan yang 'ku tempuh berkisah tiga puluh menitan dari rumah, dan aku juga sudah tahu rumah Dony.

Sampai disana

'ting tong'

Aku menekan bel pintu rumah Donny.

Dan yang keluar membukakan pintu, itu adalah ibunya, bahkan beliau tampak sehat-sehat saja, aku memikirkan banyak hal saat itu juga ...

***

"Permisi Ibuu, apa kabar?" salamku pada ibu Donny.

"Alhamdulillah Ibu sehat, kamu temen sekolahnya Dony ya?" Jawab ibunya dan mempersilahkan aku masuk

"Kamu temen sekolahnya donny ya." kata itu terus memutar dikepalaku. orangtuaku tahu Dony adalah kekasihku, karena hampir setiap hari aku bercerita tentang Dony kepada mereka saat di rumah.

Sedang Donny, dia seolah tak pernah menceritakan apapun tentangku kepada keluarganya, seolah kata, "Nanti kalo udah siap aja aku bawa ke rumah sekalian ngenalin Ibu aku ke calon menantunya." seolah kata itu yang dia bilang dulu adalah kebohongan.

Dan tapii lagi-lagi aku memakluminya, mungkin karena memang semua lelaki begini, tertutup kepada keluarganya apalagi soal asmara, dan soal Donny yang bohong soal ibunya yang tengah sakit juga, aku mau memaafkannya, dan aku saat ini hanya ingin segera bertemu dia dan mendengarkan banyak penjelasan darinya,
'kepalaku sudah penuh akan banyak tanda tanya.'

Saat sudah masuk di ruang tamu,

"Ibu ini ada bingkisan dari aku buat Ibu." tanganku memberikan bingkisan yang tadi 'ku beli di perjalalan kepada ibu Dony.

"Duuh Neng! Engga usah repot-repot." jawab ibu Donny.

"Engga apa-apa 'Bu, engga ngerepotin kok." Sambungku dengan senyum tipis walaupun hatiku sudah bergejolak ingin bertemu Donny.

Banyak hal yang ingin kubicarakan dengan donny saat ini..

"Makasih ya,, Neng." ucap ibu Dony menerima bingkisan dariku.


"Tunggu sebentar Neng! Ibu panggilin Dony dulu di belakang, ini kamu minum dulu ya engga usah sungkan!"
Sambung ibu Donny memberiku minum dan bergegas ke belakang untuk memanggilkan Dony,

Aku hanya menunggu dengan sabar dan setelah lima menit berlalu ibu Dony datang lagi menghampiri.

"Aduuuh Neng. Donny nya engga ada di belakang, di kamar nya juga engga ada."
Ibu Dony menjelaskan bahwa Dony sedan tidak ada di rumah, dengan nada pelan dan seolah merasa bersalah. Tapi aku tak menghiraukannya, tujuan ku ke sini untuk bertemu Dony.

Tak Lagi Bersama [Complete!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang