Bab 6

8K 606 23
                                    

Sepulang kerja, ku sempatkan mendatangi klinik kecantikan. Memanjakan tubuh sekali - kali apa salah nya? Dari spa, facial, dan membeli krim dokter.
Rasanya segar sekali setelah seharian bekerja.

Aku pulang ke rumahku. Sesampainya di rumah, aku langsung menuju ke dalam kamarku. Kemudian aku mengambil gawaiku dan mengecek cctv. Aku melihat di setiap ruangan. Namun tak ku temukan dua brengsek di dalam rumah. Aku menaruh gawaiku di atas springbed dan ku rebahkan tubuhku.

Aku teringat dulu pertama kali ayah membawaku ke rumah itu, yang ku lihat dari Vivi adalah wajah polosnya. Itu sebabnya aku sangat menyayanginya seperti adikku sendiri.

Tapi setelah masuk ke masa- masa SMA sekarang, dia berani melakukan hal tak senonoh dengan kakak iparnya sendiri. Sakit sekali mengingat kejadian waktu itu.

Mas Danil? Lelaki yang tidak ada ganteng- gantengnya sama sekali, namun tega berkhianat. Apa yang aku lihat dari seorang Danil? Ah iya, dulu dia dari pesantren. Yang aku kira bakal membimbingku menuju surga Nya. Namun itu hanya omong kosong.

Lima tahun menikah dengannya, namun belum di beri momongan. Setiap berkunjung ke rumah keluarga mas Danil, yang ada aku selalu sakit hati karena ocehan mereka. Setiap ku ajak periksa ke dokter kandungan, mas Danil selalu menolak. Entah siapa di antara kami yang mandul?

Tak terasa air mata menetes. Kenapa.rasanya sesakit ini? Inikah rasanya di khianati? Aku mengusap air mataku dan berusaha memejamkan mata.

***

Hari minggu yang cerah. Tak terasa seminggu sudah aku meninggalkan rumah. Herannya tidak ada satupun dari brengsek itu menanyakan kabarku. Kalaupun si Vivi meneleponku hanya untuk minta uang. Tapi jangan pernah mengharap kan uang dariku. Karena aku tidak akan pernah memberinya lagi. Apapun alasannya.

Waktu menunjukan pukul 09.00 wib. Aku mengecek cctv, mataku terperanjat karena mereka berada di kamarku. Kadang aku heran. Kenapa mereka suka sekali melakukan 'itu' di kamarku?

Aku mengambil tasku dan keluar dari rumah. Menghentikan sebuah taxi dan melaju meninggalkan rumahku.

Taxi berhenti tepat di sebuah rumah berwarna putih. Di dinding pojok atas terdapat papan putih dengan tulisan 'ketua RT'

Aku membayar ongkos taxi dan berjalan menuju rumah pak RT.

Tok tok tok

Tak lama menunggu, pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya mempersilahkanku masuk.

"Pak RT nya ada bu?"

"Ada. Bentar ya?"

Jarak rumah pak RT dengan rumahku tidak terlalu jauh. Hanya selisih lima rumah saja.

"Ada apa mbak Diana?" kata pak RT yang berjalan menuju ke ruang tamu.

"Aku ingin mengajak bapak menggebrek perselingkuhan pak"

"Siapa mbak?"

"Nanti bapak bakalan tahu. Mari pak. Tolong ajak beberapa warga" kataku

Pak Rt keluar dari rumah di ikuti olehku. Kami berjalan menuju ke rumahku. Di sepanjang perjalanan setiap melihat warga, langsung kami ajak.

Sesampainya di rumah Vivi, aku membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang aku bawa. Aku mengajak pak Rt dan beberapa warga masuk dan mendobrak pintu kamarku.

Terlihat dua orang tanpa busana. Keduanya spontan menutup tubuh masing- masing.

"Nikahkan mereka berdua pak" kataku

Pak Rt menyuruh seorang warga untuk memanggil pak ustad. Aku berjalan meninggalkan mereka semua, tidak ku hiraukan suara memelas yang terus memanggil namaku.

Sebuah cinta untuk DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang