Sesampainya di rumah, Tania langsung merebahkan tubuhnya. Sambil membayangkan seseorang, ya siapa lagi kalau bukan Ardhan, kakak pembimbingnya.
Ga boleh suka sama dia, pokoknya jangan sampe suka dia! Yang aku sukain di dunia itu cuman Shownu! Nunu! Mas Nunu!! Batinnya merutukki dirinya sendiri.
Tania kemudian berusaha melupakan hal itu dengan pergi mandi.
Selesai mandi, tiba-tiba ponselnya berdering. Banyak notifikasi yang menunggu untuk dibuka.
"Grup kelas?" Katanya sambil menaikkan satu alisnya. Tiba-tiba salah satu temannya mengingatkannya untuk membuat struktur kelas. "Oh iya! Lupa!"
Tania pun langsung menyiapkan peralatannya, dan mulai merancang struktur kelasnya. Tadi pagi, Bu Yanti wali kelasnya menyuruhnya untuk membuat struktur kelas, karena Nana bilang tulisannya rapi dan bagus. Hal itu tentu membuatnya makin tidak menyukai sikap Nana.
"Ck.. Ah... Yang lain pada asik ngerumpi di gc. Lah aku malah disuruh bikin begini," katanya sambil mengomel sendiri di kamarnya. Agar tidak bosan Tania pun menyetel lagu di kamarnya keras-keras. Mumpung mama, papa, sama Kak Jidan lagi ga ada di rumah. Begitu pikirnya.
Butuh waktu sedikit lama untuk menyelesaikan rancangannya itu. Dan karena ingin mengetahui pendapat teman-temannya, ia pun langsung memotretnya dan mengirimnya ke grup chat kelas.
Tapi, hanya sedikit yang menanggapinya. Salah satunya bilang kalau dia tidak suka gaya huruf tegak bersambungnya, dan mengomentari tulisannya dengan cukup pedas.
Sontak, hal itu membuat Tania bersedih. Tapi, ada seorang yang membela Tania dengan menulis "Lu mau kaga ngerjain kaya gtu? Emang lu bisa?". Tania melihat ke nickname disebelah nomornya tertulis DvanAdht._. Tania hanya menebak kalau itu nomor milik Devan. Seorang murid lelaki cerewet yang duduk disamping Tania. Dan tak lama orang yang komentar pedas itu left.
--"
Nanda
Anjirr... Si Tania enak bat ya
langsung dibela ama cowo cogan
lgi awkwkwokwaok😏Kara
Iya bjir... Seneng bet palingan
tuh... Tapi iya sih gambar ma
tulisannya bagus😂Nanda
Gua kaga suka sama yg bkinnya
mukanya ngeselin minta ditabok
kaku bat lagi, gada snyum
snyumnyaKara
Ga boleh gtu Nan. Ntar lu diomelin
bapaknya lho🤣🤣Nanda
Iyaiya maaf sih. Awkwokwoak, btw
orangnya ngilangMakasih kritik ma sarannya:)
Nanda
Eh ada ding:V
--"
Baru masuk dah ngeselin ya. Batin Tania. Jadi males sekolah...
Gadis berkacamata itu kemudian bertanya-tanya kenapa Nanda begitu padanya. Apa karena Devan ganteng? Jadi dia iri sama aku gitu? Dan kenapa Kara juga ikut-ikutan? Berbagai pertanyaan muncul dibenaknya, membuatnya pusing. Duh... Bisa makin parah kalo begini... Batinnya, kesal.
Untuk berusaha melupakannya, Tania melanjutkan pekerjaannya.
.
.
.
."Aarghh!!!! Hhh...hhh... Mimpi apa tuh tadi?!" Tania terbangun dengan tubuh yang berkeringat.
"Tania!! Udah pagi cepet makan terus mandi," suara mama sudah terdengar membangunkannya, walau dia sudah terbangun karena mimpi buruk tadi.
"Iya maa iyaa," Tania membalas dengan suara yang keras. Sambil membuka pintu kamarnya, menuruni tangga. Dan berjalan ke arah dapur disebelah kiri.
"Sarapannya apa?"
"Panekuk sama susu, tuh." Tania langsung menatap panekuk yang sudah tersedia diatas piringnya, sebelum akhirnya ia menyantapnya lahap. "Pulang ntar sama Kak Jidan lagi?" Tanya Tania kearah Jidan yang duduk disebelahnya. "Lho... Iya dong, betewe kenapa nanya?"
"Nggak..." Jawab Tania dengan muka bantalnya. "Harusnya seneng dong dianterin cogan gini," balas Kak Jidan sambil memegang wajahnya. Sontak Tania langsung terbatuk-batuk. "Dih... Gini banget punya ponakan."Ardhi, papa Tania hanya tersenyum melihat keributan kecil antara adiknya dan anaknya itu. "Jidan, kamu sering ketemu Jinan ga?" Jinan, dia adalah saudara kembar Jidan. "Masih. Kenapa emang kak?" Tanya Jidan melirik kearah Ardhi. "Enggak. Saya jarang ketemu dia," sorot mata Ardhi kemudian berubah. "Ah.. Iya, Tania buruan gih makannya nanti kesiangan," titah Jidan sambil menyentuh pundak Tania. "Iyaaa."
.
.
.
.Saat sampai di sekolah. Tania sedikit merasa ketakutan. Takut kalau akan ada sesuatu yang tidak ia sukai terjadi.
Tapi nyatanya. Saat ia masuk ke kelas. Tidak ada apa-apa. Hanya ada Arzaqillah lelaki bertubuh tinggi dan kurus yang duduk dipojok paling belakang. Belum ada murid lain yang datang selain mereka berdua. Sungguh ini sangat hening. Sampai akhirnya Tania menyapa makhluk kasat mata yang ada dipojok kelasnya itu.
"Hey!"
"Tayo," kok ngeselin ya? Tania kemudian tersenyum paksa.
"Nama kamu apa? Maksudnya Arzaqillah apa?" Tania bertanya padanya. Tapi, yang ditanya malah memilih untuk memperlihatkan name tagnya sambil memasang muka flat.
"Arzaqillah Alfarizi, um okey. Kenalin Tania Ezekiel,"
"iya," jawabnya sambil terus melihat kearah jendela. Begini kali ya, perasaan Nana waktu kenalan ma aku. Batin Tania merasa bersalah."Oi! Eh belum ada yang datang nih?" Dua orang yang ada diruangan itu kemudian menengok kearah seseorang yang baru saja datang.
"Aku sadar ternyata aku bukan lagi manusia yang bisa diliat dengan mudah," cetus Arzaq. "Ya maksud gua tuh ga gitu juga," ujar Nana sambil menaruh tasnya.
Tapi seketika, kelas kembali hening. Dan Nana memilih untuk keluar. "Gua mau keluar ah, bay kalian bedua."
Dan kembali hening. Sampai akhirnya Tania melihat keluar, kebetulan saat itu ia duduk di bangku terdepan. Ia melihat ada seseorang yang menatapnya sambil berjalan diluar. Ardhan, sontak Tania membulatkan matanya. Dalam hatinya ia berteriak senang. Padahal Ardhan, pria berdasi itu menatap ruangan kelas tempat ia membimbing adik-adiknya. Tapi, Tania malah mengira kalau Ardhan menatapnya.
Bersamaan dengan itu, Nisa masuk ke kelas, tidak lupa mengucapkan salam. Dan dibalas oleh Tania dan Arzaq. Tapi, saat Nisa masuk. Tania mulai berpikir soal Nanda dan Kara digrup chat kelasnya.
"Kamu kenapa Tania?" Tanya Nisa.
"Eh, euh. Enggak,"
"Serius?"
"Eh, semalem aku liat chat digrup kelas. Itu yang diomongin Nanda ma Kara kayanya kamu deh," mendengar pernyataan itu, Tania malah tambah pusing.
"Ya, I know that," Tania berujar sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Yaudah, nanti kalo diapa-apain ada aku kok. Tenang aja. Santuy," Nisa menepuk pundak Tania, mencobq menenangkannya. Walau sebenarnya pikiran Tania masih terbayang-bayang wajah Ardhan..
.
.
.Bel sudah berbunyi. Tanda istirahat pertama. Tania memakan bekalnya disamping Nana. Saat sedang makan. Tania berpikir, Nanda dan Kara tidak melakukan apa-apa sedari tadi. Apa mereka takut sama aku? Ah bukan apa mereka takut sama papaku? Ish... Ngapain mikirin itu sih. Mending mikirin Nunu. Seketika wajah Tania berubah dan bibirnya membuat senyuman kecil. Membuat Nana bertanya. Tapi, Tania malah menjawab tidak apa-apa. Padahal dia sangat senang sekarang, hanya karena Nunu.
Selesai makan. Tania langsung memasukkan kotak makannya ke tasnya. Berbeda dengan Nana yang memilih untuk memasukkannya ke kolong meja.
Saat itu pula, Nanda berteriak sampai seisi kelas menengok kearahnya. Tentu saja, itu membuat Tania ketakutan, sampai mengeluarkan keringat dingin.
Hehe:v maapkeun kalo jelek:^
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Teen FictionIni kisah tentang persahabatan lima orang remaja juga tentang kisah kasih mereka. Perbedaan tak membuatnya terpisah. Dengan segudang masalah, jalinan mereka tetap tak terputus. Karena itu jalinan persahabatan yang talinya terbuat dari kasih magisnya...