• P A R T . 7

7.6K 176 18
                                        


D U A B A R I S T A
By: Najhaty Sharma

POV Gus Ahvash

Ini bukan yang seperti orang lain bayangkan., memiliki dua istri cantik pastilah senang. Tinggal menjenguk salah satunya untuk membuang galau.

Bukan.

Dua istri justru memecah konsentrasi.
Letupan asmara yang biasanya fokus kutujukan kepada satu orang dengan tulus berubah menjadi topeng sandiwara demi memenuhi kewajiban terhadap istri yang lain. Tak peduli secapek apapun diriku.

Perempuan yang dipilihkan Umik memang di atas rata-rata. Tapi pada awalnya aku layaknya seseorang yang telah kenyang berusaha menjejalkan makanan-makanan tambahan ke mulutku.

Mei itu gadis yang lugu dan pemalu. Sejak awal aku dan dia susah menemukan topik segar untuk menciptakan chemistry; humor yang melenturkan syaraf-syaraf; atau hasrat yang memantik untuk membuka diri satu sama lain. Aku bisa saja terjebak rasa bosan karena ia bukan teman bicara yang baik.

Kami memang telah melewati fase sebagai suami istri tinggal dalam satu rumah beberapa minggu. Namun kami tak kunjung menemukan titik temu untuk lengket satu sama lain. Ia tetap dengan sopan santun yang mengungkungnya. Aku tetap dengan rasa dingin yang membalutku.

Hingga satu purnama setelah pernikahan kedua, aku bertemu dengan bapaknya secara tak sengaja saat aku ceramah di luar kota. Kebetulan, sang sohibul hajat masih saudaranya Mei.

Lelaki paruh baya itu datang tergopoh-gopoh hendak mencium tanganku yang segera aku tepis. Beberapa menit setelah berbasa-basi satu sama lain. Bapak langsung melontarkan hal yang membuatnya resah.

"Gus, kulo nyuwun doa kagem anak kulo. Supaya dia bisa bahagia, kerasan di Tegalklopo. Karena ya, mau bagaimana lagi kulo nderek dawuh Mbah Kiai Sholah, supaya bisa mendapat barokah"

Aku mulai tak enak hati melihat gestur wajahnya.

"Tadinya, kakak-kakak Meysaroh mboten setuju dengan pernikahan ini Gus, makanya mereka semua mboten wonten di acara ijab di Tegalklopo!"

Aku mengerutkan dahi. Menemukan realita baru.

"Meisaroh sendiri yang memilih menjadi istri jenengan Gus. Larene menolak lamaran tetangga desa. Dia sanjang sendiri, sanggup, ia rela katanya!"

Deg.

"Benar begitu tho Pak?"

"Enggeh Gus...!"

Kulihat kerut-kerut di wajahnya mempertegas tekanan batin itu.

"Nyuwun ngapunten jika anak saya punya kekurangan, ya, maklumlah dia gadis desa. Kami biasa hidup sederhana. tentu berbeda dengan putro Kiai Manshur!"

Rasanya aku seperti tertampar. Aku gantian meminta maaf padanya bertubi-tubi.

Saat itu aku berpikir, meskipun kata orang-orang Meisaroh akan mudah mencintaiku karena kelebihan-kelebihan yang ada dalam diriku. Tapi bagaimanapun juga, menjadi istri kedua itu adalah pilihan berat.

Mana ada sih perempuan yang bercita-cita jadi madu?

Meisaroh sudah siap mental untuk menepis egonya demi hal yang disebut 'barokah' dan 'ridlo'. Padahal, belum tentu aku bisa menghargai upaya itu dengan sungguh-sungguh. Belum tentu aku bisa membalas pengorbanan itu dengan setimpal.

Dan lagi ia sama berhaknya dengan istri-istri lain di muka bumi untuk mendapat kebahagiaan.

Beberapa menit kemudian setelah Bapak Meisaroh undur diri ke belakang, datang Pak Min alumni sepuh Tegalklopo yang dulu merawatku saat kecil. Karena itu hubungan kami akrab.

DUA BARISTA [Real from the author] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang