05

5 1 0
                                    

Hari ini sama seperti hari lainnya, yang membedakan hanya menu di kafetaria. Eunhee keluar sendirian, karena Doyeon harus mengurus beberapa hal di Ruang Guru.

Karena mobilnya belum datang, dia menunggu di depan sekolah sambil memainkan handphonenya.

Tidak berapa lama, sebuah bola basket membentur wajahnya dan itu membuat Eunhee meringis kesakitan. Wajahnya mati rasa sebelum Eunhee merasakan seperti ada sesuatu yang terus memukul hidungnya.

"Aww..." ringis Eunhee sambil menutup wajahnya dengan tangan.

"Kau tidak apa-apa? Maafkan aku, aku tidak sengaja," sahut seorang siswa yang berlari kearahnya yang bisa Eunhee tebak, yang membuat bola itu mendarat diwajahnya.

"Yah, tidak bisa kah ka-," Eunhee berhenti berbicara segera setelah melihat wajah itu.

Eunhee pikir dia sedang berkhayal saat dia melihat seorang pemuda dengan mata membulatnya dan bibir merahnya yang penuh. Belum lagi pipinya yang seperti mochi berwarna merah karena keringat, melengkapi tampang rupawannya.

"Ah, aku benar-benar minta maaf," sahut pemuda itu sambil masih memegang bola basketnya di tangan.

"Tidak apa-apa, aku se-" belum sempat Eunhee menyelesaikan kalimatnya,

"Darah!" Jimin setengah berteriak sambil menunjuk wajah Eunhee. Jimin merasa kakinya melemas, sebelum tatapan matanya menjadi sayup.

"Apa?" tanya Eunhee kebingungan sebelum merasakan cairan hangat keluar dari hidungnya, sontak membuatnya menyentuh ujung hidungnya.

Eunhee menjadi lebih terkejut saat pemuda itu langsung terjatuh ke tanah tak sadarkan diri.

Aku yang berdarah kenapa dia yang pingsan? Pikir Eunhee dan langsung dengan spontan memanggil-manggil pemuda itu agar kembali ke kesadarannya.

"Jeogiyo, jeogiyo, bangunlah," pinta Eunhee sambil menggerak-gerakkan badan Jimin.

Akhirnya, karena tidak bangun-bangun, Eunhee meminta bantuan kepada orang-orang yang sedang memerhatikan mereka.

Di UKS, Jimin terbangun dan melihat seorang perempuan sedang mengambil sesuatu dari meja obat. Saat perempuan itu berbalik, Jimin bisa langsung mengenalinya kalau dia adalah perempuan yang tadi terkena bola basketnya.

"Kau sudah bangun? Ya, aku yang kena bolamu tapi kenapa kau yang pingsan?" tanya Eunhee tidak sabaran.

"Aku di UKS?" Jimin menjawab pertanyaan Eunhee dengan pertanyaan lain.

"Eoh, kau pingsan karena membenturkan bola basket ke wajahku," jawab Eunhee sarkastik.

"Kau... hidungmu tadi... kau mimisan," Jimin meracau sambil berusaha bangkit dari tidurnya.

"Eoh, dan biar kutebak. Kau takut dengan darah?" tebak Eunhee sambil menyipitkan matanya.

Walaupun malu mengakuinya, Jimin tidak bisa menyangkalnya karena sangat jelas bahwa tadi dia pingsan.

Akhirnya Jimin hanya mengangguk.

Bukannya prihatin, Eunhee malah langsung tertawa keras, membuat Jimin heran.

"Aku pernah bertemu dengan orang yang sama sepertimu. Parahnya, dia bukan jatuh di tanah, tapi di got," kata Eunhee sambil lanjut tertawa.

"Selera humormu buruk," komentar Jimin sambil memegang kepalanya yang masih pusing.

"Eii, jangan menghinaku," kata Eunhee sambil beranjak untuk mengambil minum dan memberikannya pada Jimin.

"Tapi, kenapa kau berbicara informal kepadaku? Kau kelas satu, kan?" tiba-tiba Jimin membahas senioritas.

THE SUN AND ITS ORBIT [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang