"hana!"
"hana!!"
"emm... iya... sebentar, aku sangat mengantuk ibu..."
"HAH?! SIAPA YANG KAU PANGGIL IBU?!"
"HZZzzzZZ..."
"ish. Hana bangunlah. Anak anak yang lain sudah pulang sedari tadi!"
"EH?! Benarkah???" hana langsung terbangun.
"tidur saja terus! Kalau saja tidak ada aku, kau pasti akan menginap disekolah ini" ujar gadis berparas cantik itu.
Hana menoleh ke arah Karen, gadis cantik yang anehnya mau berteman dengannya "eh, terimakasih karena telah membangunkan aku, Karen"
"iya iya, aku mau pulang dulu. Sudah hampir sore. Sebelum kau keluar dari kelas ini cepat ingkirkan dulu wajah bantalmu itu"
"i-iya terimakasih"
Karen yang sudah menghilang dibalik pintu kelas tiba tiba muncul lagi lalu mengatakan.
"oh iya, lain kali jangan memanggilku dengan sebutan ibu. Aku tau kau sedang mengigau, tapi setidaknya jangan panggil orang lain dengan sebutan ibu dalam tidurmu. Terutama itu aku"
"ba-baiklah, maafkan aku"
Ketika suara langkah kaki Karen terdengan semakin menjauh. Di saat itulah Hana menghela nafasnya. Lalu ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Fyuh! Aku harus segera pulang" gumam hana.
...keesokan Harinya...
Seperti biasanya pada saat jam pelajaran berlangsung, guru pengajar pasti akan memberikan berapa pertanyaan untuk para murid. Dan seperti biasa pula, murid yang paling aktif di kelasku adalah Karen. Sedangkan aku adalah murid yang paling Pasif dikelas.
Hana dan Karen bagaikan air dan minyak. Benar benar dua kepribadian yang sangat berbeda. Mereka memang tak bisa menyatu, namun setidaknya mereka masih bisa berdampingan.
Tiap jam pelajaran tiba. Murid yang selalu menjadi sorotan adalah Karen, tentu saja karena kecerdasannya. Sedangkan saat jam istirahat tiba. Karen akan selalu menjadi sorotan murid murid lainnta, terutama murid laki laki baik itu satu angkatan maupun juniornya.
Bahkan hana selalu berpikir bahwa, mungkin saja tak ada satupun orang disekolah ini yang tidak mengenal Karen.
Bahkan guru dan teman teman Karen sebagai 'Bintang Sekolah'.
Beberapa orang bisa saja menganggapnya berlebihan. Tapi tidak bagi Hana. Bagi hana semuanya masuk akal.
Karen memiliki semuanya seperti uang, ketenaran, kecantikan, kecerdasan, keluarga yang utuh dan sangat harmonis, tak lupa pula teman teman yang selalu saja mengelilinginya.
Benar benar tak seperti Hana yang terkesan terlalu biasa saja. Hana tak begitu cantik, tak begitu pintar, tak begitu kaya, sangat tidak populer, dan keberanian Hana hanya secuil.
Meski keluarga hana masih utuh dan biasa saja selayaknya keluarga pada umumnya. Namun, Hana selalu saja merasa minder dan tersisihkan jika ia bersama dengan Karen.
Karen yang dipenuhi kesempurnaan terkadang membuat Hana sangat iri.
"satu saja..." gumam hana sangat pelan.
Hana memang sangatlah penakut, hana bahkan selalu bergumam untuk menghindari sesuatu yang tak ia inginkan.
Ya 'satu saja...' tidak perlu semuanya. Hana hanya ingin salah satu dari kesempurnaan Karen.
Hana bisa saja mendapatkan salah satu kesempurnaan Karen. Menjadi cerdas contohnya. Jika saja hana mau terus belajar. Namun, hana adalah orang yang sangat pesimis.
Belum berusaha dan mencoba tetapi sudah menyerah terlebih dahulu.
Bodoh bukan?
Tapi memang seperti itulah hana.
"aku ingin menjadi dirimu."
"mungkin akan sangat menyenangkan..." lanjut hana masih dengan gumaman pelannya.
Tatapannya yang tadinya sayu, kini kian menajam. Tatapan matanya tak pernah terlepas dari Karen yang sedang tertawa bahagia bersama teman temannya.
Hana menundukkan kepalanya hingga wajahnya tertutupi oleh poninya. Dan...
Seringai yang cukup menyeramkan terbit dibibir Hana.
END
Dibuat 27maret 2020

YOU ARE READING
THE STORIES
De TodoTHE STORIES A Story by DIVEYOSKI "DIFFERENT STORIES DIFFERENT EXPERIENCES" tidak berisi cerita bersambung. berbeda judul maka berbeda cerita pula Menulis hanya untuk mengisi waktu luang