BAB 4

96 2 0
                                    


Setelah tadi malam keluarga Nafiz dan Raihan membicarakan perihal perjodohan itu, Raihan selalu ada didekat Nafiz.

“Naf, nanti pulangnya bareng aku ya?”
“Hari ini aku ada janji sama Alan buat pergi ke suatu tempat Rai”
“Pergi sama Alan?”
“Iya”
“Kemana Naf?”
“Panti Asuhan Rai. Hari ini jadwalnya aku sama Alan kesana”
“Aku boleh ikut Naf?”
“Emang kamu ngga sibuk Rai?”
“Hari ini aku ngga sibuk Naf. Jadi boleh aku ikut?”
“Iya boleh Rai”

Alan melihat Raihan dan Nafiz sedang berbicara berdua pun segera menghampiri keduanya.

“Naf, hari ini jadi kan?”
“Iya jadi kok Al”
“Terus ngapain Raihan masih disini?”
“Raihan mau ikut sama kita ke Panti Asuhan Al”
“Ikut? Kamu serius Naf?”
“Iya, ngga papa kan kalau banyak orang yang kesana anak-anak jadi lebih semangat belajarnya karena ada kamu sama Raihan”
“Iya udah yuk langsung aja kesana biar nanti pulangnya juga ngga kemaleman”
“Nafiz biar sama aku aja Rai”
“Ngga, kita kesana bareng-bareng pakai mobilnya Raihan aja ya Al. Nanti mobilnya kamu dibawa kerumah sama Gio aja”
“Tapi Naf?”
“Udah deh ngga usah tapi-tapian”
“Iya udah”

Mereka bertiga akhirnya sampai di Panti Asuhan.

“Ini Panti Asuhan yang kamu maksud Naf?”
“Iya, kenapa Rai?”
“Ngga papa”

Mereka dikejutkan dengan kehadiran Ibu Panti.

“Raihan? Lama sekali kamu ngga pernah main kesini ya?”
“Ibu Tyas? Iya maaf ya bu Raihan baru kesini”
“Iya udah ngga papa. Eh ada Nafiz juga Alan ya?”
“Iya bu. Ibu gimana kabarnya? Sehat kan? Anak-anak di Panti gimana bu?”
“Alhamdulilah ibu sehat Naf. Anak-anak di Panti juga sehat”
“Kalau begitu syukur deh”
“Nafiz juga Alan udah kenal sama Raihan ya?”
“Iya Bu, kami teman dikampus”
“Oh teman ya. Emang diantara Alan sama Raihan tidak ada yang menyukai Nafiz? Atau Nafiz yang tidak ada yang disukai antara Alan sama Raihan?”
“Ibu Tyas kalau nanya suka begitu deh”
“Loh emang kenapa? Wajar dong kalau kalian ada rasa satu sama lain?”
“Iya Bu. Tapi kami cuma temen aja ya kan Al, Rai?”
“Oh iya udah kalau gitu. Ya udah sekarang kita masuk aja pasti anak-anak seneng kalau ada kalian apalagi ada Raihan udah lama dia ngga kesini. Anak-anak pada nanyain Raihan”
“Iya Bu Tyas”

Di ruang tamu sudah ada anak-anak panti sedang belajar. Ibu Tyas, Nafiz, Raihan dan Alan menghampiri mereka dan bergabung dengan mereka.

“Anak-anak hari ini ada tamu yang kalian tunggu loh. Reza ini Kak Raihan yang kamu tunggu kan? Hari ini dia datang bareng Kak Nafiz dan Kak Alan”
“Kak Raihan? Dimana Bunda?”
“Ini didepan kamu Reza”
“Kak Raihan? Akhirnya Kak Raihan datang Kak. Aku nungguin Kak Raihan. Kenapa Kak Raihan baru kesini Kak?”
“Kak Raihan minta maaf baru kesini Reza. Kak Raihan bukannya ngga mau kesini. Kak Raihan punya alasan karena Kak Raihan ngga pernah kesini. Maafin Kak Raihan ya”
“Reza mau maafin Kak Raihan kalau Kak Raihan sering kesini dan jengukin Reza sama yang lainnya kaya dulu lagi Kak”
“Iya Kak Raihan janji bakal sering kesini buat jengukin Reza sama yang lainnya”
“Ya udah sekarang, kita lanjut belajar lagi ya”
“Iya Kak”

Mereka melanjutkan belajarnya lagi yang sekarang diambil alih oleh Nafiz dan Alan. Karena Raihan sedang berbicara serius dengan Ibu Tyas.

“Bu, Raihan bakalan cari pendonor mata buat Reza. Nanti Raihan bakal minta bantuan sama orangtua angkat Raihan buat mencari pendonornya”
“Jangan Rai, ngga usah. Cukup kamu sering kesini aja Reza bakalan senang”
“Tapi Raihan ngga tega melihat Reza, Bu”
“Kamu bisa Rai, adik kamu itu kuat, tidak lemah. Yang penting kamu selalu ada disampingnya terus”
“Iya Bu, Raihan tahu. Tapi Raihan akan berusaha biar Reza bisa melihat lagi. Ibu doa kan saja biar Raihan bisa menemukan pendonor buat Reza”
“Ya udah, Ibu doa kan ya”
“Iya, Bu”

Anak-anak Panti telah selesai belajar dengan Nafiz dan Alan.

“Ibu Tyas, kami pamit pulang dulu ya”
“Kalian tidak makan disini aja dulu?”
“Tidak usah Bu, nanti kami makan dirumah saja”
“Oh iya udah, titip salam buat orangtua kalian dirumah ya”
“Iya Bu, nanti kami sampaikan”

Diperjalanan pulang, Raihan bertanya akan mengantarkan Nafiz atau Alan terlebih dahulu.

“Aku anterin Alan atau kamu dulu Naf?”
“Kamu anterin Alan dulu aja Rai. Gawat kalau nanti kamu anterin aku pulang dulu. Bukannya pulang kerumah kalian malah pulang kerumah sakit”
“Aku baru tahu kamu juga suka bercanda ya Naf”
“Kamu ngga tau aja si Rai, Nafiz kalau udah bercanda suka kelewatan”
“Kelewatan gimana Al?”
“Ya bisanya lewat indomaret atau alfamart”
“Alan kok malah masuknya kesitu sih? Aku ngga lagi mau belanja online Alan”
“Iya Naf, santai ga usah nge gas gitu”
“Hmmmzt”

Akhirnya Raihan mengantarkan Alan terlebih dahulu. Sekarang dimobil tinggal Nafiz dan Raihan.

“Naf, aku mau jujur”
“Jujur apa Rai?”
“Sebenarnya aku bukan anak kandung dari orangtua aku yang sekarang”
“Kalau bukan anak mereka, kamu anak siapa Rai?”
“Aku anak yatim piatu Naf. Orangtua kandungku udah lama meninggal sejak aku masih kecil. Dan Reza adalah adik kandungku Naf”
“Orangtua kamu tahu kalau kamu punya adik kandung?”
“Iya mereka tahu. Aku berharap semoga Papa bisa bantu aku mencari pendonor buat Reza biar Reza bisa melihat lagi”
“Aamiin Rai. Aku doa kan semoga cepat ketemu pendonor buat Reza ya”
“Iya Naf, makasih ya. Oh ya masalah kita berdua tolong kamu jangan kasih tahu siapapun dulu sebelum aku sama kamu benar-benar ada ikatan. Aku mau kita layaknya teman biasa, ngga papa kan Naf?”
“Iya Rai ngga papa, kamu tenang aja. Aku ngga bakalan kasih tau siapapun”
“Iya makasih ya Naf”
“Iya sama-sama Rai”

Akhirnya mereka telah sampai dirumah Nafiz. Itu kali kedua Raihan mengantarkan Nafiz kerumah.

“Makasih ya Rai, udah nganterin aku pulang. Kamu pulangnya hati-hati. Kabarin kalau udah nyampe rumah”
“Iya Naf, sama-sama. Iya nanti kalau udah sampai rumah aku kabarin kamu”
“Iya Rai”

Raihan menjalankan mobilnya pulang kerumah. Nafiz masuk kedalam rumahnya dengan senyum bahagia.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang