0.3 Runding

26 4 2
                                    

Happy reading!!

. . .

Kini ciwi-ciwi kosan berkumpul, meninggalkan para lelaki di meja makan. Setelah makan malam tadi, entah kenapa para cewek ini sangat gelisah. Gerak-geriknya terbaca.

Mereka bertujuh berkumpul diruang tamu, membuat para lelaki menatap mereka aneh. Melihat lingkaran itu, mereka para lelaki seakan di asingkan.

Nata yang duduk disamping Jasmine memilih membuka obrolan. Lalu menatap serius kedepan. "Tadi yang liat Tante sama laki-laki lain siapa?" Tanyanya menyelidik.

Jasmine, Clarissa, Diyana dan Andhini saling bertukar pandangan. Keempatnya seakan menyuruh salah satu dari mereka memberitahu.

Clarissa pasrah. Diyana, Jasmine dan Andhini memilih untuk meliriknya dengan dagu terangkat, mengintruksi Clarissa untuk berbicara.

"Gue, sama tuh tiga cimit" Kata Clarissa lalu menunjuk Jasmine, Diyana dan Andhini. Ketiga orang itu hanya tertawa konyol sambil saling memukul.

Nata kini mengangguk, matanya seakan memberikan arahan untuk Clarissa menjelaskan. 

1 menit.

2 menit.

"Lu kalo mau nyuruh jelasin ya bilang dong. Kan gue gak tau lu mau ngomong apa!" Cibirnya kesal.

Nata hanya mengangkat bahu enteng. Garis wajahnya tetap tenang menanggapi, membuat Clarissa lagi-lagi mendelik tak suka.

"Males banget gue ngomong sama batu" cicitnya. Benar-benar kecil, bahkan Nata disampingnya tak mendengar. "Jadi..... Dengerin gue ngomong dulu. Ada yang motong gue gak jadi ngomong" Titahnya lalu merotasikan bola matanya malas. Mereka semua mengangguk patuh.

Clarissa menarik nafas panjang, lalu melanjutkan bicara. "Jadi, tadi tuh gue awalnya sama Jasmine lewat tukang cimol, niatnya mau beli. Iya, gue yang mau dia juga beli sih. Lu tau gak sih tukang cimol deket sekolah, yang deket cafe itu?" Tanya Clarissa.

Semuanya diam, tak ada yang menjawab. Membuat amarah Clarissa membuncak. "Kok lu pada diem si! Gue nanya loh ini!" Gerutu Clarissa.

Nata disampingnya berubah wajah datar. "Tadi katanya lu suruh diem"

"Oh iya lupa. Yaudah iya ini gue lanjutin. Terus pas disitu, gue liat Om Arya. Yang jelas sih, dia sama cewek. Tapi pas gue tatap lebih jelas, bukan anjir serius dah. Dia bukan Tante Alya, kan kalo Tante Alya gak terlalu tinggi cuman cewek itu tinggi semampai. Gue sih sempet emosi liatnya, cuma gue gak mau mencak-mencak dulu disana, gue takut Om Arya liat gue." Clarissa berhenti sebentar, lalu kembali melanjutkan.

Clarissa menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan. Terlalu bersemangat bercerita jadinya ya begini.

"Kalo ceritanya Diyana sih gue kurang tau jelas. Tapi tadi gue liat mereka berdua si Diyana sama Andhini makan disana. Dan ngeliat Tante Alya disana, untung aja gak keliatan sama Tante Alya. Kalo ketauan udah diamuk kali." Ujarnya lalu geleng-geleng diakhir.

Nata kini mengangguk. Yang lain juga berdehem mengerti.

Kini cewek diujung dekat Diyana berseru. "GUE GAK IKHLAS AH. GUE SEBAGAI TIM SUKSESNYA TANTE ALYA SAMA OM ARYA, GAK IKHLAS KALO MEREKA BENERAN PUTUS POKOKNYA. BESOK KITA DEMO YUK!" Teriak Bella bising.

Nabila disampingnya yang sedang menyedot Susu UHT langsung tersedak tenggorokannya, tepat saat cewek itu teriak dengan nada tinggi. Lalu dengan reflek memukul paha Bella. "Lo gila ya, mau bunuh gue secara halus!" Cibirnya ikut kesal. Tenggorokannya jelas-jelas sakit karena tersedak susu coklat itu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

InfiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang