"Musuh yang paling mematikan adalah orang terdekat."
Siang itu begitu cerah. Langit berwarna biru cerah dan sedikit dihiasi awan. Angin berhembus pelan, memberikan kesegaran alami.
Siang kala itu, di suatu kediaman tampak lah seorang wanita cantik tersenyum bahagia mengingat dirinya berhasil melahirkan seorang putra kecil yang sangat tampan dan sempurna, meski harus berjuang lebih kurang tiga jam lamanya dalam proses melahirkan sang putra.
Awalnya memang menyakitkan namun melihat wajah tampan nan polos putranya, kesakitan yang dirasakannya menguap begitu saja.
Mi Li nama wanita cantik itu. Meski peluh masih tampak di dahinya, hal itu tak membuat kecantikannya berkurang. Bibir pucatnya pun juga tak mengurangi kecantikannya. Dia tetap terlihat seperti biasanya. Cantik dan mempesona.
Senyuman bahagia yang disunggingkan Mi Li hilang seketika kala melihat suami yang sangat dicintainya menghampirinya dengan seorang gadis cantik. Gadis yang sangat dikenalinya, gadis yang tak lain sahabatnya. Che Hui.
Bukan cemburu akibat melihat mereka menghampirinya bersamaan tapi akibat melihat mereka bergandengan dengan mesra. Siapa pun dapat menebak, mereka memiliki hubungan spesial.
Di Kekaisaran L, cara bergaul antara laki-laki dan perempuan asing begitu dibatasi. Seperti: tidak boleh bersentuhan, tidak boleh mengobrol dengan intens, dan tidak boleh berdekatan kalau tidak ada kepentingan.
"Setelah ini aku akan menikah dengan Che Hui."
Duarrrrr!!!
Bagaikan bom yang memporak-porandakan suatu negara, begitu lah kondisi hati Mi Li sekarang. Hancur.
Baru saja dia bahagia anaknya terlahir dengan selamat ke dunia, suaminya malah menghancurkan kebahagiaannya dalam sekejap mata dengan membawa wanita lain.
"Kau akan ku ceraikan! Kau tidak ada gunanya lagi untukku."
Hati Mi Li semakin hancur berkeping-keping sehingga tidak ada yang tersisa mendengar pernyataan menyakitkan suaminya.
"Seharusnya sudah dari dulu kau disingkirkan, gadis hina." imbuh gadis iblis yang selama ini menjelma sebagai sahabatnya.
Seorang sahabat dekat saja tega menusukmu, lalu bagaimana dengan mereka yang hanya orang asing?
Air mata Mi Li tak dapat di tahan saking kecewa dan sakit hatinya. "Kenapa kalian tega melakukan ini kepadaku? Apa salahku pada kalian?"
"Dengarkan baik-baik, gadis hina. Kau tidak layak bersama kaisar ku. Kaisar ku mau menikah denganmu hanya untuk mendapatkan kepercayaan ayahmu."
Mi Li menutup rapat telinganya. Menolak kenyataan pahit yang dijabarkan Che Hui.
"Tidak mungkin kau menghianatiku kan, Lee Ri? Bukan kah kau bilang kau sangat mencintaiku?"
Pria berpakaian ala kaisar tersebut tertawa meremehkan. Tatapannya tampak melecehkan. "Cinta?" kekehnya sinis. "Tidak ada cinta untukmu, sialan! Cintaku hanya untuk Che Hui!!"
"Oh ya. Anakmu itu sudah kami bunuh." tawa Che Hui tanpa dosa.
Kejam. Mereka kejam. Tidak hanya dirinya yang menjadi korban, anaknya yang tidak bersalah pun menjadi korban.
Tak sanggup mendengar pernyataan pria yang sangat dicintainya selama ini, Mi Li bangkit dari tempat tidurnya meski rasa sakit di selangkangannya masih terasa. "Kalian berdua harus mati! Manusia biadab seperti kalian tidak pantas untuk hidup di muka bumi yang suci ini!!" geramnya.
Kedua orang itu menertetawai Mi Li. Mereka tidak tahu saja wanita cantik itu tengah mengaktifkan peledak yang selama ini dirakitnya tanpa diketahui oleh siapa pun.
"Haha. Kita akan mati bersama."
Wanita itu menelan racun mematikan sehingga nyawanya langsung melayang. Tak lama setelah itu di susul dengan ledakan dahysat yang membumihanguskan kerajaan.
****
Namanya Zhou Mi Li. Putri kesayangan jendral perang. Di umurnya yang masih muda ia menikah dengan Lee Ri. Pangeran kedua Kekaisaran L. Namun, karena menikah dengannya dan mendapatkan dukungan dari sang ayah, Lee Ri naik jabatan sebagai seorang kaisar. Di awal pernikahan, Lee Ri begitu baik padanya. Sampai-sampai ia tertipu dengan akting pria itu.
Banyak hal yang sudah Mi Li lakukan untuk Lee Ri. Seperti, membunuh pangeran lainnya, mencari dukungan untuk menguatkan jabatan kaisar suaminya, mendapatkan kepercayaan rakyat dan kaisar tetangga, dan masih banyak hal lainnya.
Mi Li bukan lah perempuan lemah dan berlindung di bawah ketiak orang lain. Sebelum menikah dengan Lee Ri, ia pernah memimpin pasukan perang yang membawa sebuah kemenangan telak.
Begitu banyak jasanya. Namun, di saat puncak kejayaan Lee Ri malah menunjukkan taringnya dengan membawa gadis itu.
Che Hui adalah sahabatnya dari kecil. Mereka tumbuh bersama. Mereka pernah mandi dan makan di tempat yang sama. Ia sama sekali tidak menyangka Che Hui akan menghianati persahabatan mereka.
Musuh yang paling mematikan adalah sahabat sendiri.
Di dalam kegelapan dan kesunyian Mi Li terus menangisi nasib buruknya. Kenapa dia bisa begitu percaya kepada kedua orang itu? Kenapa?
3 tahun dia tinggal bersama Lee Ri dan Che Hui. Bodoh sekali ia tidak menyadari tingkah aneh keduanya. Sekarang yang tersisa hanya penyesalan.
"Ssttt... Mati lah dengan tenang. Biarkan aku mengambil tempatmu sebagai istrinya."
Setidaknya sampai bisikan itu terdengar olehnya.
"Aku sangat bahagia dengan kematianmu, Nia. Sekarang tiba lah saatnya bagiku untuk mengambil alih semuanya. Ah, aku sudah tidak sabar."
Mi Li berusaha keluar dari kegelapan yang tak berujung itu. Bisikan itu membuatnya ingin kembali dan melihat si pembicara.
"Aku pergi dulu. Tidur yang nyenyak, Sonia."
Mi Li semakin berusaha keluar dari kegelapan.
"Dimana ini?" Setelah perjuangan panjang, akhirnya usahanya membuahkan hasil. Ruangan serba putih menyambut indra penglihatannya. Matanya mengerjap pelan melihat benda aneh yang melekat di hidungnya.
"Belum mati huh?" Dan pertanyaan sinis menyambut pendengarannya.
-Tbc-
Author Note:
Vote dan komenmu motivasiku untuk updatee wkwkkwk.
Jangan lupa follow firza532
Jangan mengkopas cerita ini😏
Semoga cerita ini dapat menghibur kalian semua:)
Salam,
firza532
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Secret
Fantasy[Cerita transmigrasi dari zaman kuno ke zaman modern✅] Mi Li, seorang permaisuri di Kekaisaran yang paling ditakuti, tidak pernah menyangka suami yang sangat dicintainya dan sahabat yang sangat disayanginya menghianati dirinya. Di saat baru saja mel...