BAB 5

49 2 0
                                    

Raihan pulang ke rumah dan bertemu dengan kedua orang tuanya.

“Pa, Raihan mau bicara sama Papa dan Mama”
“Kamu mau bicara apa Rai?”
“Papa tahu kan kalau Raihan itu punya adik kandung yang tinggal di Panti Asuhan?”
“Iya Papa tahu Rai”
“Raihan mau Papa bantu Raihan buat mencari pendonor mata buat adik Raihan yaitu Reza”
“Apa? Jadi selama ini adik kamu Reza tidak bisa melihat Rai?”
“Iya Ma, makanya Raihan mau Papa bantu Raihan buat cari pendonor mata buat Reza”
“Iya Rai, Papa akan bantu kamu buat cari pendonor itu”
“Makasih ya Pa, Papa dan Mama selalu ada buat Raihan”
“Iya Rai, sama-sama”
“Oh iya Pa, Ma gimana kelanjutan perjodohan Raihan sama Nafiz?”
“Kami akan melanjutkan perjodohan itu kalau kamu sama Nafiz setuju Rai”
“Raihan setuju Pa, Ma”
“Berarti kita tinggal nunggu keputusan Nafiz ya Pa?”
“Iya Ma, nanti kita yang kerumah Nafiz”
“Kapan Pa, Ma?”
“Secepatnya Rai”
“Iya udah nanti kabarin Raihan kalau begitu ya Pa, Ma”
“Iya Rai. Sekarang kamu ke kamar buat bersih-bersih terus langsung istirahat. Kamu pasti capek hari ini kan?”
“Iya Ma. Ya udah Raihan ke kamar duluan ya Pa, Ma”
“Iya Rai”

Raihan masuk ke dalam kamar untuk bersih-bersih. Setelah itu Raihan langsung istirahat. Namun ketika Raihan telah bersiap untuk istirahat. Ada sebuah panggilan dari Nafiz.

“Assalamualaikum Raihan”
“Wa’alaikumsalam Nafiz. Ada apa ya?”
“Maaf ya aku ganggu waktu istirahat kamu. Kamu pasti mau istirahat kan?”
“Iya ngga papa. Ada apa emangnya?”
“Aku mau minta tolong besok bisa jemput aku untuk pergi ke kampus? Cuma besok aja kok”
“Iya nanti aku jemput kamu besok ya”
“Iya Rai, maaf aku ngerepotin kamu ya. Aku biasanya berangkat sama Ayah atau Alan. Tapi tadi kata mereka tidak bisa anterin aku. Terus Ayah juga ngga bolehin aku naik kendaraan umum lagi. Padahal sebelum-sebelumnya bolehin kok, ngga tau kenapa sekarang ngga boleh”
“Iya mungkin karena nanti kamu kena virus Corona yang lagi trending kali ini Naf”
“Astagfiruallah, iya juga apa yah. Ya udah aku mau bilang makasih ya sama kamu dan maaf udah nganggu waktu istirahat kamu Rai”
“Iya Naf ngga papa”
“Aku tutup ya, Wassalamualaikum Raihan”
“Wa’alaikumsalam Nafiz”

Keesokan harinya, Nafiz telah siap untuk pergi ke kampus.

“Nafiz hari ini berangkat sama siapa?”
“Sama Raihan Yah. Kan Ayah mau pergi terus Alan juga katanya gak bisa anterin Nafiz dulu”
“Oh sama Raihan, ya udah hati-hati ya”
“Iya Yah, Nafiz berangkat ya Bun, Yah”
“Iya Naf”

Raihan sudah sampai ketika tepat Nafiz keluar dari rumah. Nafiz pun segera masuk ke dalam mobil. Raihan pun menjalankan mobilnya menuju kampus.

“Nanti pulangnya mau bareng lagi Naf?”
“Ngga usah Rai, nanti aku pulangnya bareng sahabat aku aja”
“Oh gitu ya udah Naf”

Mereka telah sampai di kampus. Mereka keluar dari mobil dan menuju ke kelas bebarengan.

“Ra, nanti aku pulangnya bareng kamu ya”
“Ngga bareng sama Alan ya Naf?”
“Alan lagi pergi keluar kota katanya ada urusan disana”
“Urusan apa Naf?”
“Aku ngga tau Ra, Alan ngga bilang sama aku”
“Oh gitu”
“Iya”
“Eh Naf, aku perhatiin ya kok Raihan ngelihatin kamu terus sih? Kamu ada hubungan ya sama Raihan?”
“Hubungan teman maksud kamu ya, Di?”
“Bukan, kaya ngelihatin kamu itu kaya ngelihatin orang yang dia suka gitu”
“Maksud kamu Raihan ngelihatin aku karena dia suka sama aku?”
“Iya tau Naf aku juga ngelihatnya gitu. Oh iya aku mau tanya nih”
“Tanya apa Ra?”
“Kamu beneran ngga suka sama Alan kan?”
“Eh Ra kamu nanya begitu sama Nafiz sih?”
“Loh Bel, emang kenapa? Wajar kali kalau diantara Nafiz atau Alan pasti ada yang suka satu sama lain”
“Aku emang suka sama Alan. Tapi sebatas suka sesama teman dan sahabat. Kalian kan tahu aku sama Alan udah sahabatan lama. Aku juga udah nganggap Alan itu kaya kakak laki-laki aku sendiri. Ngga mungkin aku suka sama kakakku sendiri. Kalau suka sebagai kakak emang iya. Soalnya Alan selalu ada buat aku”
“Aku iri deh Naf sama kamu bisa dekat sama Alan”
“Kamu suka sama Alan ya Ra?”
“Iya, tapi kan Alan dekatnya sama kamu Ra”
“Aku ngga suka sama Alan, Ra. Jadi kamu ngga usah khawatir. Kamu coba dekati Alan aja langsung jangan diam saja Ra. Siapa tahu Alan juga sama kamu kan”
“Iya Ra nanti aku coba”

Mereka berhenti mengobrol lantaran udah dosen yang masuk untuk mengajar materi kuliah hari ini.

“Hari ini kita akan membentuk kelompok buat tugas minggu depan. Saya akan membagi kelompok itu”
“Baik Pak”
“Kelompok 1 : Raihan, Nafiz, Bella, Alfa
Kelompok 2 : Alan, Clara, Diandra, Gio
Kelompok 3 : …
Baik itu adalah nama-nama kelompok buat tugas minggu depan. Kita cukupkan pertemuan hari ini”
“Naf aku satu kelompok bareng Alan, ya Allah aku seneng banget Naf. Ini yang aku tunggu selama ini selama masa kuliah Naf”
“Lebay banget sih kamu Ra. Aku yang biasa bareng Alan juga ngga se lebay kamu kok”
“Ih Diandra kamu tuh ya. Ini pertama kalimya aku satu kelompok bareng Alan tau”
“Iya deh iya”
“Ya udah yuk kita pulang. Hari ini kan Cuma satu mk kan?”
“Iya”

Mereka akhirnya pulang. Nafiz dan Clara pulang bersama. Bella juga pulang bareng pacarnya yaitu Alfa. Diandra pulang sendiri. Namun ditengah perjalanan menuju parkiran ada Gio yang menghalangi jalan Diandra.

“Eh kamu ngapain sih? Aku mau lewat jangan halangin jalan deh”
“Itu jalan masih lebar”
“Ih kamu ngeselin banget sih”
“Kok pulangnya sendirian? Temannya mana?”
“Bukan urusan kamu. Minggir sana aku mau pulang”
“Aku anterin aja yuk gratis kok ngga bayar”
“Aku ngga salah dengar nih? Kamu ngajakin aku pulang bareng?”
“Iya, kenapa? Ada yang salah?”
“Aneh aja, biasanya kan kamu kalau ketemu aku sukanya ngajak berantem. Eh ini malah ngajakin aku pulang bareng”
“Hmm, mau ngga nih?”
“Iya udah mau, lumayan irit ongkos pulang”

Gio dan Diandra akhirnya pulang bareng. Di parkiran mereka ketemu Nafiz dan Clara.

“Eh kalian pulang bareng ya? Wah kayaknya bakal ada yang benci jadi cinta nih”
“Kamu apaan sih Ra? Lumayan ada Gio jadi bisa irit ongkos pulang deh”
“Iya, deh iya. Gio anterin sampai rumah ya. Jangan ditinggal ditengah jalan, kasian”
“Iya udah yuk Di pulang sekarang”

Mereka semuanya akhirnya pulang menuju rumah masing-masing. Dalam perjalanan Clara mengatakan kalau dia mau Nafiz untuk membantu biar dekat sama Alan.

“Naf, kalau aku minta kamu dekatin aku sama Alan, kamu mau ngga ya Naf?”
“Kamu beneran suka sama Alan ya Ra?”
“Iya Naf. Aku belum pernah ngerasain kaya gini sama lawan jenis. Ini pertama kali aku bisa suka sama lawan jenis”
“Iya Ra, kamu tenang aja aku bakal bantu kamu”
“Makasih ya Naf”
“Iya sama-sama Ra”
“Oh iya Ra, aku perhatiin sekarang kamu sama Raihan dekat ya Naf? Kamu ada hubungan apa sama dia?”
“Aku sebenarnya ngga boleh cerita sama orang lain. Tapi berhubung kamu adalah sahabat aku yang paling dekat sama aku terus udah aku anggap kaya saudara sendiri. Aku mau bilang kalau aku sama Raihan emang lagi dekat. Orangtua kami ternyata bersahabatan dan karena itu mereka menjodohkan kami. Kami yang awalnya udah kenal sebelum orangtua kami memberi tahu akan perjodohan itu, kami udah mengakui perasaan masing-masing”
“Jadi kalian pacaran?”
“Kami ngga pacaran Ra. Karena aku atau Raihan pun ngga ada yang mau pacaran. Kami mau dekat aja. Orangtua aku sama Raihan juga setuju”
“Terus sekarang gimana?”
“Ya biasa aja kaya teman biasa Ra”
“Oh gitu, ya semoga kalian memang berjodoh ya Naf”
“Aamiin.. Kamu juga sama Alan semoga berjodoh ya Ra”
“Aamiin..”

Akhirnya mereka sampai dirumah Nafiz.

“Makasih ya Ra udah anterin aku pulang”
“Iya sama-sama Naf, ya udah aku pulang sekarang ya”
“Iya kamu hati-hati dijalan ya Ra”
“Iya Naf”

Clara menjalankan mobilnya pulang kerumah dan Nafiz masuk kedalam rumahnya.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang