****
Aksa mengajak Sena ke markas yang selalu ia kunjungi setiap saat, selama berteman dengan gadis itu. Aksa tidak pernah mengajak Sena ke sini, atas alasan khusus yang sudah tertanam di benaknya. Dan mungkin hari ini adalah keputusan yang tepat, karena Sena sendirilah yang menjawab pertanyaannya.
Markasnya tidak terlalu jauh dari sekolah bahkan Aksa tidak mengendarai motor, cowok tersebut malah mengajak Sena untuk berjalan kaki. Sena yang tidak keberatan dengan hal tersebut ia langsung menggandeng tangan Aksa.
Gadis itu terpaku di tempat, jika di lihat dari luar markas tersebut terlihat seperti warung biasa tetapi jika masuk ke dalam sepertinya berbeda.
"Ini markasnya?" Tanya Sena sambil mengacungkan tangannya ke sebuah banner besar yang terpampang jelas di tembok samping warung tersebut.
CHARDAGOZ-ANG 25 banner berukuran sedang dengan warna hitam dipadukan warna emas terlihat lebih elegan pada tulisan, serta terdapat dua gambar kepala singa yang menunjukkan taringnya di atas tulisan tersebut.
"Hoi, lihat kiw siapa yang dateng nih."
"Aishh cewek baru bang?"
"Asikkk ada cewek cantik, boleh lah kita main bareng."
semua timpalan tertuju pada Sena dan Aksa, semua orang yang berada di markas tersebut melihat ke arahnya dengan pandangan bingung. Sena hanya membalas ucapan teman-teman Aksa dengan senyuman.
"Berisik lo pada." Balas Aksa,mengajak Sena duduk di bawah pohon rindang yang sudah disediakan tempat duduk.
Sena melirik pandangan ke semua penjuru, terdapat lima cowok yang sedang bermain sebuah permainan tradisional yaitu congklak dan semuanya memakai seragam yang berbeda meskipun ada dua orang yang memakai pakaian yang sama. Pertanyaannya sekarang adalah, tempat apakah ini?
"Jiah, sombong bat lo mentang-mentang punya cewek." timpal salah satu cowok yang memakai seragam abu-abu bercorak biru sambil menyeruput es teh.
"Sa, ini mau ngapain?" tanya Sena terlihat tidak nyaman.
"Bentar Sen, gue mau ambil jaket gue dulu."
Sena mengangguk paham, memperlihatkan punggung Aksa yang semakin jauh di pandangannya.
"Sena?"
Sena menoleh ke sumber suara, menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan jika pertanyaan tersebut dilontarkan untuknya.
"Gak inget?Sargas." Pungkas cowok tersebut yang sudah duduk di samping bangku Sena.
Sargas? Nama dan wajah yang tidak asing dimata Sena. Ia berusaha mengingat kembali kapan ia bertemu dengan cowok itu.
Ahh-sopir taksi.
"Sargas, iya-iya inget." Teriak Sena heboh. Pantes saja, cowok itu mengenalnya bahkan Sena belum pernah ke sini, kan jadi terlihat aneh jika ada seseorang yang mengenalinya terlebih dahulu.
Tetapi, kenapa cowok itu berada disini? Aksa mengenal Sargas apakah Aksa juga mengenal Langga dan pertanyaan terakhirnya, Sargas Aksa dan juga Langga adalah rekan?
"Neng jangan mau sama Sargas, mending sama saya aja neng." Celetuk salah satu seseorang yang bergabung obrolannya dengan Sargas. "Wara." cowok tersebut menyugar rambutnya menggunakan kedua tanganya lalu mengangkat kedua alis ke atas berkali-kali.
"Ye bodoh, yang ada itu orang ilfil sama lo." tandas salah satu cowok bermata sipit bersamaan menjitak kepala wara sehingga membuat Wara meringis kesakitan.
Sena terkekeh, ia melirik name tag pada seragam cowok tersebut yang bernamakan Kenta.
Suara derum motor yang terdengar semakin mendekat ke arah markas yang sedang sena kunjungi. Gadis itu membalikan badannya, matanya menangkap pada kedua sejoli yang kembali tak asing di matanya, Sena mengerutkan dahi bertanya pada diri sendiri.
"Ohhh, ceritanya ada double date nihh." teriak Wara, bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sena. "Bilang dong, kan gue juga mau ngajak cewek gue."
"Emang lo punya?" timpal kenta.
"Oiya lupa, nggak punya." Jawab Wara dan Sarga secara bersamaan.
sementara itu, cowok yang baru turun dari motornya membalas tatapan Sena. Langga berjalan meninggalkan Vanesha yang sedang berusaha menggandeng tangannya, cowok itu memberhentikan langkahnya tepat di hadapan Sena.
"Awass." Tukas Langga melirik secara bergantian ke Sena dan juga Wara. Hal hasil, Wara melepaskan rangkulannya dari pundak Sena dan memberikan jalan untuk Langga. Tanpa Sena sadari, sejak kapan Wara merangkulnya.
"Yailah ini orang gak bisa lihat temennya seneng dikit apa yak!" bisik Wara pada dirinya sendiri, kala Langga menyuruhnya untuk minggir. Padahal jalanan masih luas.
"Sena, lo bisa balik sendiri? gue tiba-tiba ada panggilan dari kepala sekolah." Aksa baru saja keluar dari warung tersebut memamerkan wajah panik yang mulai menggerogotinya.
"Penting banget ya?" tanya Sena mengikuti pergerakan cowok itu saat memakai jaket yang baru saja ia ambil.
"Hidup dan mati gue Sen." Memang Aksa selalu sibuk dengan tugasnya sebagai Ketua Osis, walaupun sudah memasuki jam pulang sekolah tetap saja cowok itu mendapatkan panggilan yang tak diinginkan.
"Biar gue aja yang anterin dia balik." Sahut Langga, membuat semua orang membelo bingung.
"Jiah, serius lo?" Tanya Wara tak percaya.
Langga mengangguk cepat, untung saja Vanesha sudah masuk ke dalam jadi ia bisa lari dari gadis gila tersebut.
"Vanesha?" Tanya Aksa, gadis terbsuet selalu bersama Langga serasa tak ingin melepaskan cowok itu. meskipun Langga tak menyukainya.
"Gas." Panggil Langga.
Sargas mengacungkan jempolnya ke atas, paham dengan maksud Langga. "Amann."
cowok itu kembali berjalan ke motornya, mengeluarkan kunci dari jaket hitam yang ia pakai. "Ayoo." ucapnya yang sudah duduk di atas motor
****
Yuhuuuuu....
Judul apalagi yang cocok nih?!
Yuk tinggalin jejak yuk!
Vote + komen
Kalau ada typo ksih tau ya
-DYHZII-
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : doesn't end
Teen FictionLangga, seorang remaja yang selalu menutupi mata kirinya akibat sebuah kesalahan kecil yang harus ia tanggung sampai detik ini. Bayangan gelap selalu menghantui Langga, kehidupannya sudah seperti boneka. Apapun yang dikatakan oleh kakeknya harus se...