3. WILL NEVER GIVE MY HEART TO ANYONE (END)

5 1 0
                                    


Dia tersenyum, mengelus rambutku lembut dan mengecup keningku. Gerakannya terasa lembut namun aku malah merasa semakin ketakutan.

....

Dia memintaku untuk membuka bajuku sendiri tapi aku memeluk tubuhku dengan erat.

Tanpa basa basi dia mencengkram dressku kemudian merobekknya dengan sangat kasar.

Aku semakin histeris dia tetap tak mau menghentikan perbuatannya.

Karena aku yang terus menerus memohon dan menjerit dia mencoba mengentikanku dengan cara terus memukuli wajahku.

Aku berhenti menjerit dan memohon karena rasa sakit yang amat terasa.

Setelah merobek dressku dengan mudah kini dia dengan mudah pula membuka pakaian dalamku hingga aku telanjang bulat.

Dia mencengkram tanganku yang terus mencoba untuk mengentikannya sampai tanganku terasa sangat sakit.

Pada saat aku melihatnya dia ternyata sudah telanjang bulat sama sepertiku, aku bahkan tak tau kapan dia melepaskan celananya.

Aku menekuk kakiku dan merapatkannya. Tapi karena tubuhku yang sudah sangat sakit karena pukulan dan tendangan Clive, tenagaku tak cukup untuk menghentikannya.

Dia membuka kedua kakiku dengan sangat mudah. Lalu dia menempatkan dirinya diantara kedua pahaku.

Aku menangis terisak isak ketika aku merasakan ada sesuatu yang terasa tumpul menempel di intiku.

Aku tidak terlalu polos, aku tau apa itu, dan aku merasa sangat ketakutan.

Aku tak bisa bergerak lagi ketika Clive menahan pinggulku dengan kedua tangannya. Dia menggesek gesekkan miliknya ke milikku. Lalu dia mendorong miliknya ke intiku.

Tubuh atasku menggeliat dan tanganku mencengkram erat kedua tangannya yang masih ada dipinggulku.

Dia terus mendorong miliknya kedalam. Sakit sekali. Aku mencoba memberontak lagi. Dan karena pemberontakkanku dia menjadi sangat kasar padaku.

Kesal dengan aku yang terus melawannya dia akhirnya memasukkan miliknya dengan satu dorongan yang membuatku menjerit kesakitan.

"jika saja kau bisa diam dan menjadi gadis yang penurut, maka aku akan bersikap lembut kepadamu"

Dia bahkan tidak berdiam diri terlebih dahulu. Setelah memasukkan dengan sangat kasar dia langsung menggerakkan pinggulnya maju mundur tanpa mempedulikanku.

Aku tak bisa merasakan bagian tubuhku yang lain, satu satunya yang dapat kurasakan adalah hanya rasa sakit dibagian intiku.

Hari itu dia terus menyiksa dan memakaiku selayaknya boneka seks yang hanya digunakan untuk memuaskannya.

Dari siang hari dimana kejadian itu pertama kali dimulai sampai dini hari tiba. Dia tak kekurangan akal untuk membuatku menderita.

Dia bahkan tidak memulangkanku. Pada saat orangtuaku menelpon pun dia yang mengangkat telepon dari HP ku dan menjawabnya dengan santai.

Hingga entah bagaimana orang tuaku tak curiga sedikitpun. Mungkin itu karena mereka telah mempercayakanku pada Clive.

Bukan hanya satu hari, namun aku menginap di apartemennya selama dua minggu dan selama dua minggu itu pula aku tak pernah bisa tenang. Aku terus diliputi ketakutan.

Memang benar dia merawatku hingga luka yang ada ditubuhku menjadi samar namun tetap saja dia selalu membuat luka baru ditubuhku.

Setelah dua minggu yang terasa seperti neraka. Clive mengantarku pulang tetapi bukan kerumah, melainkan ke apartemen pribadiku yang ukurannya lebih kecil dari pada apartemen Clive.

Setelah aku sampai di kamar apartemenku, aku hanya ingin tidur tapi sepertinya aku masih belum bisa tenang sepenuhnya karena dia malah ikut masuk kedalam. Dia mendudukkan dirinya sendiri dikasurku dan mengatakan dengan nada cuek "telepon orangtuamu"

Aku menurutinya tanpa pertanyaan. Karena terakhir kalinya aku mempertanyakan sekecil apapun tindakannya dia akan menjadi sangat brutal kepadaku.

Dering telepon masih menyambungkan namun orangtuaku sepertinya masih tertidur karena ini sudah hampir jam satu dini hari.

"bilang pada mereka kalau kau tidak mau diganggu dan kau juga tidak mau pulang kerumah orangtuamu terlebih dahulu." Setelah mengatakan itu dia merebahkan dirinya dikasurku dengan kakinya yang masih menempel dilantai.

"ibu..." mendengar nada suaraku yang bergetar dan sebentar lagi akan menangis, clive langsung bangkit dari tidurnya dan memelukku dari belakang.

Aku tau ini bukanlah pelukan sayang melainkan pelukan penuh dengan ancaman. Mau tak mau, bisa tak bisa, aku harus menahan tangisanku sekuat tenaga.

Aku mengatakan sesuai dengan apa yang Clive perintahkan padaku. Setelahnya telepon mati aku hanya terdiam karena Clive tidak melepaskan pelukannya padaku.

Aku sangat ingin menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi aku takut. Jadi aku hanya diam saja dan menurutinya layaknya boneka.

Dia membawaku ketempat tidurku dan kali ini aku tak melawan jadi dia memperlakukan ku dengan lembut.

Setelah itu kami tertidur dan pagi pagi sekali Clive pergi tanpa membangunkanku mungkin karena aku tertidur dengan sangat lelap.

Aku bangkit dari tempat tidur dengan keadaan telanjang dan langsung menuju kekamar mandi. Aku menghabiskan waktu dikamar mandi dengan segala emosi yang bercampur aduk.

Setelah itu Clive tak pernah kembali padaku, dia bahkan tak meninggalkan pesan apapun padaku.

Yang ku tau hanyalah berita yang disampaikan orang tuaku padaku.

Bahwa Clive memutus hubungan pertunangan kami. Dan dia akan menikah dengan gadis lain dan tinggal diluar negeri.

Apa yang bisa kulakukan?

Kali ini aku hanya diam, aku sama sekali tak berniat untuk memperjuangkan hubungan ini.

Orang tuaku terus bertanya padaku apa yang terjadi padaku dan Clive. Namun aku hanya mengatakan bahwa kami tak lagi sejalan. Orang tuaku akhirnya menyerah dan membiarkan aku melakukan apa yang kuinginkan.

Mulai saat ini kegiatanku berubah total. Aku menjadi sangat pasif dan tertutup. Aku jarang keluar apartemenku dan aku juga jarang sekali mengunjungi orangtuaku. Aku pun juga melarang orangtuaku untuk mengunjungiku terlalu sering.

Tak ada yang tau bahwa aku mengalami depresi dan trauma berat karena perlakuan Clive padaku. Aku duduk meringkuk diatas tempat tidurku dan bergumam "aku takkan memberikan hatiku kepada siapapun".


END


wait for the other story

THE STORIESWhere stories live. Discover now