-BEBERAPA MENIT SEBELUMNYA-
Ray dan Emma bergegas masuk ke dalam halaman rumah [Name]. mereka langsung masuk karena pagarnya tidak dikunci.
Emma mengetuk pintu dengan keras, juga berteriak.
"[Name]!! [Name]!! buka pintunya!!"
"[Name] kumohon!!!" Emma meneteskan air matanya.
ternyata pintunya dikunci. Emma sudah lemas duluan karena khawatir [Name] kenapa kenapa di dalam. Ray juga sibuk dengan panggilannya dari kantor mengenai kabar ini.
Emma bernafas secara perlahan, "maaf [Name] tidak ada cara lain"
lalu Emma melangkah mundur sedikit-demi sedikit dari pintu masuk rumah [Name]. ekspresinya makin serius hingga Ray menyadarinya.
"oy Emma, kau mau ngapain?"
"tidak ada cara lain Ray!"
"JANGAN BILANG KAMU MAU....."
Emma mulai berlari sekuat tenaga demi mendobrak pintu itu.
namun,
Ray menahannya.
Ray memeluk Emma dengan erat dari belakang. untung saja belum sempat mendobrak pintu itu sama sekali.
"apa apaan kau ini Ray! Lepaskan aku!"
"tidak. aku tidak akan melepasmu"
Emma sedikit memberontak. "Lepaskan!!!"
"TIDAK!"
"Ray kumohon Ray" pintanya sambil menangis.
Ray tetap memeluk Emma, "Emma kumohon tenangkan pikiranmu. kau harus berpikir jenih. jangan memaksakan kehendakmu seperti orang bodoh begini"
"kau yang bodoh Ray! manusia berhati mana yang bisa tenang jika orang yang dia sayangi sedang dalam keadaan yang tidak baik?"
"tapi bukan berarti kau menjadi bodoh--" ucapannya terpotong oleh Emma
"AKU MENGERTI ITU. SANGAT MENGERTI ITU. TAPI AKU YAKIN HAL BURUK TIDAK AKAN TERJADI JIKA AKU HANYA MELAKUKAN HAL INI"
"bisa tidak kalau kamu berpikir itu jangan hanya pada satu tujuan atau satu topik saja. lebih baik kau tenang. sekarang kau tenang"
Ray mengitari halaman rumah [Name]. tentu ia mengintip pintu garasi yang ada sedikit lubang di pintunya.
dia melihat mobil [Name] yang tidak ada disana.
"lihat, mobilnya tidak ada di dalam garasi. jika kau melakukan hal itu, kau hanya membuang-buang tenaga"
"maafkan aku ray"
"yasudah, sekarang ayo kita ke bandara"
Emma masih berdiam diri di depan pintu rumah [Name]. entah dia sedang melamuni hal apa.
"aku menyesal Ray. aku terlalu berpikir pendek. aku bisa membahayakan anak kita. dan aku tidak mau itu terjadi"
Ray berjalan menghampiri Emma, "sudah kubilang apa bukan?. yasudah ayo. sebelum terlambat." Ray menggenggam tangan Emma.
akhirnya Ray dan Emma bergegas tancap gas menuju bandara.
Emma heran, mengapa Ray begitu tenang dan santai di saat-saat yang seperti ini. dia terlihat biasa saja seakan sedang tidak terjadi apa-apa. bahkan dia lebih khawatir dengan Emma jika Emma melakukan suatu hal yang membahayakan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Norman x Reader) [✔️]
Fanfictionkau adalah seorang gadis yang bekerja di suatu kantoran di Jepang. kau sangat menyukai pekerjaan dan kau juga termasuk pekerja rajin di kantor itu suatu saat kau bertemu dengan lelaki yang pangkatnya diatasmu. kau berkencan dengannya lalu berpacaran...