20 : tentang langit (1)

853 128 64
                                    












Jiya menaruh buket bunga dimakam khusus dimana terdapat fotonya dengan seseorang. Jiya merindukannya bahkan sampai saat ini, dia masih bisa merasakan pria itu berdiri disampingnya sambil tersenyum.

"Hai langit, lama tidak berjumpa"

Nama itu, butuh keberanian sangat besar menyebutnya setelah tiga belas tahun lamanya. Jiya tidak pernah berani menyebut atau membahas tentang seseorang itu. Jiel berdiri dibelakangnya, menatap nanar jiya yang diliputi kesedihan. Punggung itu terlihat lebih rapuh dari biasanya. Selalu ada rahasia yang menyedihkan dalam hidup jiya dan hal itu membuat jiel ingin melindunginya.

"Assalamualaikum bang, udah lama gue gak nyapa lu. Apa kabar?, dylan dan starla makin mirip sama bapaknya, maafin gue karena gak bisa menjaga jiya seperti omong kosong gue lima tahun yang lalu, pas pertama datangin lu"


Masih sama, pertemuan dan perpisahannya terbilang masih sama. Jiya dulu hanya bisa berdiri, menaruh bunga dan terdiam berjam-jam didepan makam langit tapi hari ini dia mulai bicara. Perkembangan yang luar biasa, menginggat jiya membenci dan mencintai pria itu sangat banyak. Sampai tidak sudi menyebut namanya.

"Gak nangis lagi?" Jiel datang, mengulurkan botol minuman yang membuat jiya mendongak dan menggeleng pelan. Sebenarnya, jiya tidak menangis. Tidak sedikitpun bahkan saat hari pemakaman langit, dia tidak menangis karena langit sangat kejam. Pria itu menceraikannya saat diambang kematian, menyuruh jiya untuk tidak menangisi kematiannya dan tersenyum. Tentu, dia melakukannya dengan sangat baik.

"Aku istri yang buruk, ya jiel?"

Jiel tertawa hampa, tidak menyangka kalo kalimat tanya itu yang akan keluar dari bibir wanita yang dia cintai.

"Kamu juga wanita yang jahat jiya. Menginggat kamu yang gak punya perasaan karena meminta aku menemani kamu setelah ditolak dan ini makin sulit buat aku"

"Maaf, aku gak punya siapa-siapa untuk diajak kesini dan berbicara tentang dia"

Tanpa kata, jiel duduk disamping jiya. Menatap taman luas didepan matanya. Mereka akan tidur di rumah yang langit rancang sendiri untuk jiya dan keluarga kecil mereka nanti. Menyakitkan menginggat bahwa setiap sudut rumah itu dipenuhi oleh canda-tawa langit ketika mereka berlibur dijogja.

"Kamu bicara seolah-olah kamu tidak memiliki keanu"

"Dia berbeda jiel"

"Dia calon suami kamu jiya, seseorang yang harus mengetahui ini. Tentang kamu yang gak bisa lepas dari masa lalu kamu, tentang kamu yang masih hidup bersama bayang-bayang pria itu dan tentang kamu yang berusaha menginggat dia yang udah gak ada"

"Langit selalu ada jiel, disini" Jiya menyentuh dadany, dimana jantungnya berdetak hanya karena ingatan dan nama yang dia sebut.

"Lantas, apa arti keanu dihidup kamu kalo langit udah memenuhi semuanya"

Jiya tersenyum, pandangannya tidak lepas dari jiel sebelum dia menjawabnya.

"Penganti~"









💫✨💫








February, 18

Namanya langit brams abqari, dia memiliki senyuman kotak dengan mata coklat terang serta tawa yang mengetarkan hati. Jiya tidak menyukainya, hanya saja langit susah untuk diabaikan. Mereka menikah saat jiya masih duduk dibangku terakhir SMA, lebih tepatnya nikah siri. Kedua orang tua jiya yang merencanakan semuanya tanpa perlu meminta persetujuan jiya.

"Aku benci kamu!"

Itu kalimat pertama yang jiya katakan ketika melihat langit, pria yang akan jiya cintai selama hidupnya serta pria yang mengajarkan jiya tentang kehilangan menyakitkan nantinya.

[COMPLETE] Mom's | VJOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang