BAB 3

141 3 0
                                    

Nafiz telah siap untuk ikut ke rumah sahabat orangtuanya. Ayah dan Bunda yang baru saja selesai menunaikan shalat maghrib juga bergegas untuk bersiap kerumah sahabatnya.

"Nafiz, kamu udah siap?"
"Udah Yah"
"Ya udah berangkat sekarang, biar nanti pulangnya ngga kemalaman"
"Iya Yah"
"Yang ikut cuma Nafiz ya, Yah?"
"Ngga kok, Mba Ayra dan suaminya serta anak-anaknya juga ikut tapi mereka nanti nyusul"
"Terus Mas Bagus dan istrinya ikut apa ngga, Bun?"
"Mereka juga ikut nanti nyusul Naf"
"Oh iya udah, Bun"

Setelah menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah sahabat orangtua Nafiz.

"Assalamualaikum warahmatuallahi wabarakatuh"
"Wa'alaikumsalam warahmatuallahi wabarakatuh"
"Raihan?"
"Iya, Om. Saya Raihan. Mau ketemu Papa ya Om?"
"Kamu udah tau ya kalau kami mau kesini?"
"Iya, Om. Tadi Papa sama Mama sebelum pergi bilang ada sahabatnya yang mau kerumah dan saya mungkin itu Om. Oh, iya silahkan masuk dulu Om dan Tante"
"Iya, terima kasih Raihan"
Saat Nafiz mau masuk kedalam rumah Raihan,
"Nafiz?"
"Assalamualaikum warahmatuallahi wabarakatuh Raihan"
"Wa'alaikumsalam warahmatuallahi wabarakatuh. Kamu anaknya Om Aldi dan Tante Lisa?"
"Iya aku anaknya mereka, sahabat orangtua kamu"
"Nanti deh aku ceritain ke kamu"
"Iya udah sekarang masuk ya"
"Iya, Rai"

Setelah beberapa menit kemudian, orangtua Raihan akhirnya pulang. Mereka mengobrol mengenang masa-masa sekolah dulu.

Raihan melihat Nafiz bosan. Akhirnya dia mengajak ke taman depan rumah Raihan.

"Naf, gimana sama tadi yang dikampus?"
"Gimana apanya Rai?"
"Jawaban kamu"
"Emang kamu ngasih pertanyaan?"
"Bukan itu, maksudnya aku kan udah jujur sama kamu tentang perasaan aku ke kamu Naf"
"Aku ngga nyangka aja kamu juga punya perasaan sama kaya aku Rai"
"Jujur aku waktu pertama kali ketemu kamu, aku udah kagum sama kamu Naf"
"Kagum kenapa?"
"Ya karena kamu beda sama yang lainnya. Rasa kagum itu berubah jadi suka karena aku sering memikirkanmu dan sekarang mungkin aku udah sayang dan cinta sama kamu Naf"
"Ini kamu Raihan beneran?"
"Maksud kamu?"
"Ya aku kaget aja, ngga ada angin ngga ada hujan tiba-tiba kamu bilang gini kaya aku. Aku juga waktu itu takut karena kehilangan buku diary aku"
"Buku diary kamu aman sama aku Naf. Kalau bukan karena buku itu, aku ngga bakal berani untuk dekati kamu kaya sekarang. Apalagi kamu punya sahabat laki-laki. Pasti nanti dikiranya aku yang rebut kamu dari dia"
"Kamu ngga usah khawatir. Aku nganggap Alan sebagai sahabat sekaligus kakak bagiku Rai"
"Iya Naf, terus sekarang bagaimana?"
"Aku ngga mau pacaran Rai. Aku juga ngga dibolehin orangtua aku buat pacaran. Nanti aja fokus sama kuliahnya dulu"
"Aku juga ngga mau kita pacaran Naf. Tapi aku bakal ikat kamu sebagai pendamping hidup aku kelak"
"Kamu?"
"Iya aku bakal bilang ke orangtua kamu kalau aku mau punya hubungan yang serius sama kamu. Kamu tenang aja. Aku sekarang sedang merintis usaha bareng Papaku dan Kakekku diluar kota. Kamu do'a kan biar lancar usahaku yah"
"Kapan kamu mau bilang ke orangtua aku?"
"Nanti aku kerumah kamu. Tapi ngga tau kapan. Lebih cepat lebih baik"
"Aku tunggu"
"Jadi jawaban kamu?"
"Iya Rai aku akan nunggu kamu"

Tiba-tiba ada yang mengagetkan mereka berdua.

"Hayo loh, lagi ngapain nih berduaan? Nanti yang ketiga setan loh"
"Iya setannya kamu Ran"
"Ih Mas Raihan mah gitu. Masa ngatain Rani gitu"
"Ini siapa Rai?"
"Halo Mba, aku Rani adiknya Mas Raihan"
"Kamu punya adik Rai?"
"Bukan Naf, dia bukan adikku"
"Ih Mas Raihan jahat ngga ngakuin aku adiknya. Aku aduin ke Mama biar nanti mobilnya diambil sama Papa buat kerja deh"
"Aduin aja, ngga takut"
"Awas yah kalau mobilnya beneran diambil. Jangan nebeng mobil Rani"
"Emang kamu bisa nyetir mobil? Orang kamu setiap hari diantar jemput sama sopir kok"
"Rai udah deh jangan diledek terus adiknya. Kasihan nanti cantiknya luntur lagi"
"Tuh dengerin apa kata Mba nya. Eh nama Mba nya siapa?"
"Nama Mba, Nafiz. Salam Kenal ya Ran"
"Salam kenal balik Mba"
"Sekarang masuk aja yuk, pasti orangtua kita nungguin kita"

Raihan, Nafiz dan Rani pun masuk kedalam rumah.

"Mba Ayra dan Mas Bagus udah disini ya rupanya"
"Iya Naf. Kamu darimana?"
"Nafiz tadi di taman depan rumah Raihan bareng Rani juga"
"Iya udah, sekarang kita langsung makan malam aja. Setelah itu ada yang mau kami bicarain sama Raihan dan Nafiz"
"Iya Pa"

Selesai makan malam, mereka duduk diruang keluarga untuk membicarakan tentang Raihan dan Nafiz.

"Kami sepakat untuk menjodohkan Raihan sama Nafiz"
"Maksud Ayah?"
"Iya. Ayah mau Raihan yang jadi suami kamu kelak Naf"
"Nafiz sama Raihan masih kuliah Yah"
"Maaf Om, saya ngga tau mau bicara apa. Saya senang akan rencana perjodohan ini. Tapi sebelum rencana itu saya tahu, saya dan Nafiz sudah mengakui perasaan kami masing-masing. Saya juga sebelum mengetahui ini, saya akan kerumah Nafiz buat ketemu Om dan Tante untuk hubungan yang lebih serius"
"Kamu sama Nafiz pacaran?"
"Tidak Om, kami tidak pacaran. Cuma dekat akhir-akhir ini"
"Kalau kamu ada niat seperti itu kepada Nafiz, Om dukung Rai"
"Gimana sama kamu Naf?"
"Iya, Yah. Nafiz setuju"

Setelah pembicaraan tentang perjodohan selesai. Keluarga Nafiz pulang kerumah.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang