bab 5 tak berjudul

46 8 9
                                    


Sepanjang perjalan tidak ada obrolan yang berlangsung, maupun Sena dan Langga mereka tetap diam. Tak sengaja ia menangkap pergerakan Sena melalui kaca spion motor, gadis itu tampak berusaha memegangi helm yang sedang ia pakai karena helm tersebut terlihat kebesaran untuk ukuran kepalanya.

Langga mengumpat pelan, ia salah melewati jalan yang seharusnya ia tidak lewati. Apalagi saat ini ia sedang memakai jaket kebangsaanya dan jalanan yang ia lewati sekarang sangatlah sempit.

"Sen, tolong tutupi tulisan di belakang jaket gue pake tas lo."

"Kenapa kak?" tanya Sena, suara Langga tak terlalu jelas di pendengarannya.

"Tutupi jaket gue pake tas lo." ulang Langga secara perlahan.

Tas. Sena meraba tubuhnya mencari keberadaan tas miliknya, tetapi tidak ada hasil sepertinya Sena lupa membawa tas hitam miliknya yang tertinggal di markas tadi akibat ia terlalu gugup.

"Kak, kayaknya gue lupa bawa tas."

Tidak bisa, jika boleh putar balik mungkin Langga sudah melakukan hal itu sejak tadi. Sehingga ia tidak perlu repot-repot meminta tolong pada gadis yang sedang ia bawa.

"Yaudah, peluk gue cepetan." Teriak Langga, tidak ada waktu lagi untuk melepaskan jaketnya karena sekarang mereka sudah dikejar oleh sekumpulan orang.

Sena terbelak kaget, pupil matanya bergetar mendengar pertuturan Langga. "Kak-" ucapannya terpotong saat tangan Langga menyentuh kedua tangannya agar melingkari pinggang Langga.

Gadis itu memejamkan mata, kecepatan motor ini terlalu tinggi untuknya. Sena paham jika mereka sedang dikejar tetapi kenapa harus sekarang ini, bahkan jika ada tikungan tajam Langga tidak menurunkan kecepatannya melainkan menambah kecepatan. Astaga Sena hanya ingin pulang ke rumah.

"Pelan-pelan kak." Ucap Sena, mungkin ucapannya tidak terdengar oleh Langga.

Dan akhirnya, Langga memelankan motor miliknya secara mendadak. Untung saja Sena berpegangan pada Langga, jika tidak mungkin ia sudah terjatuh, helm Sena dan Helm milik Langga bersentuh sapa. Mereka berakhir di jalan buntu bertembok tinggi.

"Langga." Panggil Sena melihat Langga turun dari motor hitam tersebut. Pada akhirnya Sena turut turun menyusul Langga. Dan Langga langsung menarik jari-jari Sena menggenggam tangannya.

Sekumpulan orang yang mengejar mereka pun ikut turun, melangkah mendekati Langga. Mereka tersenyum puas melihat mangsanya sedang terpojok.

Lain halnya dengan Langga, cowok itu tampak terlihat tenang tak terusik.

"Hei bro, akhirnya kita reuni setelah sekian lama?" ucap salah satu cowok tersebut, jika dilihat dari penampilan seperti ia adalah salah satu pemimpin.

"Hmm, sepertinya impian lo menjadi kenyataan Zed." Jawab Langga memberikan selamat kepada cowok bernama Zed atas impian yang sudah lama diinginkannya.

"Wahh, kayaknya ada yang masuk ke jebakan lubang buaya nih. Kayaknya seekor singa udah gak bisa nunjukin taringnya lagi." Teriak salah satu anak buah Zed dari kejauhan.

"Ck, jangan seneng dulu. Jebakan lo murahan." Jawab Langga sambil mengangkat kedua bahunya, mereka bukanlah tandingannya.

"Wahh, makasih atas pujiannya." Zed tersenyum jenaka ketika matanya tak sengaja menangkap salah satu gadis yang bersembunyi dibalik punggung Langa.

"Ada cewek cantik. Gimana kalo cewek itu buat kita?" Ucap Zed kembali, menoleh ke kawanannya secara langsung menawarkan gadis tersebut.

"Ambil aja." Langga mengatakan hal tersebut secara enteng. Sena yang mendengar langsung mengeraskan genggaman tangan mereka.

"Kak?" tanya Sena memastikan jika hal itu tidaklah terjadi.

"Okeeh." Ketika cowok itu maju dan ingin mengambil Sena, Langga langsung memajukan langkahnya menghalangi pemuda tersebut.

"Langkahi gue dulu." Tukas Langga dingin.

"Dengan Senang hati." Jawab pemuda itu, ia menyuruh anak buahnya untuk mundur dan biarlah ia yang berurusan dengan Langga. Karena ini masalah antar pemimpin.

Bughhh

Hantaman keras mengenai pipi mulus Langga sampai tersungkur jatuh, ia tak sempat menangkis pukulan yang diberikan oleh Zed. Lawannya bergerak begitu cepat sehingga membuat Langga tak bisa membaca gerakan orang itu.

Sena menjatuhkan rahang ketika melihat Langga yang tersungkur jatuh. Ia melirik ke Zed, cowok itu mulai mendekati Sena melangkahi tubuh Langga. Sena memundurkan langkahnya, sekujur tubuhnya bergetar ketakutan.

"Mm-mau ngapain." Gugup Sena pelan.

Langga awalnya begitu tenang, bahkan pukulan tadi tidak terasa untuknya. Melihat Zed yang mulai mendekati Sena, ia membuang ludah secara asal ke jalan dan menggertakan giginya sambil bangkit dari posisi semula. Tatapan Langga langsung berubah seperti seekor singa yang terbakar emosi dan siap menyantap sang mangsa.

"Langga" teriak Sena saat Zed memojokkannya, cowok itu menyentuh rahang Sena lalu memajukan wajahnya berharap bibir mereka bertemu.

Tanpa perhitungan, Langga sudah berada di belakang Zed. Pemuda itu langsung menarik kerah baju Zed dan melemparnya ke jalanan.

"Jangan berharap lo bisa sentuh dia."

Zed tersenyum miring, membenarkan bajunya yang sedikit lusuh. "Kenapa? Apa dia adalah kelemahan lo?"

Bughhh

Pukulan telak mengenai perut Zed hingga membuatnya terbatuk-batuk tubuhnya sedikit terhuyung ke samping. serangan lawannya sangatlah kuat tak sebanding dengan serangannya tadi.

Langga melangkah maju mendekati Zed yang sedang kesakitan, ia kembali menarik kerah baju Zed. Langga berbisik tepat di telinga cowok itu.

"Ya, dia adalah seseorang yang berharga bagi gue dan gue gak akan lepasin dia hanya cuman buat manusia bajingan kayak lo."

Tidak ingin kalah, Zed memberontak hal hasil cengkraman Langga terlepas. Zed mulai membalas pukulan lawannya tapi naas pukulan itu langsung ditangkis oleh Langga.

Kepalan tangan langga yang sejak tadi ia sembunyikan semakin mengeras langsung menghantam rahang tegas Zed

"Akhhh!" rintih Zed. Meskipun sedikit meleset akan tetapi pukulannya sampai membuat ujung bibir lawannya hingga mengeluarkan darah.

Tidak hanya sampai sana, ia masih belum puas dengan serangannya. Langga mendorong pundak Zed sampai membentur dinding. "Seharusnya lo sadar, jalanan ini bukan milik nenek moyang lo dan sebenarnya gue males buat buang tenaga."

Langga menepuk pipi Zed berkali-kali menyadarkan cowok itu dan meninggalkannya di dalam keheningan.

Motor hitamnya berlenggang pergi dari tempat kumuh bersama Sena yang sedang bergetar ketakutan.

Sena merasa jika saat ini Langga lebih sensitif daripada Langga yang pernah menolong ketika malam yang tak diinginkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAME OVER : doesn't end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang