Satu hari telah berlalu. Aku terbangun dari tidurku dan menyadari bahwa aku sedang terbaring di rumah sakit. Ah, sakit sekali kepalaku terasa nyeri.
Tak ada siapapun di ruangan ini. Sepertinya belum ada perawat yang ingin mengontrolku juga.
Handphoneku dimana?
Sepertinya tertinggal di rumah.
Entah mengapa hati ini rasanya ingin menangis. Pedih jika mengingat kenyataan pahit ini. Tetapi jika aku terus menerus menangis, tubuhku terasa seperti kehilangan tenaga.
Terdengar suara pintu terbuka dengan samar. Aku tak bisa mendengar jelas karena sedang menangis. Ternyata perawat bersama dokter datang untuk memeriksa keadaanku. Tetapi aku melihat lagi seseorang yang datang di belakang perawat.
"Selamat pagi"
"Pagi juga dok"
"Bagaimana keadaan anda sekarang? Apa yang anda rasakan?" tanya dokter kepadaku sambil meletakkan stetoskopnya di atas dadaku.
"Terasa sedikit pusing dan sesak saja dok"
"Baiklah. Jangan terlalu banyak pikiran, istirahat yang cukup, makan yang banyak, diminum obat dan vitaminnya ya. Kalau ada apa-apa bisa langsung panggil saya atau suster ya"
"Baik dok. Terima kasih"
Kemudian dokter itu pergi meninggalkan ruangan. Sebelum suster ikut keluar bersama dokter, ia mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut.
"Ibu harus rileks dan memiliki nutrisi yang cukup ya. Demi ibu dan janin yang ada di dalam kandungan ibu"
Aku terkejut, tubuhku mendadak lemas yang se lemas-lemasnya. "ma-maksud suster?" tanyaku. Lalu suster itu menjawab, "iya. Ibu sedang mengandung. Selamat ya, semoga ibu dan janin sehat selalu" jawab suster itu.
Tubuhku gemetar. Entah harus senang atau sedih aku menghadapi ini. Aku sedang dilanda kebingungan, kekacauan, lalu datang lagi sesuatu yang tak tahu membuatku seperti apa.
Menangis lagi, menangis lagi, dan menangis lagi.
"Yo! Aku membawa makanan kesukaanmu. Dimakan ya"
Aku mengelap air mataku. Berusaha tetap tegar dihadapan orang lain. "memangnya aku boleh makan yang seperti ini?"
"Tentu boleh. Ini agar nafsu makanmu kembali. Aku harap kau segera pulih"
"Terima kasih Emma"
Emma memberi makanan kesukaanku. Benar katanya, ini ditujukan untuk mengembalikan nafsu makanku. Aku mendadak ingin makan yang banyak setelah Emma memberiku makanan ini.
Aku mulai menyuap satu per satu. Ah enak sekali. Sudah lama tak makan makanan ini. Sambil makan aku terus berpikir, apa jangan-jangan Emma mengetahui keadaanku yang sebenarnya?
Ya Tuhan apa yang harus ku lakukan. Aku baru saja kehilangannya, tak yakin rasanya bisa membesarkan anak ini dengan baik.
Sendok ku taruh kembali, kemudian bersandar. Menatap jendela dan melihat langit biru yang jernih membuat pikiranku sedikit lebih tenang.
"Emma, kau sudah tahu tentang keadaanku?"
"Maksudmu?"
"Aku mengandung"
Emma sedikit menunduk, "soal itu memang iya. Maaf aku tak bisa segera memberitahumu"
"Tak apa-apa Emma" jawabku singkat.
Seperti biasa Emma menyemangatiku agar diriku tidak kehilangan semangat. Hatiku berduka, tubuhku menerima kedukaan itu. Tak tahu apa yang harus ku lakukan setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Norman x Reader) [✔️]
Fiksi Penggemarkau adalah seorang gadis yang bekerja di suatu kantoran di Jepang. kau sangat menyukai pekerjaan dan kau juga termasuk pekerja rajin di kantor itu suatu saat kau bertemu dengan lelaki yang pangkatnya diatasmu. kau berkencan dengannya lalu berpacaran...