〰 Cabe Fuyunghai - 09 〰

368 60 72
                                    

◌◌◌





BIAN.



Flight kami bertiga ke Bali nanti jam 4 sore memakai pesawat pribadi milik mami, karena pesawat milik ko Sammy dan milik gue di pakai juga untuk memberangkatkan keluarga yang lainnya.

Gue sengaja meminta berangkat jam segitu karena sekarang jam 5 subuh pun gue belum tidur sama sekali dari semalam, bahkan gue enggak tidur di dalam kamar gue sendiri,melainkan di sofa ruang gym gue.

Setelah gue mencium Sidney kemarin, kami beragumen cukup keras dan lama.

Bahkan Sidney yang marah hampir menampar gue, lalu berakibat sepanjang hari kita berdua diam-diam'an hingga Sheyna dan bi Isah bingung melihat gue dan Sidney yang berjauhan bagai orang asing.

Teringat lagi bagaimana dia mengatakan bahwa gue seorang pembohong yang tidak profesional, even gue yang "menyewa" dan "membayar" dia tapi benar juga apa yang dikatakan oleh Sidney, di dalam kontrak yang sudah kita berdua sepakatipun tidak memperbolehkan kegiatan fisik yang berlebihan kecuali peluk dan cium pipi yang memang termasuk dalam rencana kami berdua dan sudah sama-sama kami sepakati.

Gue masih terdiam, kemudian tiba-tiba otak gue kembali memiliki banyak pertanyaan tentang dia dan bundanya, kenapa disaat dia akan pergi seminggu malah memutuskan untuk menghentikan segala macam pengobatan yang cukup penting untuk kelangsungan hidup bunda nya?!

Bukankah di awal Reza bilang dia kesulitan ekonomi juga untuk membiayai segala kebutuhan bunda dan surat-surat yang harus di urus? Walaupun dia meng-klaim bila wanita itu bukan bunda kandungnya, tapi kan.. Tetap saja, dia memanggilnya bunda dan pasti ada sejarah di balik dia bisa memanggil bunda dan mereka pernah punya hubungan yang sangat dekat!

Aaahh!!

Tapi lagi-lagi gue tersadar bila harus tau batasan gue.
Gue dan Sidney sedang bekerja, harus profesional. Dan gak seharusnya gue mengikut campur urusannya dia, walaupun gue benar-benar penasaran dengan latar belakangnya.

Gue merubah posisi dari rebahan menjadi duduk, mengusak kasar kepala gue dan sedikit menyesali apa yang gue lakukan kemarin.

Karena jujur, gue agak out control kemarin saat mencium Sidney.



Naif??!




Gue harap iya, karena gue ngeri semisalnya ada satu perasaan lain yang tumbuh dari gue ke Sidney.


Sial!
Pikiran gila macam apa ini??

Dengan cepat gue mengambil handphone dan menelefon Malla, gue ingin di tenangkan oleh Malla saat ini juga.

Namun,Nihil!

Malla tidak mengangkat panggilan telefon gue, karena ya.. Ini masih subuh, dia pasti masih tertidur.

Tapi demi Tuhan gue sangat-sangat butuh malla saat ini juga, gue butuh mendengar suaranya untuk menenangkan gue.

Gue...


Merasa ada di persimpangan.

••




Gue keluar dari ruang Gym, berniat pergi ke kursi anyaman bambu yang terletak di samping kolam renang untuk membaca renungan pagi yang selalu di kirim oleh pendeta gue dan sekalian biasanya gue akan lanjut berjemur atau berenang pagi.

Namun, baru saja gue akan menggeser pintu kaca di depan gue gue melihat Sidney duduk tepat di kursi bambu gue tersebut, dia duduk berselimutkan selimut tebal hitam milik gue sambil bengong menatap ke arah kolam.

Emergency GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang