6 | Rasa

640 118 13
                                    

"Ne, Soraru-san. Mau menceritakan tentang dirimu?"

"Ha?"

"Soal kehidupan mu tentunya, Soraru-san. Nanti aku ceritakan kisah ku deh~"

Soraru tersenyum. "Oke."

Mata [name] membulat melihat senyum Soraru yang menurutnya manis. [Name] pun ikut tersenyum. "Aku belum mengantuk, ayo kita duduk di balkon sebelum tidur. Tunggu..."

[Name] merasa aneh. "Ini pukul berapa? Bukankah tadi kita berangkat pagi pagi ya?"

Soraru mengusap tengkuknya. "Yah soal itu... Waktu di dunia vampir berbeda dengan manusia. Sekarang sudah malam disini, tapi di dunia mu pasti masih siang."

[Name] mengangguk paham. "Jadi begitu, ya. Ah, Soraru-san~ ceritakan kisahmu!"

Soraru tidak menjawab dan berjalan ke balkon dan duduk di pinggiran balkon tersebut. "Kau mau aku cerita apa?"

"Hnn.. apa ya? Ah! Ceritakan masa kecilmu dengan Mafu-san dan kawan kawan!"

Wajah Soraru memerah. "B... Baiklah... Aku dan Mafu adalah sahabat dari kecil. Orang tua kami berteman juga. Lalu kalau Urata-san, Sakata-san, dan Amatsuki-san... Mereka dulu manusia."

Mata [name] membelalak. "Eh?"

Soraru mengangguk lalu melanjutkan, "Ya, mereka manusia dulu. Urata-san dan Sakata-san adalah anak panti asuhan dekat hutan. Sedangkan Amatsuki-san adalah anak yatim piatu dan bekerja sebagai penggembala domba. Ia sering pergi menggiring domba dombanya ke dekat perbatasan."

Melihat [name] terdiam, Soraru berbicara lagi. "Yah, begitulah. Kami berlima sering bertemu di perbatasan hanya untuk bermain saat malam hari. Aku dan Mafu sudah berjanji akan melindungi mereka apapun yang terjadi. Tapi..."

"Tapi apa?"

Soraru menatap langit sedih. "Tiba-tiba kami di kepung oleh pasukan vampir dari kerajaan lain yang tidak tahu tentang aku dan Mafu yang notabenenya adalah putra mahkota. Aku dan Mafu berhasil selamat. Tapi mereka bertiga sekarat."

"Mafu benar benar tidak bisa merelakan mereka bertiga dan..."

"Mafu-san mengubah mereka menjadi vampir?" Tebak [name].

Soraru mengangguk. "Ya, padahal ia benci dirinya sendiri yang adalah vampir. Begitu juga aku."

[Name] menunduk sedih, kemudian mendongak untuk menatap Soraru. "Ah, sudahlah! Lagipula sepertinya Urata-san, Sakata-san, dan Amatsuki-san tidak memikirkan masa lalu mereka, kan?"

Soraru mengangguk. "Iya, mereka bilang kalau mereka sudah melupakan hal itu dan memulai hidup baru sebagai seorang vampir."

[Name] menghembuskan napas lega.

Tiba-tiba, Soraru menoleh kearah [name] dan mengangkat alisnya. "Kau bilang kau mau menceritakan kisahmu?"

"Ah iya!"

Soraru menatap [name], siap mendengarkan kisahnya.

"Ah, cerita apa ya?" Ucap [name] kemudian menguap pelan.

"Kau mengantuk?" Tanya Soraru. "Tidurlah, aku tidak tidur."

[Name] menggeleng pelan. "Ah tak apa apa, aku belum cerita lho."

Soraru tersenyum tipis menatap gadis dihadapannya itu. Menurut nya, [name] adalah gadis aneh yang entah kenapa... Ia merasa nyaman dengannya.

Padahal menghadapi Mafu yang aneh saja dia suka menyerah.

"Tidurlah, aku tidak mau melihat matamu menghitam." Ucap Soraru sambil menggandeng tangan [name] menuju tempat tidur.

"Ah tapi... Ano..."

Seakan tau jalan pikiran [name], Soraru memutar bola matanya malas. "Tidak tidak, aku tidak akan melakukan hal aneh. Aku akan membaca buku, kau tidur saja."

Mendengar itu, [name] percaya akan kata kata Soraru. Ia yakin kalau ketika Soraru mengatakan hal tersebut, maka ia benar benar menepatinya.

"Baiklah, aku akan tidur." Ucap [name] lalu mulai tertidur.

Melihat [name] yang mencoba tertidur, Soraru menyanyikan sebuah lagu tidur untuknya sambil membaca buku di meja dekat tempat tidur tersebut.

Tak lama kemudian, Soraru dapat merasakan bahwa gadis tersebut sudah tertidur. Dia berjalan ke arah [name] dan mengelus kepalanya lembut. Lalu ia mengecup pelan kening [name] dan tersenyum.

"Selamat tidur, [name]"

***

Hola, saya kembali/run

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola, saya kembali/run

Dahlah gaada note penting, cuma mau bilang maaf gara gara jarang publish cerita//nangis

Dadah, see ya later

- Rin

OUR DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang