Hujan

1.5K 68 17
                                    

"LO GILA YA BANGSAT! ITU PACAR TEMEN LO SENDIRI!!!"

Yena menarik kerah Chaeyeon dan berteriak di depan mukanya, kesal. Chaeyeon menghindari tatapan sahabatnya dan membiarkan Yena, berpikir dia pantas mendapatkannya.

"Inget Chae, sekarang ini ada wanita yang berharap pada diri lo. Butuh kepastian lo, lo mau seriusin dia apa cuma mainin dia doang...tapi lo....fuck Chae! Kalo sampe Yujin tau, gue nggak akan ikut campur." Yena menatap Chaeyeon marah tapi yang bersalah tetap tenang dan datar. Chaeyeon menghela nafas dan mendorong Yena menjauh.

"Lo pikir gue mau, Choi Yena? Lo pikir gue gak tahu wanita yang lo maksud? Lo pikir gue gak tahu konsekuensinya?" Chaeyeon menggertak dan Yena, jujur, agak takut. Karena terakhir kali dia liat Chaeyeon ngamuk waktu SMA, tu orang yang bikin dia marah masuk rumah sakit gegara babak belur dan gegar otak.

"Ka-kalo gitu.......kenapa lo nggak nahan diri?"

"Kalo di posisi gue, diancem bakal nyebarin apa yang Minju sama gue lakuin waktu kuliah, apa lo bakal berani nolak?" Yena terdiam seribu bahasa. Yena dan Hyewon adalah orang yang tahu dulu Minju sama Chaeyeon kayak gimana waktu kuliah. Yang sampe bikin pertemanan mereka hancur terutama hubungan Hyewon dan Chaeyeon, hanya karena Minju.

"Nggak kan? Lo mau gue sama Hyewon musuhan lagi? Lo mau gue jadi dibenci semua orang gara gara nyakitin Eunbi dan buat Chaewon nggak percaya sama gue? Dan.... lo mau liat Yujin sengsara gara gara dia mikir gue udah berkhianat?"

"TERUS SEKARANG GIMANA?! LO JUJUR UDAH BERAPA KALI TIDUR SAMA DIA?!"

"Gue baru satu kali! Semalem pun dia nelpon gue dan batalin kencan gue sama Eunbi, tapi gue gak sampai kesana. Gue cuma muasin dia dan habis itu gue langsung pulang. Please lah, Yen....Lo cuma satu-satunya orang yang tahu ini...bantu gue nutupin dan nyari cara gimana gue bisa lepas dari Minju...."

Yena menatap Chaeyeon iba. Dia tidak marah lagi karena sudah tahu intinya bagaimana. Ia pun mengiyakan permohonan sohibnya dan kembali tenang.

"Gue bakal berusaha bantu lo....yang penting jangan sampai orang lain tahu terutama Yujin."










Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan Eunbi masih berdiri di halte dekat kantornya selama hampir dari satu jam. Ia terus menengok ke arah kiri dan mengintip ke arah jam tangannya. Apalagi malam ini tiba-tiba hujan turun dengan deras. Blazer kerjanya tidak bisa membendung udara dingin malam yang bercampur angin cuaca yang tidak bersahabat.

*BEEP BEEP*

Eunbi menoleh dan melihat mobil hitam yang sangat ia kenal mendekat. Saat mobil tersebut tepat di depannya, kaca mobil diturunkan. Menampilkan Chaeyeon yang tersenyum lebar dan menyuruhnya untuk masuk mobil. Awalnya Eunbi ragu, tapi kalo dia menolak, nanti dia terpaksa menunggu hujan reda dan pulang jalan kaki. Jadi ia memilih masuk ke dalam mobil.

"Kamu baru keluar?" Chaeyeon mengangguk dan menjalankan kembali mobilnya.

"Sesuai janji kemarin. Kita makan malam di restoran langganan ku. Untung kamu belum pulang, jadi nggak batal lagi deh." Chaeyeon menoleh sebentar untuk tersenyum sebelum kembali fokus ke jalanan. Eunbi membalas senyumannya dan melihat pemandangan bangunan-bangunan pencakar langit yang mereka lewati.

Setelah melakukan perjalanan selama 15 menit, mereka sampai di depan sebuah restoran mewah. Chaeyeon sebagai gentle(wo)man membuka pintu untuk Eunbi dan menengadahkan tangannya untuk dipegang. Itulah kenapa Eunbi mulai membuka hati untuk wanita yang lebih muda darinya itu, selalu memperlakukannya spesial.
(Ehem, dia tidak tahu selama ini Chaeyeon ngapain dibelakangnya)

Keduanya memasuki restoran tersebut dan memilih tempat duduk di dekat aquarium besar. Mereka memesan makanan dan menikmati alunan musik yang dimainkan oleh pianis di ujung ruang restoran.

"Kamu suka?" Eunbi menoleh dan mengangguk pelan. Jari-jarinya mengikuti tempo musik.

"Bagus lah."

"Permisi, wine nya nona." Seorang pelayan mengisi gelas mereka dengan anggur merah, yang Eunbi percaya harganya setara dengan gajinya selama satu bulan. Bersamaan dengan perginya pelayan itu, Chaeyeon mengangkat gelasnya untuk bersulang. Eunbi tersenyum dan bersulang, lalu meneguk beberapa mili anggur merah. Benar dugaannya. Rasanya berbeda dengan yang biasa ia minum.

Keduanya tenggelam dalam keheningan yang nyaman selama beberapa menit hingga makanan mereka datang. Sebenarnya dalam hati, Eunbi heran dengan tingkah Chaeyeon yang lebih diam dari biasanya. Biasanya ia memulai percakapan atau hanya berbasa basi.

"Mbak Eunbi....." Eunbi mendongak selagi mengunyah makanannya.

"Iya?"

"Mungkin ini bukan cara yang romantis tapi...." Chaeyeon menghindari mata Eunbi dan meminum anggurnya. Setelah itu menghela nafas dan melanjutkan.








































"Mau nggak.....Mbak Eunbi jadi calon istri aku?"






























Eunbi terkejut bukan main sampai tersedak. Ia langsung meraih segelas air dan meneguknya hingga tersisa setengah. Jantungnya berdetak kencang seolah habis berlari memutari komplek perumahannya. Ia tidak berhalusinasi atau bermimpi kan? Chaeyeon....melamarnya?!

"Aku tahu mbak Eunbi pasti terkejut. Tapi jika Mbak Eunbi butuh waktu untuk pertimbangan, tolong paling lambat besok malam. Saya butuh kepastian." Chaeyeon tersenyum dan meraih kedua tangan Eunbi, mencium keduanya.
.
"Tidak. Lebih baik sekarang saja." Chaeyeon tersentak namun kemudian tersenyum, menyiapkan dirinya untuk mendengarkan jawabannya.

"Iya, Lee Chaeyeon. Aku mau menjadi calon istri kamu."













"Gimana dia bilang iya?"

"Jelaslah. Lee Chaeyeon gitu."

"Sombong amat. Ingat ini masih rencana awal. Semuanya harus tersusun rapi dan kita bakal lumpuhin dia."

"Siap."

"Good. Sekarang step 2 dari Fase 1."

BERONDONG | EunbixChaeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang