Esoknya...
"Tiara, bisa kemari sebentar?" Pinta bapak.
"Iya pak, ada apa?"
"Bapak mau kamu lanjut kuliah ya, bagaimana?"
Gue berdiam diri, gue bingung haruskan gue lanjut kuliah lagi?
"Tapi pak, Tiara udah kapok kuliah,"
"Nak, inget gak dulu kamu pernah bilang ke bapak ibuk sama mas Wahyu kalau kamu mau jadi pemilik perusahaan? Saat itu kamu minta dibelikan buku yang berkaitan dengan mendirikan perusahaan, kamu minta dibelikan uang mainan, kamu minta dibelikan jas kantor, dan banyak lagi. Memang semua itu belum bapak dan ibuk belikan, tapi bapak ingin kamu melanjutkan kuliah mu,"
"Pak... Tiara udah gak mau melanjutkan cita-cita Tiara, Tiara udah nyaman kerja di kedai teman mas Wahyu. Di sana Tiara bisa makin mendalami Islam lebih dalam dan Tiara merasa kalau pergaulan Tiara bisa aku jaga di sana pak, jadi Tiara udah gak mau lanjut kuliah lagi,"
"Yasudah, jika memang kamu bisa lebih baik di kedai itu, bapak tidak mau memaksa kamu lagi, bapak doakan semoga kamu selalu berada dilingkungan yang baik dan sellau dilindungi Allah,"
"Aamiin pak aamiin, yasudah pak Tiara mau berangkat kerja dulu,"
"Gak sama mas Wahyu?"
"Enggak pak, mas Wahyu udah berangkat tadi pagi banget, katanya ada kajian subuh,"
"Oh iya bapak lupa, yasudah kamu berangkat sana, bentar lagi bapak juga mau berangkat,"
"Hehe iya pak, Tiara pamit dulu ya pak, assalamu'alaikum,"
---
Gue berangkat ke kedai naik angkotan desa habis itu ke terminal naik bis habis itu jalan dikit sampai deh ke kedai."Alhamdulillah gak telat," pekik ku ketika berada di depan kedai.
"Tiara!"
Gue menoleh ke belakang gue, "Kevin? Kok lo tau gue kerja di sini?"
"Gak penting kan gue tau dari mana, gue mau tanya yang kemarin, lo beneran masih suka sama gue kan?"
"Kok kayaknya penting banget? Kenapa Vin?"
"Sebenarnya gue mau dijodohin sama orang lain, gue gak mau, karena gue yakin gue jodoh nya sama elo karena kita sama-sama suka, iyakan?" Tanya Kevin dengan penuh harap.
"Gimana ya Vin? Kata Abang gue nih, jodoh udah ada yang nentuin, gue sadar gue dulu itu bucin banget sama elo, sampai-sampai lo gue masukin ke diary gue, wkwkkw,"
"Jadi?"
"Ya gue kerja dulu... Gue duluan yaa,"
"Please! Lo bilang ke gue, lo cinta gak sama gue?"
"Penting banget ya?"
"Bagi gue ini penting Tiara, gue gak tenang ntar nikah kalau lo masih suka sama gue,"
"Kalau emang lo udah dijodohin ya gue dukung elo kok, tenang aja,"
"Lo udah gak suka ya sama gue? Karena gue masih kayak gini? Sedangkan elo udah berubah jadi cewek alim?"
"Enggak, enggak gitu Vin, lo tetep gue anggep kok sebagai temen gue,"
"Temen?" Kevin pergi begitu saja.
"Maaf ya Vin, sebenarnya gue masih susah ngelupain elo juga tapi kan elo udah dijodohin sama yang lain, mungkin bukan jodoh," batin gue.
Gue pun masuk ke dalam kedai.
"Assalamu'alaikum mas Ilyas, maaf terlambat," ucap gue ke mas Ilyas yang ternyata ada di depan pintu.
"Wa'alaikumussalam, segera ya," ucapnya lantas pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidayah
Teen FictionPerjalanan kisah hijrah gue (Tiara) dari yang awalnya gue suka banget kehidupan gemerlap, foya-foya, bohongin temen, sampe ngehabisin ATM temen, jahat banget emang. Tapi kalau Fir'aun yang hobi suka bunuh orang aja masih diberi hidayah sama Allah...