BAB 2 - HAI

760 271 32
                                    

HAI Harapan atau ikatan?
Happy Reading📖
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Sebelumnya, Viana pergi dengan senyum di wajahnya, Reyn senang melihat Viana bahagia seperti itu. Sambil Viana melambaikan tangan, Aris mulai menarik gas motornya, dan pergi meninggalkan jln. Bangau, tempat Reyn melancarkan aksinya.

Itu sebelumnya! 2 jam yang lalu, setelah memerintahkan anggotanya untuk membawa Marsel ke klinik terdekat, Reyn kembali ke cafe XXX.

Namun saat masih di perjalanan, nomor tak di kenal terus menelpon Reyn, ia pun menepi ke pinggir jalan saat itu, dan segera mengangkatnya.

"Halo dengan bapak Reynhard!?"

"Anjir gua masih 17 tahun yah, Siapa si lo!?"

"Saya dengan suster Tini, dari rumah sakit Mentari, maaf menganggu waktu bapak, apa bapak bisa ke rumah sakit sekarang!? Pasien atas nama Aris dan OctaViana saat ini sedang berada di rumah sakit kami, keduanya merupakan korban dari kecelakaan beruntun, pak, dan kam-"

Reyn memutus panggilan telfon-nya, setelah itu, tanpa memakai helmnya kembali, ia langsung saja menancap gas motornya. Melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

Itu sebelumnya!!

Kaki Reyn kembali lemas, membuatnya jatuh dan duduk di atas lantai dingin rumah sakit,
Reyn tak sanggup melihat kedua orang tersayangnya yang kini terbaring lemas.

Reyn memijit pelipisnya pikirannya kini bercampur aduk, beberapa kali suster menegurnya karena menghalangi jalan, keadaan rumah sakit memang sangat ramai malam itu, akibat kecelakaan beruntun yang terjadi tak jauh dari rumah sakit Mentari.

Lama Reyn berdiam diri, sampai akhirnya teman-temannya yang lain datang dan mengangkat tubuh Reyn. Membawanya ke tempat yang lebih sepi.

"Gimana Viana sama Aris!?" tanya Guntur menepuk bahu Reyn.

"Pak Reynhard!! Dokter memanggil anda, kondisi kedua pasien semakin buruk pak,"

Seorang suster yang baru datang langsung mengatakan hal yang sukses membuat kelima temannya panik.

Reyn segera berlari, menghampiri sang dokter yang sedang memeriksa kondisi Viana.

"Ada apa dok!?" tanya Reyn panik.

"Barusan, gadis ini mengalami gagal jantung! Kami harus segera melakukan tindakan operasi dan melakukan transplantasi  jantung kepada pasien,"

Reyn melihat Viana, menatapnya dengan sorot mata sendu, "lakukan yang terbaik, untuk mereka berdua dok!!" ucapnya dengan tegas.

"Sayangnya, saat ini hanya tersisa satu jantung yang cocok untuk mereka berdua,"

Kening Reyn mengerut heran, "berdua!? Adik saya!? Bagaimana kondisinya dokter!?"

Dokter itu menghela napas berat, kemudian melihat Aris dan Viana secara bergantian. "Adik anda, juga harus segera kami operasi, karena terjadi. Penyumbatan pembuluh darah: Kecelakaan yang melibatkan trauma pada tubuh atau dada, juga dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah atau terbentuknya bekuan darah, yang dapat menyumbat pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung. Ini dapat mengakibatkan serangan jantung dan kerusakan pada jantung."

Reyn berdecak sebal, "singkat aja dok! Gua gak paham," timpalnya.

"Singkatnya, mereka berdua harus segera melakukan transplantasi jantung,"

"Dan hanya tersisa satu jantung!?" tanya Reyn memastikan.

Dokter mengangguk pelan, "mereka berdua harus segera kami tangani, dan untuk mencari satu jantung lagi, saya takutkan waktu mereka semakin sempit,"

"Terus gimana dok!!" teriak Reyn menarik kerah baju sang dokter.

"Reyn! Tahan emosi lo," seru Leon menahan tangan Reyn.

"Lo harus berpikir jernih sekarang! Jangan emosi,"

"Tenang Reyn!"

Untung saja, teman-temannya datang tepat waktu dan menghalangi Reyn yang nyaris memukul wajah dokter itu, Reyn berbalik badan membelakangi sang dokter, sambil mengatur hembusan napasnya ia mencoba mengontrol emosinya.

Setelah merasa sedikit tenang, Reyn kembali melihat sang dokter, "menurut dokter, siapa yang peluang hidupnya lebih tinggi?"

"Keduanya, insyaallah kami bisa menyelamatkan keduanya, tetapi untuk saat ini anda harus memilih salah satu dari mereka,"

"Mereka berdua penting dok!!" sahut Guntur tak terima dengan penuturan sang dokter.

"Kalau salah satunya di operasi sekarang, yang gak di operasi gimana dong!?" tanya Gabby.

"Kita hanya bisa berharap, semoga dia bertahan sampai kami menemukan jantung lain,"

"DIEM ANJING! GUA LAGI MIKIR!!" teriak Reyn menatap dengan tajam semua teman-temannya. Urat di sekitar leher Reyn menegang, tangannya terkepal kuat. Sekali saja ada yang bersuara, tinjunya akan langsung mendarat pada mulut orang itu. Leon melangkah mundur, tatapan itu bagaikan ancaman.

"Dokter! Pasien ini gagal jantung," ucap seorang suster yang sedang memberikan RJP (CPR) kepada Aris.

Suasana semakin tegang, ketika dokter berusaha keras menyelamatkan Aris, Reyn menyempatkan dirinya melihat Viana lebih dekat, Reyn duduk di sebelah Viana, sambil mengenggam dan mencium tangan gadis itu, tak kuasa menahannya ia membiarkan air matanya lolos begitu saja.

Reyn menangis tanpa suara. "Maaf Vin," lirihnya kemudian bangkit kembali dari duduknya.

Sebelum mengangkat suara, Reyn menoleh dulu kepada orang-orang di dekatnya, dan melihat sang dokter yang menunggu pilihannya.

Dengan berat hati, Reyn menghembuskan napas panjang, "tolong dok! Selamatkan adik gua,"

"Yakin!?" tanya dokter memastikan.

"Segera operasi adik saya!!" balas Reyn mantap. Setelah itu ia berlalu meninggalkan tempat itu.







Maaf yah seng baru publish soalnya lagi sibuk xixi

﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

𝑆𝑃𝑂𝐼𝐿𝐸𝑅: 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑜n𝑘𝑎𝑛. 𝑋𝑖𝑥𝑖𝑥𝑖𝑥𝑖

𝑆𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡
Author𝐿esung𝑃ipi😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teluk Luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang