PROLOG

721 71 39
                                    

HAPPY READING ❤

Seorang cowok mengendarai motor ninja berwarna merah melaju dengan kecepatan yang begitu cepat. Untungnya jalanan begitu sepi. Pikirannya sedang kacau. Dari balik helm fullface nya ia menitikan air mata. Mengingat kejadian tadi dirumahnya.

*Flashback on

"Papah pikir Devan masih percaya sama kata-kata papah," Kata cowok itu, sambil menatap ke arah papah nya.

"Devan Papah bisa jela--," ucap Papah nya terpotong.

"Mamah itu orang yang harus Papah jaga dengan baik," ucapnya.

"Mamah sakit tapi Papah nggak peduli!" tambahnya. Dengan raut muka penuh amarah.

"Papah terus Bekerja, padahal Mamah lagi sakit!" ucap nya lagi dengan nada bicara yang naik beberapa oktaf.

"Sebelum Mamah meninggal, Mamah memanggil nama papah. Tapi Papah Tidak datang melihat mamah untuk terakhir kali nya!"

"Mamah meninggal karna Papah. KAR NA PA PAH!" murka nya lalu meninggalkan Papahnya. Dan mengendarai motor nya. Meninggalkan perkarangan rumah nya yang sangat luas.

*Flashback off.

Dari arah depan Devan tiba-tiba saja melihat seorang cewek dengan baju kemeja putih celana jeans hitam, memakai sepatu yang senada dengan baju nya dan memakai bandana merah dikepala nya. yang menyebrang jalan dengan sembarangan.

"Aaaaaaaaaa tolongggg vanaaa mau ditabrakkkk aaaaaa" teriak cewek itu sambil menutup matanya menggunakan kedua tangannya.

Hal itu membuat Devan yang sedang mengendarai motor nya dengan kecepatan tinggi membanting setir. Membuat Devan terjatuh dan vana pun langsung menghampiri Devan.

Yaa dia adalah Revana Anggita atau sering dipanggil Vana.

Vana membantu Devan untuk membawanya ke pinggir. Namun tangannya disentak oleh Devan. Vana yang diperlakukan seperti itu pun menyerngit heran. Lalu Vana mengikuti Devan untuk duduk kepinggir.

Devan membuka helmnya. Ketika Vana melihat muka nya kesan pertama yang dilontarkan oleh mulut Vana "Ganteng nya," ucap Vana tanpa sadar. Sambil mengamati muka Devan yang begitu tampan.

Bola mata nya Kecoklatan, hidung mancung bak perosotan, rahang yang tegas, rambutnya yang acak-acakan menambah kesan yang sempurna. Okee lupakan!

"Udah puas liatin muka gue nya?" tanya Devan membuat Vana tersadar kedunia nya lagi.

Kalian tau siapa nama panjang Devan? Nama panjangnya adalah Devan Erlangga.

"Dih siapa yang liatin kamu geer,Eh tapi Kamu gapapa?" tanya Vana.

"Ga usah so peduli,Lo gak liat ada motor datang? Kalo gue gak banting setir lo bisa mati! Lo tau itu!," kata Devan.

"Ko kamu yang nyolot emang Kamu pikir jalan ini Punya nenek moyang kamu hah?Dan emang kamu pikir ini jalan buat balapan? Kalo kamu jatuh yaa salah kamu lah ngapain berkendara motor dengan Kecepatan yang sangat cepat" Cerocos Vana.

"Dan Kamu juga nggak hati-hati" tambah Vana.

"DIAM!" kata Devan. Menyentak. Tanpa menoleh ke Vana. Membuat Vana terdiam.

"Loh,kan aku ngomong baik-baik kenapa kamu malah tambah menaikan nada bicara kamu?" ucap Vana tak terima. Devan yang diberikan pertanyaan seperti itu menoleh garang ke arah Vana.

Vana yang ditatap seperti itu membalas menatapnya. Selang beberapa detik Vana memutuskan untuk tidak menatapnya. Dan langsung terdiam.

Vana yang menatap tangan Devan yang berdarah pun membatin, Itu tangannya luka-luka pasti gara gara jatuh dari motor

"Tangan kamu luka-luka," ucap Vana sambil menarik tangan Devan yang terluka. Lalu melepaskan bandana yang dipakai di kepala nya sebagai hiasan tadi. Untuk mengikat luka Devan yang mengeluarkan darah.

"Ini kalo nggak diiket gini darahnya pasti keluar terus," ucap Vana yang masih mengikat luka nya Devan memakai bandana nya.

"Lagian setau aku pengendara motor itu memakai sarung tangan. Sebagai alat pengaman. Kenapa kamu nggak memakainya?" kata Vana.

Devan menoleh "Nggak usah nasihatin gue, lo bukan Mamah gue," ucap Devan.

"Kan aku nanya kenapa kamu ga pake sarung tangann?" tanya Vana lagi.

"Gue lupa," jawab Devan sambil membuang muka untuk tidak menatap Vana.

"Bilang aja ga punya," kata Vana.

Devan yang mendengar itu langsung menoleh dan menatap Vana. Vana yang dilihat seperti itu membalas menatapnya balik.

Tanpa mengucapkan terima kasih Devan berdiri dari duduk nya dan langsung berjalan mendekati motornya. Vana pun mengikutinya dari belakang.

"Untung motor gue nggak kenapa-kenapa. Kalo ngga gue pasti akan bikin lo nyesel seumur hidup " kata Devan.

"Mau Kamu apa sih? Oke aku ngalah aku salah, tapi kamu juga salah. Dan Kamu mau kemana sampe Terburu - buru gitu?"

"Apa orang tua kamu tau, Kamu seperti ini? Mereka nggak memperingati kamu? ya minimal marahin orang so kayak kamu gitu?" tambah Vana.

"Jangan ngurusin hidup gue," murka Devan.

"Ribet Lo kayak wanita tua tau ga" ucap Devan sambil memasang helm nya. Vana yang disebut seperti itu melongo tak percaya.

"Gue harap ini terakhir kalinya kita ketemu," kata Devan sambil menaiki motor nya dan menyalakan mesin motornya.

"Ini belum selesai," ucap Vana dengan muka marah karna tak terima dibilang wanita tua. Devan tak menghiraukan ucapan Vana. Lalu pergi dari hadapan Vana.

Sambil mengendarai motornya Devan memperhatikan luka ditangannya yang diikat memakai bandana warna merah milik Vana.

***


Harap meninggalkan jejak setelah membaca.


Update 5 April 2020.

DEVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang