10 : marry me

1.2K 175 94
                                    




Jiel terlihat mondar-mandir di ruangannya sendiri Tangannya terlihat memegang kotak cincin. Dia sibuk merangkai kata untuk melamar wanita yang dia cintai. Sebenarnya jiel sudah lama merencanakan semuanya tapi jiya sangat susah ditemui, entah kenapa terkesan menghindarinya. Setelah dirasa cukup, jiel segera meraih jasnya dan menjemput jiya diruangannya.

"Ayok makan malam" Jiel tersenyum lebar sekali, jiya sampai menatapnya dengan curiga.

"Sabar, aku kabarin mbak irene dulu soalnya aku sama anak-anak bakalan nginap dirumahnya"

Detik selanjutnya, jiya mulai sibuk dengan smartphone, menelpon. Butuh beberapa menit jiel menunggu dan akhirnya percakapan jiya selesai. Keduanya terlihat berjalan berdampingan ke mobil. Andaikan saja kita bisa berdampingan selamanya, pasti bisakan jiya?- Pertanyaan itu tiba-tiba terlintas dipikiran jiel. Takut jika lamarannya akan ditolak. Kemarin maksud dari akan menjaga jiya dari bara adalah ini. Menikahi jiya adalah jawaban yang jiel dapatkan.

"Kamu diem banget hari ini" jiya sudah menyentuh lengan jiel. Sudut matanya memperhatikan pria yang sudah menemaninya cukup lama sebagai seorang sahabat.

"Perasaan kamu aja. Makasih, aku senang kamu terima ajakan aku buat makan bareng"

"Sama-sama jiel, kapan lagi ditraktir makan sama kamu dan mas kean juga gak lagi di surabaya makanya aku makan malamnya sama kamu"

Ck, selalu keanu yang jiya sebut. Jiel sampai tidak habis pikir. Dia merasa tidak nyaman jika hanya keanu yang memenuhi pikiran jiya. Apakah jiel harus jadi pria itu supaya jiya mau sedikit saja memikirkannya. Ada perasaan cemburu dan tidak nyaman ketika jiya menyebut keanu tanpa memikirkan perasaan jiel.

"Bisa gak kamu jangan sebut-sebut keanu di depan aku?" Rahang jiel mengeras, tangannya memegang stir mobil dengan erat. "Aku gak suka kamu nyebut pria lain ketika bareng sama aku jiya"

"Kenapa sih jiel?. Tumben banget kamu gini" jiya menimpali dengan cuek. Dia tidak terlalu menyukai sikap posesif yang jiel tunjukan.

"Aku cemburu jiya, bisa kamu ngerti itu?"

"Jangan cemburu jiel. Kamu gak berhak" Wajah jiya terlihat datar. Dia hanya menginggatkan jiel bahwa masih ada batasan dari hubungan mereka. Demi Tuhan, jiel itu sahabatnya. Tidak boleh ada perasaan cemburu yang mendominasi hubungan mereka berdua.

Menurut jiya pribadi, perasaan cemburu itu adalah akar dari kehancuran. Itu mungkin hanya berawal dari larangan kecil sampai akhirnya menjadi tidak terkendali. Kamu akan sering melarang pasangan kamu dan mengekangnya seolah dia tidak punya hak untuk memutuskan apapun dalam hidupnya. Melarangnya bertemu seseorang dan hanya boleh bertemu dengan satu orang. Perasaan cemburu akan menimbulkan sesuatu yang buruk.

"Terus aku berhak atas apa jiya?" Sekarang jiel benar-benar berpaling kearahnya. Lampu lalu lintas segera berganti warna ketika jiel ingin marah dan melampiaskan perasaan kesalnya.

"Aku gak mau bicarain ini lagi jiel" Hanya dengan satu kalimat jiya menghentikan pembicaraannya dengan jiel.

Keduanya terlihat canggung ketika memasuki hotel dimana keduanya akan dinner. Jiya tahu jika hotel ini salah satu anak cabang dari Alzeer hotel milik keanu. Jangan sampai keanu tahu tentang dinner jiya bersama dengan jiel tapi sepertinya keinginan nya tidak akan terkabul. Keanu mengetahui semuanya tepat beberapa menit jiya duduk dikursi yang di pesan oleh jiel, teleponnya berdering. Nama kean muncul dilayar tanpa diharapkan oleh jiya sedikitpun. Dia berdiri dari tempat duduknya dan mengatakan akan mengangkat telepon sebentar.

"Kamu dimana?"

Tidak ada kalimat pembuka melainkan pertanyaan yang keanu ajukan.

"Lagi makan di hotel"

[COMPLETE] Mom's | VJOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang