Sena terdiam, inilah situasi yang tidak inginkan. Semua mata tertuju padanya, apalagi lawan cowok itu menginginkan Sena. Astaga, lebih baik tadi ia tidak usah pergi. Sena menggeleng pelan menolak untuk menjadi bahan taruhan.
"Gak, dia di luar perjanjian!" Tolak Langga terang-terangan. Toh, memang seperti itu kenyataan jika bahan taruhan dari balapan tadi adalah motor yang dikendarai oleh sang pembalap.
Detak jantung sena semakin berpacu cepat, untung saja cowok itu tidak menyetujui lawannya.
"Ck, lagian gue males. Untung apa buat gue kalau motor lo aja udah rusak." Falgon melirik motor Langga, terlihat sangat hancur hingga tak berselera. "Yang ada gue rugi!"
Semua penonton tampak berbisik satu sama lain, entah dari kubu Falgon maupun Langga. Perseteruan antara mereka dua semakin mencekam, mau bagaimanapun Falgon tidak bisa meminta apa yang seharusnya tidak ada di dalam perjanjian.
"Apapun itu, terkecuali cewek ini." Tawar Langga.
Falgon bertepuk tangan, baru kali ini seorang Langga meminta penawaran. "Hahaha, okeh. Hari kamis depan, gue pengen tanding sama lo lagi."
"Oke."
"Tapi kalau lo masih aja kalah. Cewek itu milik gue." Terang Falgon. Mengedipkan salah satu matanya ke arah Sena, membuat tangan Sena menjadi gatal ingin menampar cowok tersebut.
"Terima aja." Bisik Sena, daripada hari ini ia harus berhadapan dengan Falgon secara langsung.
Langga menoleh ke Sena, apakah cewek ini sudah gila? Sena tersenyum kepadanya, terlihat gadis itu menaruh harapan di dalam diri Langga.
"Deal!" Langga membalas jabatan tangan Falgon. Setelah itu Langga langsung mengajak Sena keluar dari arena pertandingan sambil menggandeng tangannya.
Meskipun hal mustahil jika Falgon memang dari Langga jika tidak ada kebetulan.
Sena hanya bisa pasrah mengekori cowok itu. Sepanjang jalan Sena memandangi daerah sekitar tidak ada yang berbeda, jalanan masih saja sepi seperti tadi.
Langga melepaskan genggamannya terhenti dipinggir jalan, merogoh ponsel yang ia taruh di saku jaket. Lalu mengotak-atik ponsel tersebut dan menelepon seseorang.
"Halo..."
"....."
"Hmm."
Panggilan pun berakhir, cowok itu kembali menatap Sena. Tatapan kali ini terlihat berbeda, Sena semakin was-was ketika cowok itu memajukan tubuhnya. Sena hanya bisa mundur saat itulah ia mendapati sebuah kalung yang melingkari leher jenjangnya.
Sena menatap getir liontin tersebut, sebuah peluru perak. Sangat mengerikan.
"Tapi ini-" tegur Sena sambil memegangi lioton tersebut.
"Pakai aja." Jawab Langga, memasukan kedua tangannya kedalam saku celana. "Soal tadi, gue minta maaf. Lo gak bakal jadi bahan taruhan, percaya sama gue."
"Kenapa?" Sena sangat bingung pada cowok itu. Seakan-akan cowok itu sudah mengenalnya sejak lama.
"Karna lo milik gue."
Entahlah, Sena harus bereaksi seperti apa. Semburan merah mulai menjalar di pipinya bak kepiting rebus, gadis itu tidak menjawab apapun. Ia hanya bisa menundukan kepalanya malu.
Tinn Tinn
Klakson mobil membuat pandangan mereka teralihkan. Langga menghampiri mobil yang tepat berhenti di depan mereka, berbincang sebentar pada sang supir yang Sena tidak mengerti apa isi topik pembicaraan mereka.
Langga kembali berjalan ke sisi Sena usai puas memberikan instruksi, "Pulang sana."
"Eh tapi-"
"Gue ada urusan yang harus gue selesaikan, tenang aja dia bukan orang jahat."
Langga membukakan pintu mobil belakang, Sena tersenyum sebagai tanda terimakasih kepada cowok itu.
"Hati-hati dijalan." Ungkap Langga sebelum menutup pintu kembali.
"Makasih."
Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya sampai ia tidak bisa menjabarkan rasa itu seperti apa, Sena bersandar pada kursi mobil membuang nafas kasar. Hari yang berat.
"Ehh kok dibelakang?" Terdengar suara berat berasal dari kursi depan. Sena meninggikan badannya, menoleh kebelakang tidak ada orang. Pernyataan tadi untuknya? Ia langsung tertegun saat pandangan mereka bertegur sapa. Cowok dihadapannya sangatlah tampan dan terlihat seumuran dengannya. Begitu meragukan jika cowok tersebut merupakan supir taksi.
"Oh iya, gue pindah nih?"
Sena baru tersadar jika cowok tersebut merupakan temannya cowok tadi, sungguh bodoh sekali bahkan ia sempat mengira bahwa sekarang ia sedang menumpangi mobil taksi. Karena cowok tadi membukaan pintu belakang bukan pintu depan.
"Hahaha, gak usah. Gue cuman bercanda doang, btw nama gue Sargas."
Sena mengangguk malu, ia menggerutu dirinya sendiri dalam hati.
"Lo siapanya Langga?" tanya Sargas melirik Sena dari spion depan.
Siapanya? Sena pun tidak tahu, "Ahh-kita cuman orang asing aja kok yang kebetulan ketemu." Jadi cowok itu bernama Langga.
"Langga orangnya baik kok, walaupun sok misterius." Papar sargas menampilkan ekspresi sangar, membuat Sena tertawa akibat ekspresi yang dibuatnya. Sargas menirukan gaya Langga bahkan ia sampai menutup salah satu matanya menggunakan jari tangan.
Dan akhirnya Sargas mengantarkan Sena kembali ke rumah dengan selamat sampai tujuan. Sesuai keinginan Langga. Sargas tahu rencana apa yang akan Langga lakukan, semoga saja Langga tidak membahayakan Sena. Terlihat dari wajah Sena yang tidak mengerti apa-apa, membuat Sargas sedikit khawatir.
***
Haii...
Judul yang cocok untuk chapter ini menurut kalian apa?hmch, jangan lupa meninggalkan jejak 🙇🏼♀️
satu bintang atau satu komen dari kalian sangat berpengaruh untuk aku :Dudah segitu aja, pokoknya stay safe ya semua!!
Sampai jumpa di halaman selanjutnya 🙆🏼♀️-dyhzii-
![](https://img.wattpad.com/cover/214499173-288-k271417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : doesn't end
Fiksi RemajaLangga, seorang remaja yang selalu menutupi mata kirinya akibat sebuah kesalahan kecil yang harus ia tanggung sampai detik ini. Bayangan gelap selalu menghantui Langga, kehidupannya sudah seperti boneka. Apapun yang dikatakan oleh kakeknya harus se...