5. Selebrasi Untuk Abrit Dari Alvary

518 80 7
                                    

Hari kelima, mahasiswa-mahasiswa Paramadirga semakin giat melakukan observasi demi melengkapi semua tugas kuliah lapangan periode itu. Sama seperti tim observasi satwa liar: Lanang, Alvary, dan Abrit. Ketiga pemuda itu kini agak melebarkan peta wilayah penelitian. Tentunya tetap ditemani sang ranger, Pak Antonius.

"Hei, kalau misal salah satu dari kita ada yang digigit komodo, lo bakalan ngelakuin apa buat nolong?" Lanang berbisik di sela konsentrasi mereka mengawasi sepasang komodo yang sedang kawin di sudut sebuah savana.

"Tergantung, Nang. Kalau komodonya semeter dua meter mungkin gue masih berani nolongin. Tapi kalau komodonya udah tiga meteran kayak yang lagi kawin itu, gue lari aja kayaknya," jawab Abrit sambil terkekeh.

"Lo gimana, Alv?" Kali ini Lanang menoleh ke arah Alvary.

"Kalau komodonya gigit lo, gue tolongin. Tapi kalau si Bencong yang digigit, gue selebrasi!" jawab Alvary sambil terus merekam ke arah Lanang dan Abrit.

Lanang memutar bola matanya. Dia lupa, bukan hanya komodo yang serupa hewan purba, Alvary juga. Kepala batu!

Setelah selesai, mereka kembali ke mes untuk meneliti komodo-komodo kecil yang sering berkeliaran di dekat loket. Namun ketika memasuki rute trekking jalur medium, mereka mendengar suara lengkingan hewan yang begitu keras.

Pak Antonius segera memberi aba-aba untuk diam. Pelan-pelan mereka mencari sumber suara. Lalu menemukan seekor kerbau besar tumbang dengan salah satu kaki dicabik-cabik oleh komodo. Abrit meringis ngilu. Sementara Alvary malah tersenyum. Ia mengeluarkan sesuatu dari tas, sebuah action camera.

"Mau ngapain lo?" Lanang berbisik saat Alvary berusaha mendekat dan meletakkan kamera dan tripodnya di bawah pohon berjarak 2 meter dari posisi pembantaian.

"Gue mau bikin video epic!" Alvary terkekeh. Lalu pergi dengan pongah.

Ranger From The East✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang