"Buna...""Mommy, kakak lapar"
"mami, Tas dylan mana?"
"Buna, Adek gak nemu dasi"
Jiya menghela napas panjang. Terpaksa bangun dari tempat tidurnya yang nyaman lalu berjalan keluar kamar menuju ke ruang makan. Ketiga anaknya terlihat sibuk mondar mandir mencari sesuatu. Sebenarnya, jiya sangat lelah. Badannya terasa remuk karena baru pulang dari rumah sakit. Tadi subuh ada operasi mendadak yang mengharuskan jiya datang. Sebagai seorang dokter, prioritas pertama jiya adalah pasiennya bahkan dia lebih memilih operasinya dibandingkan acara pertemuan orang tua yang menurutnya, tidak begitu penting dibandingkan nyawa pasiennya.
"Mami, dylan disuruh kasih surat ke mami" Anak pertamanya yang genap berumur 12 tahun memberikan surat dari sekolah, tangan dylan bergetar, takut jika kesabaran mami nya habis karena tingkah nakalnya.
"Kamu telpon papi aja. Mami sibuk"
Jiya tidak memperhatikan ekspresi dylan yang sedih diikuti dengan kedua anaknya yang juga ikut cemberut. Setelah bercerai 2 tahun yang lalu dengan pria yang menimbulkan banyak masalah di hidupnya, jiya menjadi gila kerja dan tidak perhatian ke anak-anaknya. Pantas saja dylan, starla dan vanno selalu membuat onar di sekolah supaya mami mereka bisa sedikit saja perhatian.
"Tapi mom, starla juga punya surat yang sama" Giliran putrinya yang menyerahkan surat panggilan orang tua. Jiya mempunyai tiga anak dimana dylan dan starla merupakan saudara kembar dan vanno merupakan anak terakhir.
"Vanno juga punya surat yang sama?"
Kali ini jiya menatap kearah si bungsu yang mengangguk. Vanno sangat pendiam dan tidak banyak tingkah seperti kakaknya. Jiya bersyukur punya anak sebaik vanno tapi kali ini vanno juga mendapat surat panggilan yang sama. Jiya tidak habis pikir, salah apa dia sampai anaknya menjadi seperti ini.
"Okey, mami bakalan antar kalian kesekolah hari ini dan urus masalah kalian"
Ketiganya mengangguk semangat dan segera duduk di meja makan, menghabiskan sarapan mereka setelah itu berangkat kesekolah. Sudah lama mami mereka tidak mengantar kesekolah karena harus kerumah sakit.
"Buna, vanno tadi telpon baba"
Jiya mengangkat sebelah alisnya, melirik putranya yang terlihat semangat. Vanno akan berbicara banyak ke buna nya tentang baba nya. Jiya tidak pernah paham dunia kecil vanno yang sangat luas untuk putranya apalagi vanno bisa menyimpulkan banyak hal tanpa perlu di beritahukan. Dia tahu kalo buna dan baba nya tidak lagi serumah. Mereka bukan lagi dua orang yang saling mencintai.
Waktu itu umurnya masih 8 tahun, baba mengatakan kalo mereka boleh memilih untuk tinggal bersama siapa asalkan jangan menyusahkan. Baba nya yang saat itu memeluk wanita lain dan juga senyuman serta tangan hangat baba nya yang terasa menyesakkan. Vanno tidak membenci siapapun, dia hanya merasa asing dan memilih menerima.
Kata buna, dia terlalu kecil untuk mendapat penjelasan. Buna hanya memberi penjelasan sederhana jika baba tidak lagi tinggal di rumah mereka. Baba meninggalkannya, kesimpulan sederhana yang bisa vanno simpulkan dan menimbulkan luka yang cukup dalam di hatinya.
"Oh ya?" Jiya terkesan cuek, tidak tertarik dengan percakapan yang melibatkan pria itu tapi vanno tetap menceritakan percakapannya dengan baba nya. Tidak mau buna nya marah ataupun sedih karena dia lebih dekat dengan sosok baba nya yang meninggalkan mereka demi wanita lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] Mom's | VJOY
Fanfiction[BEBERAPA CHAPTER SUDAH DI HAPUS] Perjalanan cinta yang panjang Untuk seorang wanita yang sudah pernah menikah dan jatuh cinta lalu mempunyai anak, tidaklah mudah untuk memutuskan sebuah ikatan dengan masa lalunya. Mungkin dia akan ragu atau bisa sa...