〰The Tama's (2) - 11〰

325 60 21
                                    


◌◌◌





SIDNEY.

"Yaudah, yuk jalan sekarang.. Gak enak ah masa iya kita telat" Bian menarik tangan gue untuk jalan bersama ke arah garasi.

"Ohiya, Sheyn lo gak turun-turun, koko tinggal lo naik grab ke restoran ko Renaldy!" Di pertengahan jalan dia berhenti, teringat bila Sheyna belum juga turun.

"Sepatu buat dinner gue ketinggalan ko di Jakarta" teriak Sheyna dari atas.

"Pake yang ada dulu lah Sheyn, astaga kita udah telat ini! Lo kebiasaan banget sih??! Tau gini lo sama mami aja gak usah ikut koko!" ujar Bian resah dan agak keras.
Sembari kembali memeriksa waktu di jam tangan mahalnya.

"Mau pake punya aku dulu gak Sheyn? Ada yang cocok sama dress kamu kok Sheyn" gue ikutan teriak menawarkan ke Sheyna.

Eh, anaknya udah turun dari tangga.

"Gak usah kak, makasih make yang ini aja.." dia memamerkan sepatu keds putih di tangan kirinya ke gue.

"Daripada nanti kena omel lagi, ogah! Gapapa gue keliatan jelek make keds di dress cakep gini, gapapa udah!"

Lanjutnya sambil berusaha memasang anting-anting dengan tangan kanannya juga, lalu melewati gue dan Bian dengan wajah cemberut kemudian masuk kedalam mobil, membanting pintu mobil dengan keras.

"Ck!
Tau gitu gue tinggal aja tuh bocah di Jakarta!"

"Udah ah, gak baik mau ada acara malah emosi.
Yaudah ayok masuk ke mobil."
Gue yang paling nervous malah menenangkan kakak-beradik yang mirip Tom&Jerry ini.

Akhirnya kami bertiga dengan pak Nyoman sang sopir pun berangkat menuju Nusa Dua.

•••


Tibalah kami di sebuah restoran modern minimalis namun masih tersentuh dengan gaya tradisional Bali di beberapa sudut yang terlihat terbagi menjadi 3 bagian, indoor, outdoor dan private yang berada di lantai dua.

Sesaat masuk kedalam restoran,semua pegawai langsung menyambut dan menyapa kami bertiga dengan super ramah, bahkan beberapa ada yang sampai membungkuk, membuat gue kikuk dan makin nervous.

Seorang Manager yang menyambut di awal tadi kemudian mengarahkan kami bertiga ke lantai dua untuk menuju ke ruang makan, bahkan di dalam perjalanan menuju ruang makan sudah ada beberapa karangan bunga yang cukup kecil dan simpel yang dikirim dari beberapa pejabat ataupun menteri-menteri juga beberapa selebriti yang mengucapkan selamat untuk kakaknya si Bian karena sisa-sisa karangan bunga yang besar sudah di letakan di venue acara.

Seolah mengingatkan gue bahwa keluarga ini bukan keluarga biasa-biasa saja dan gue benar-benar harus bisa maksimal malam ini juga.

Ruangan di ujung dengan pintu mahogany hitam besar pun semakin nyata oleh gue, gue meremas telapak tangan gue sendiri yang penuh keringat ini, kemudian diraih oleh Bian, dia menggenggam lalu mengelus dengan jempolnya punggung telapak tangan gue.

Ruangan di ujung dengan pintu mahogany hitam besar pun semakin nyata oleh gue, gue meremas telapak tangan gue sendiri yang penuh keringat ini, kemudian diraih oleh Bian, dia menggenggam lalu mengelus dengan jempolnya punggung telapak tangan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Emergency GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang