BAB 1

178 4 0
                                    


Namanya Nafiz Syakilla Atmarini. Dia kuliah di jurusan Akuntansi di sebuah Universitas Swasta di Jakarta. Dia adalah anak ketiga dari 3 bersaudara.

Nama kakaknya yang pertama adalah Ayra Shirly Alnaira dan yang kedua adalah Teguh Bagus Setiawan. Dia sering manggil mereka Mba Ayra dan Mas Bagus.

Mba Ayra dan Mas Bagus sudah menikah. Mba Ayra dan suaminya dikarunia 2 anak laki-laki namanya Aditya Halim Pratama dan Muhammad Khaidar Ulwan. Sedangkan Mas Bagus dan istrinya dikarunia 1 anak perempuan namanya Defi Febriani.

Adit kelas 5 SD, Ulwan kelas 4 SD dan Defi kelas 3 SD. Mereka adalah keponakan-keponakan Nafiz yang tersayang.

“Tante Nafiz, Defi boleh minta tolong?”
“Defi mau minta tolong apa?”
“Anterin Defi berangkat sekolah, soalnya Bunda lagi sakit dan Ayah lagi nemenin Bunda pergi ke dokter”
“Iya udah Tante anterin yah, tapi nunggu Mas Adit dan Mas Ulwan dulu kan kalian 1 sekolah ya walaupun beda kelas”
“Iya Tante”

Setelah itu Adit dan Ulwan keluar dari rumahnya,

“Tante ayo kita berangkat, Adit sama Ulwan udah siap”
“Iya yuk berangkat nanti kalian terlambat”
“Eh, tapi Tante kok Defi ikut? Defi emangnya ngga bareng Ayahnya yah?”
“Iya Defi ikut dengan kita Ayahnya lagi nemenin Bundanya Defi yang lagi sakit”
“Oh gitu ya Tan. Ya udah Adit sama Ulwan doain biar Bundanya Defi cepat sembuh yah?”
“Iya, Aamiin.. Makasih yah Mas Adit sama Mas Ulwan udah mau doain Bundanya Defi”
“Ya udah sekarang kita berangkat yah”

Setelah Nafiz mengantarkan keponakannya ke sekolah, dia kembali ke rumah untuk bersiap-siap ke kampus. Dia bergegas untuk sampai di kampus tepat waktu.

“Nafiz, kamu sudah mau berangkat yah?”
“Iya bu, Nafiz mau berangkat sekarang yah keburu telat nanti”
“Ya udah hati-hati yah, kamu berangkat sama siapa?”
“Nafiz berangkat sama Alan bu, dia udah nunggu di depan”
“Ya udah, hati-hati”
“Iya, Ayah. Nafiz berangkat dulu bu”

Nafiz keluar rumah sudah ada Alan yang menunggunya.

“Al, maaf yah kamu nunggu lama ya?”
“Santai aja, aku rela kok nunggu kamu”
“Ya udah yuk kita berangkat sekarang daripada telat”
“Ngga papa telat, ada temen kamu ini”
“Dasar”

Sesampainya di kampus, Alan dan Nafiz berjalan beriringan menuju kelasnya. Di dalam kelas ada sahabat Nafiz yaitu Bella, Clara dan Diandra. Mereka yang kenal dari awal masuk kampus ini yaitu saat ospek dulu. Tinggal 2 semester lagi mereka akan wisuda karena sekarang sudah semester 6. Tidak menyangka waktu cepat berlalu.

“Naf, kamu kok senyum-senyum sendiri sih? Kamu udah gila ya?”
“Yang bener kamu Bel? Masa sahabat sendiri dikatain gila?”
“Hih, siapa yang katain Nafiz gila sih Ra?”
“Tadi kamu bilang kaya gitu, ya gak Di?”
“Iya”
“Hehehe, ngga kok. Aku lagi senang aja hari ini”
“Senang kenapa Naf?”
“Tugas kuliah minggu lalu mau dibagikan, semoga aja aku dapat nilai bagus”
“Oh tugas, kirain apaan”

Pada saat dosen sudah masuk dan memulai kelasnya, Raihan datang dengan terburu-buru.

“Raihan, kenapa kamu masuk telat?”
“Maaf, Pak Darmawan. Tadi ada rapat sebentar di organisasi makanya saya telat”
“Kali ini saya maafkan. Tapi lain kali tolong utamakan kuliah. Ikut organisasi itu bagus, tetapi jika karena itu kalian tidak bisa membagi waktu organisasi dan kuliah maka lebih baik tidak usah mengikuti organisasi apapun. Kuliah itu jangan main-main. Kasihan orangtua yang telah membiayai kalian kuliah tapi kalian malah main-main. Apalagi ini sekarang kalian sudah semester tua, mengerti?
“Mengerti, Pak”

Setelah kelas selesai, Nafiz dan ketiga sahabatnya pergi ke kantin untuk istirahat.

“Kalian mau pesen apa?”
“Aku Bakso sama Es Teh Manis aja deh Di”
“Aku Batagor sama Es Jeruk”
“Kamu apa Naf?”
“Aku sama kaya Bella aja Di”
“Ok, berarti Bakso 1, Batagor 3, Es Teh Manis 2 dan Es Jeruk 2 yah?”
“Iya”

Ketika mereka menunggu pesanan datang. Alan dan Gio datang menghampiri meja mereka.

“Kalian udah pesen makanan?”
“Udah, baru aja Diandra yang pesenin”
“Yah, telat dong”
“Tinggal pesen apa susahnya sih?”
“Ya udah deh aku yang pesen, kamu mau pesen apa Al?”
“Batagor sama Es Teh Manis aja Gi”
“Ok”

Setelah pesenan datang, mereka segera memakannya. Namun tiba-tiba mata Nafiz melihat kalau Raihan sedang menatapnya. Nafiz pun memutuskan tatapan itu. Dia berpamitan ingin ke kamar mandi sebelum memulai kelasnya kembali.

Pada saat Nafiz selesai ke kamar mandi, dia dikejutkan dengan kehadiran Raihan didepan pintu masuk kamar mandi perempuan.

“Ada yang mau aku tanyain”
“Apa?”
“Bener kamu lagi suka sama seseorang?”
“Maksud kamu?”
“Jawab aja”
“Iya aku lagi suka sama seseorang”
“Siapa?”
“Bukan siapa-siapa”
“Aku tanya namanya siapa yang kamu sukai?”
“Kamu kenapa nanya kaya gitu ke aku? Ini ngga ada hubungannya sama kamu”
“Jelas ada hubungannya sama aku, karena aku tau siapa orang itu”
“Maksud kamu apa sih Rai?”
“Ini buku diary kamu kan?”
“Kamu dapat darimana buku itu?”
“Aku ngga sengaja nemuin buku ini di meja perpus”
“Kamu ngga baca kan isi buku itu?”
“Menurut kamu?”
“Rai, please aku mohon kembalikan buku itu”
“Jadi bener isi dari buku ini?”
“…”
“Naf, jawab yang jujur. Aku ngga masalah kalau kamu jujur. Asal kamu tahu aku juga udah suka sama kamu sebelum kita masuk kampus ini”
“Kamu?”
“Iya aku suka sama kamu sejak kita sama-sama mengikuti lomba Akuntansi di Provinsi dulu”
“…”
“Dulu memang tidak banyak yang mengenalku seperti di kampus ini. Tapi aku tahu kalau aku sama kamu pernah 1 lomba. Karena itu aku mau masuk kuliah jurusan Akuntansi. Awalnya aku memang tidak tertarik sama jurusan Akuntansi di SMK aku tapi karena waktu itu aku jadi perwakilan sekolah ikut lomba Akuntansi, aku jadi tahu kamu Naf”
“Aku kira kamu lupa sama pertemuan awal kita di lomba itu Rai”
“Maaf, Naf. Selama ini aku cuma diam. Pada akhirnya aku menemukan buku diary kamu dan baca isinya”
“Kamu udah baca isinya berarti kamu udah tau semuanya?”
“Iya, aku udah tau semuanya”

Ketika Raihan dan Nafiz sedang berbicara serius, Alan menghampirinya.

“Naf, kamu kok ke kamar mandi lama banget?”
“Iya, Al tadi penuh jadinya ngantri deh”
“Ya udah sekarang kita balik ke kelas yuk, nanti Pak Indra keburu masuk lagi”
“Iya. Raihan, aku sama Alan balik ke kelas duluan yah. Kamu juga jangan lupa balik ke kelas. Jangan sibuk organisasi terus”
“Iya, Naf”
“Duluan. Rai”
“///”

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang