Teman Baru

14 5 0
                                    


Seminggu kemudian,

Sejak kejadian itu,Orang tak dikenal itu hilang bagai kan di telan hujan.Yaps! Akhir akhir ini sering sekali hujan.

.

.

.

.

.

Aku menatap kosong lapangan basket di hadapan ku. Pikiran ku kosong.

Aku benar benar bosan,sekarang waktu nya pelajaran olahraga dengan materi bola basket dan seharusnya sekarang kami sedang praktek di tengah lapangan tersebut. Yah 'seharusnya' dan rencana itu gagal karena Hujan! Ahk aku sangat membenci Hujan di pagi hari.

"Um,Dinar mau ikut aku balik ke kelas ngga?" Tanya riri yang tiba tiba muncul kemudian duduk di samping ku.

Aku menggeleng.

"Baiklah! Aku duluan ya! Kalau mau mengucapkan sumpah serapah mu jangan keras keras ya!" Ia bangkit berdiri dan meninggalkan ku sendiri melamun.

Iyaps,niat awal ku mau mengucapkan mantra andalan ku untuk hujan,namun perhatian ku teralihkan kepada makhluk berbulu yang muncul tiba tiba entah dari mana asal nya.

Tubuh nya basah akibat hujan,ku arahkan tangan ku ke atas kepala kucing itu hendak mengelus kepala nya.

"Kamu sendirian? Apa kamu lakukan disini ? Apa kamu kedinginan?"

Tidak ada jawaban. Kucing itu sibuk menjilati tangan nya. Ah aku di abaikan oleh seekor kucing?.

"Dasar bodoh"

Deg

Mendengar suara itu,spontan kepala ku menatap kearah depan.

Orang yang menghilang seminggu lama nya,tiba tiba muncul di tengah tengah lapangan sambil tersenyum hangat.

"Kau itu bodoh! Sudah tau itu kucing. Dan kau malah mengajak nya berbicara dan mengabaikan aku?" Ujarnya sambil berjalan mendekati ku. Mengabaikan tubuhnya yang basah dan berjalan membelah genangan air.

"Cih! Apa urusan mu! Lagi pula kucing ini lebih baik dari pada mu"ucapku,kembali mengelus kepala kucing itu lalu pindah mengelus punggung mungil itu.

"I'm a little jealous" ujar nya lirih tepat di hadapan ku.

"Huh?" Ucap ku,untuk memastikan ucapan yang samar samar ku dengar.

Ia mengabaikan ku,ku tatap datar wajah nya yang hanya berjarak 30 cm dari wajah ku. Ia sibuk mengelus kucing bermanik kuning kemasan itu.

"Dari seminggu yang lalu kucing inilah yang menemani ku. Dia adalah teman ku di saat hujan,selain diri mu"

Apa? Dia bilang aku temannya? Sejak kapan aku menganggap dia teman?

"Aku bukan temanmu"

"Kau memang adik kelas yang tidak punya sopan santun. Aku tidak menyangka kalau di sekolah ini mencetak murid macam kau"

Twich💢

Perempatan muncul di pelipisku.

Seketika aku berdiri dan berjalan pergi sambil menghentakkan kedua kaki untuk mereda amarah ku.

"Aish,dia malah pergi"

.

.

.

.

.

.

Aku berjalan menuju kelas ku,dengan amarah yang masih bergejolak.

Aku berhenti sejenak. Merasakan ada seseorang yang sedang memperhatikan ku. Ku edarkan pandangan ku ke segala arah di lorong ini.

Plak

Sesorang menepuk bahu kanan ku. Aku tak mengenal gadis ini. Gadis berkacamata dengan rambut hitam sepinggang.

"Kenapa kau diam saja?"

"Ah tidak apa apa,hanya saja..."

"Apa kau merasakan nya? Aku yakin kau menyadari kehadirannya."

Tunggu! Kenapa tiba tiba suasana nya menjadi tegang seperti ini.

"Apa maksudmu" aku mencoba mengendalikan rasa takut.

Dia berjalan hendak berpindah tempat,tepat di hadapan ku.

"Hmm,intinya jangan takut ya! Dan saran ku jangan keseringan menengok kebelakang" ujar nya sambil mengedipkan sebelah mata nya. Genit (?)

"Hmm? Aku tidak paham maksud ucapan mu barusan"

Gadis itu terdiam,tampak sedang berfikir.

"Apa kau lihat sesuatu di belakang ku?" Ujar nya tiba tiba sambil melambaikan tangan kanan nya di depan wajah ku.

Seketika badan ku menegang. Menatap sesosok makhluk berwarna putih melayang layang di balik punggung gadis itu.

Astaga apa itu hantu? Tubuh ku membeku di tempat.

Plak

Sekali lagi aku mendapat kan tepukan di bahu ku.

"Kau melihat nya?"

Aku berkedip. Makhluk itu samar samar menghilang.

Aku mengangguk.

"Makhluk tadi adalah pelindung ku. Ya pelindung turun menurun dari kakek buyut ku"

"Kau juga seharusnya punya tapi..." ia menekankan pada kata seharusnya.

"Tapi?"

Bell tanda pergantian jam berbunyi,menghentikan ucapan gadis dihadapan ku.

"Hmm,lanjut kapan kapan ya Dinar! Sampai berjumpa lagi"

Ia berlari meninggalkan ku sendiri,di lorong ini.

Aku bersumpah setelah ini,saat pulang sekolah aku akan langsung pulang bareng Riri.

.

.

.

.

.

.

.
○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○
"Apa dia sudah menyadari nya?"

"Kurasa belum,bisa di lihat dari tingkah nya"

"Bagus lah! Aku tidak mau kalau dia sampai menyadari keanehan yang terjadi"
○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○
.

.

.

.


Bersambung....

Hujan & Payung RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang