Aneh

11 4 2
                                    


.

.

.

.

Semenjak hari itu,aku mulai merasa resah ketika berjalan sendirian di lingkungan sekolah ku. Lalu semenjak hari itu juga aku merasa ada seseorang yang memperhatikan setiap gerak gerik ku.

Dan mengenai kakak kelas penyuka hujan itu lagi lagi menghilang. Aneh nya kenapa kucing yang ia anggap teman nya tak ikut menghilang juga.

Yah mungkin ia tidak menghilang di telan bumi, maksudku sudah 3 hari setelah pertemuan di lapangan basket aku tidak melihat nya lagi. Kantin,lapangan,bahkan gudang itu pun aku tak dapat menemukannya.

Tunggu! Aku bukan berniat mencari nya,hanya heran saja.

"Hey!"

Aku tersentak kaget,akibat ulah Riri yang tiba tiba berteriak tepat di telinga kanan ku.

"Aish! Jangan membuat ku kaget! Ada apa?"

"Lagi lagi kau melamun. Ada masalah kah? Jika ada cerita aja ke aku..."Riri memasang muka memelas.

"Tidak ada masalah kok. Cuma heran aja"

"Heran kenapa?"

"Kau lihat kucing itu?" Aku menunjuk kearah seekor kucing yang sedang duduk sambil menatap ke arah kami.

"Kyaaa! Imut sekali!" Teriak Riri menyita semua perhatian orang orang yang sedang mengantri untuk membeli makanan.

"Ups! Lalu?" Ujar nya menatap kearah kucing dengan bola mata hampir keluar.

'Merepotkan'

Deg

Tunggu! Aku seperti nya mendengar suara baritone itu. Ku tengok ke kanan ke kiri mencari sumber suara,tapi nihil. Aku tidak dapat menemukan sosok kakak kelas itu.

"Dinaarr Ihh!" Rengek Riri

"Ah! Itu kok aku merasa kucing itu memperhatikan kita ya?" Ujar ku sambil tersenyum kikuk.

"Masa sih?" Ucap Riri menajamkan penglihatan nya.

Dan dengan songong nya kucing itu menutup kelopak mata menyembunyikan manik kuning kemasan itu lalu membuang muka.

Twich 💢

Kesal.
Kenapa makhluk berbulu itu benar benar menjengkelkan.

Aku mengepalkan kedua tangan ku menahan amarah dan mencoba menahan rasa ingin melempar kursi yang ku duduki ke arah kucing itu.

"Maaf lama,ini pesanan"

Ibu kantin meletakkan 2 mangkuk mie ayam ke atas meja.

"Makasih ibu" ujar kami serempak.

Aku melirik kucing itu lewat ekor mata ku. Dan yang ku temukan kucing itu lenyap.

"Eh hilang?" Gumamku

"Apa yang hilang?"

"Kucing itu"

Bagus lah,akhir nya aku bisa makan dengan hati yang damai.

.

.

.

.

.

.

Rintik rintik hujan lagi lagi membasahi tubuh ku. Dengan hawa dingin memeluk ku,membuat tulang tulang ku mendadak mati rasa.

Dan kini aku harus berjalan sendirian di tengah kehampaan ini. Gara gara Riri yang tiba tiba meninggalkan ku sendiri di tengah jalanan dengan alasan,

'Maaf,aku duluan yaa. Ibu ku menyuruh ku pulang cepat mau di ajak masak!'

Alasan yang konyol sekali. Sejak kapan dia bisa masak? Ke dapur saja tidak pernah.

Aku memeluk tubuh ku ,mengusir rasa dingin ini. Mengutuk diri sendiri kenapa tidak membawa jaket dan payung

Aku terdiam sejenak. Aku menatap jalanan di hadapan ku,ada 2 jalan. Jalan pertama jalanan lurus yang benar benar akan memakan waktu jika aku melewati untuk pulang. Jalan kedua jalanan yang terletak di sebelah kiri ku,jalanan gelap nan sepi namun akan mempersingkat waktu.

Ku langkah kan kaki ku ke arah jalan ke dua.

Tap Tap Tap

Hanya langkah kaki ku yang dapat ku dengar,lewat jalan di sini sungguh menguntungkan karena banyak pohon besar sepanjang jalanan yang dapat melindungi ku dari gerimis ini.

"Tidak takut kah lewat di sini?"

Deg

Aku membatu di tempat. Ku tengok kan kepala ku ke kiri.

Sosok itu berdiri sambil menyandarkan punggung tegap berbalut jaket hitam itu ke pohon.

"Ka-kau apa yang kau lakukan di sini! Kenapa kau selalu muncul tiba tiba seperti hantu!"

Ia hanya menatap ku,lalu berkata

"Hmm,kau boleh mengganggap ku hantu,setan atau pun arwah gentayangan. Itu terserah kau..." ujar nya lirih

"Huh?"

"Ayo! Ku antar kau pulang! Tidak baik gadis bodoh pulang sendiri dengan suasana gelap seperti ini" ujar nya sambil melangkah meninggalkan ku.

"Hee! Siapa yang kau sebut gadis bodoh hah! Aku bisa berjalan sendiri!"

Ia terdiam tidak menggubris perkataan ku.

Hening

Satu kata yang melambangkan keadaan saat ini. Tidak ada yang mau memulai percakapan.

"Kau bertemu dengan gadis berkacamata itu ya? 3 hari yang lalu"

"Hah? Bagaimana kau bisa tau?"

"Aku sempat melihat mu" ujar nya singkat

"Hmm,iya sihh. Dia sungguh menakutkan! Dan dia meminta ku melihat hantu dan bertanya hal yang aneh aneh" ujar ku sedikit pelan.

"Haha haha"

Aku terpaku,menyaksikan pemuda aneh itu tertawa.

"Yang kau katakan memang benar..."

"Nah! Kita sudah sampai" ujar nya sambil menatap ku.

"Ah! Benar. Terima kasih" ujar ku menahan malu,sambil menunduk,entah kenapa kedua pipi ku terasa panas.

"Hmm,iya! Sampai jumpa" membalikan badan.

Segera aku lari menuju rumah ku.

"Aku pulang!"

Kakak ku menyambut ku dibalik pintu dengan senyum.

"Kau sudah pulang...sendirian atau bareng Riri?"

"Riri pulang duluan,aku di antar kakak kelas" ujar ku berjalan melewati kakak ku.

Ia menengok ke luar rumah,hendak memastikan. Ku lihat raut wajah nya sedikit berubah.

"Ada apa kak?" Tanya ku

"Hmm,tidak apa apa" ujar nya dengan bola mata yang bergerak tak tenang.

Ya aku tidak peduli dengan ke aneh an kakak ku. Keanehan kakak ku yang ku anggap normal.Aku meninggalkannya dan berjalan menuju ke kamar.

"Dinar kau...." Gumam kakakku samar samar terdengar dan kata selanjutnya tak dapat ku mendengar.

Bersambung....

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○

"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Haha,kau masih bertanya? Tentu saja melakukan hobby.Lah kau sendiri?"
"Melakukan kewajiban ku!"
"Hmm,baik lah! Tapi ingat jangan berlebihan ya! Kau tau kan!"
"Hmm"
○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○

Hujan & Payung RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang