Chapter 15 (penyesalan)

31 3 0
                                    

"Awalnya gue itu capek pacaran sama bocah kaya lo!, yang pikirannya labil, posesif gak jelas!. Tapi semakin gue capek, malah buat hati gue semakin yakin kalau lo cewek terbaik yang gue punya"

"Gue beruntung punya lo. karena lo, gue bisa sabar. Lo tahu kan sifat gue gimana? Tapi sekarang gue udah insaf! Itu semua demi lo!. Lo ngajarin gue tentang shalat dan udah gue coba. Itu semua demi lo!"  Arbi menghentikan ucapannya lalu mengusap air matanya. Kemudian memeluk erat tubuh Alma yang mungil.

"Maafin gue" bisik Arbi.

Alma melepas pelukannya,"gue mau putus aja"

Popy yang mendengar langsung tercengang mendengar ucapan Alma yang begitu serius. Arbi hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca.

"Lo serius, Al?" bisik Popy di telinga Alma.

"Gue minta lo tarik ucapan lo sekarang!" bentak Arbi sambil memegang tangan Alma.

Alma menepis kasar tangannya," gak!"

"Serius lo mau putus sama gue? Baru juga seumur jagung udah putus aja" kali ini suara Arbi terdengar parau. Dia benar-benar pasrah jika memang Alma si bocah posesif ini ingin putus.

Alma terdiam beberapa detik lalu memeluk Arbi sambil menangis,"lo gimana sih, bukannya bujuk gue malah beneran pengen putus!" ucap Alma dengan manja.

Arbi membalas pelukan itu dengan hangat," prank nya bikin gue merinding anjir!" cetus Arbi

"Udah deh gak usah pada baperan gitu, sekarang gimana kalau kita pergi ke rumah bang Ghani?"

Alma melepas pelukannya," buat apa?"

Popy menggaruk kepalanya yang tak gatal," kan gue gak punya cowok buat acara dinner nanti malam"

"Emang Ghani mau sama lo?" Arbi bermaksud bercanda.

Popy memukul pelan pundak Arbi yang kekar. Setelah mereka bercanda mencairkan kembali suasana yang tadinya tegang. Mereka pun pergi menuju rumah Ghani.

***
Sesampainya dirumah Ghani, mereka langsung disuguhkan pemandangan yang indah di sore hari. Ya tanpa mereka sadari ternyata ada Geri yang sedang duduk bermain gadget. Anehnya dia duduk santai sambil minum kopi layaknya rumah sendiri.

Popy kaget sekaligus bingung," Lo ngapain disini?!" suara Popy sedikit meninggi.

Geri berkacak pinggang,"suka-suka gue lah!" suara Geri tak kalah tinggi.

"Dasar gak punya sopan santun!" Popy menatap manik mata Geri dengan penuh kebencian. Entahlah, rasanya hati Popy sudah benar-benar pulih dan benar-benar melupakan Geri.

"Lo kenapa sih kayaknya dendam banget sama gue?" Geri semakin mendekatkan wajahnya kepada Popy. Popy hanya mundur perlahan dan perlahan sampai akhirnya tubuhnya bersandar di dinding. Kali ini dia tidak bisa kabur. Arbi dan Alma hanya menggelengkan kepala. Mereka tahu, pasti diantara Popy dan Geri masih terselip rasa cinta meskipun ada gengsi.

Popy menundukkan kepalanya dan menutup mata. Ia takut kalau Geri nekat main tangan dan menghabisinya. secara saat ini selogan untuk mereka berdua adalah "Mantan adalah Musuh".

"Ini rumah gue!" ucap Geri di telinga Popy. Aroma rokok sangat menyengat dihidung Popy. Bagaimana tidak, jarak wajah mereka hanya tinggal se-jari kelingking.

"Lah udah pada rame aja. Mau demo?" tiba-tiba Ghani muncul. "Ayo duduk dulu" lanjutnya sambil mengambil kursi.

Popy pun menolak tubuh kekar Geri hingga akhirnya dia selamat dari tatapan mata yang melelehkan hatinya (lagi).

"Sorry bro gue tadi ada urusan sebentar" ucap Ghani.

"Santai aja" ucap Arbi sambil menyalakan sebatang rokok.

PUPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang