BAB 2

156 4 0
                                    

Nafiz beranjak keluar kelas setelah Pak Indra mengakhiri materi hari ini.

“Aku pulang duluan yah”
“Kok buru-buru sih Naf?”
“Iya, aku tadi udah di kabarin sama Ayah disuruh pulang langsung”
“Oh gitu, ya udah hati-hati ya, Naf”
“Iya”

Saat Nafiz udah mau keluar, Alan menghentikan langkahnya.

“Naf, kamu tadi kamu berangkat sama aku. Jadi kamu pulang juga sama aku”
“Aku pulang sendiri aja”
“Kenapa gitu?”
“Kamu kan hari ini ada rapat HMPS kan?”
“Iya, tapi aku bisa kok anterin kamu pulang dulu”
“Ngga usah Al. Aku bisa sendiri kok”
“Ya udah aku cariin taksi buat kamu ya?”
“Nanti biar aku cari sendiri, lebih baik kamu ke HMPS aja. Kamu disana itu ketua HMPS harus selalu ada”
“Iya udah, kamu hati-hati pulangnya. Kabarin aku kalau udah nyampe ya?”
“Iya, kamu semangat rapatnya”

Setelah itu Nafiz keluar kampus untuk mencari taksi. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti didepannya.

“Mau pulang ya, Naf?”
“Raihan? Iya aku mau pulang. Disuruh Ayah langsung pulang”
“Aku anterin ya? Aku sekalian mau ke rumah teman yang rumahnya ga jauh dari rumah kamu”
“Ngga usah Rai. Aku bisa pulang sendiri kok. Kamu kalau mau ke rumah teman langsung aja”
“Teman aku santai kok. Yuk daripada nunggu taksi kelamaan”
“Iya udah deh, makasih ya”
“Makasih ya nanti aja kalau udah dianterin”
“Iya”

Mereka tidak ada yang tahu kalau sejak dari tadi ada yang melihat dengan perasaan cemburu, marah, dan kesal.

Sesampainya dirumah, Nafiz segera keluar dari mobil Raihan.

“Raihan, makasih udah anterin aku pulang ya”
“Iya sama-sama. Aku pamit ya, Naf”
“Iya, Rai”

Raihan menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Nafiz. Tanpa diketahui orangtua Nafiz sedang duduk santai di teras depan rumah mereka.

“Pulang sama Alan ya Naf?”
“Sama teman kampus Yah. Alan rapat di HMPS jadi ngga bisa anterin Nafiz pulang”
“Perempuan?”
“Bukan, tapi dia teman kelas Nafiz kok. Alan juga kenal dengan dia”
“Namanya siapa?”
“Raihan”
“Kok namanya kaya anaknya sahabat Bunda waktu SMA ya, Naf?”
“Loh bukannya sahabatnya Bunda bukannya Tante Sarah, Mamanya Alan yah, Bun?”
“Bunda itu punya 2 sahabat waktu SMA. Kamu Cuma kenal sama Tante Sarah. Karena Tante Viola pindah ikut keluar kota sama orangtuanya. Tapi beberapa hari lalu, Bunda ketemu sama Tante Viola. Dia bilang udah nikah dan punya anak yang seumuran sama kamu. Katanya anaknya juga jurusannya sama kamu”
“Nama anaknya Tante Viola siapa, Bun?”
“Raihan”
“Beneran, Bun?”
“Iya, kalau kamu ngga percaya nanti Bunda kenalin sama Tante Viola nya langsung. Kalau perlu nanti sama anaknya”
“Ih, Bunda siapa yang mau kenal sama anaknya Tante Viola sih?”
“Kamu tuh yah, Ya udah sana bersih-bersih dulu. Ada yang mau Bunda dan Ayah bicarakan sama kamu”
“Bicara apa, Bun?”
“Nanti aja, kamu bersih-bersih dulu”
“Iya udah deh”

Nafiz bergegas untuk bersih-bersih. Karena dia sedang kedatangan tamu bulanan makanya dia tidak shalat.

“Naf”
“Eh, Mba Sinta”
“Kamu lihat Defi ngga, Naf?”
“Ngga lihat, Mba. Emang Defi ngga bilang kalau mau keluar?”
“Mba dari pagi dikamar terus Naf, ngga keluar-keluar”
“Oh, iya udah biar Nafiz yang cari Defi. Mba tunggu dirumah aja”
“Makasih ya, Naf”
“Iya, Mba”

Sebelum Nafiz keluar mencari Defi. Terdengar gelak tawa seseorang yang membuat Nafiz mencari sumbernya.

“Defi, Bunda kamu tadi nyariin tau. Kamu kenapa ngga bilang Bunda kalau main sama Mas Adit dan Mas Ulwan? Bunda kamu khawatir”
“Tante Nafiz? Iya maaf, Tan. Tadi sebenarnya Defi mau pamit sama Bunda. Tapi Bunda lagi tidur, jadi Defi ngga mau ganggu tidur Bunda”
“Iya udah sekarang kita pulang yah, Adit dan Ulwan pulang ya. Nanti dicariin Mama dan Papanya”
“Iya, Tan”

Nafiz dan Defi masuk kedalam rumah.

“Defi, kamu kemana aja sayang? Bunda khawatir, biasanya kamu kalau mau main bilang sama Bunda”
“Maafin Defi, Bunda. Tadi Defi mau pamit sama Bunda. Tapi Bunda lagi tidur, jadi Defi ngga mau ganggu tidur Bunda”
“Ngga papa sayang, kamu bangunin Bunda aja”
“Iya maafin Defi udah buat Bunda khawatir”
“Iya sayang. Naf, makasih ya udah bawa Defi pulang”
“Iya, Mba sama-sama”

Orangtua Nafiz ikut bergabung dengan Nafiz, Defi dan Mba Sinta.

“Naf, habis maghrib kamu ikut kami ya?”
“Ikut kemana Yah?”
“Rumah sahabat Ayah dan Bunda”
“Tante Sarah dan Om Bima?”
“Bukan, tapi Tante Viola dan Om Vino”
“Nafiz ada tugas yang harus dikerjakan Yah”
“Besok kan hari Minggu, besoknya aja kamu ngerjainnya. Malam ini kamu ikut kerumah mereka”
“Iya, Ayah”
“///”

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang