• P A R T . 13

9.6K 259 49
                                    

D U A B A R I S T A
By:Najhaty Sharma

Badrun

Ada yang berbeda dengan rutinitas Badrun pagi ini.

Biasanya selepas subuh, ia bertandang ke ndalem memasukkan satu persatu ageman Gus Ahvash dalam mesin cuci, mengeringkannya dan lalu menjemur nya di samping ndalem. Kadang, seminggu sekali Badrun menjemurkan sandal dan sepatu kulit Gus Ahvash di teras ndalem.

Tapi pagi ini, lagi-lagi ia celingukan mencari baju-baju kotor itu tidak ada dalam ember tempat Gus Ahvash menaruhnya. Justru ageman itu sudah berderet-deret rapi pada tali jemuran.

Ini sudah yang kedua kali.

Badrun garuk-garuk kepala yang tak gatal.

Lalu, saat Badrun hendak menjemur koleksi sepatu Gus Ahvash, etalase itu juga telah kosong karena isinya telah di pindah di teras entah siapa penjemurnya.

Badrun pun mengintip di dapur ndalem, hendak bertanya pada khodimah putri, siapa yang berbaik hati menggantikan tugasnya?

Ia mengurungkan niat untuk bertanya dan justeru berdiri di balik pintu, menyimak obrolan Asih yang tengah menemani Ning Mazarina memasak.

"Jadi bumbu-bumbu ini sudah di campur dari pabrik nya Sih? Kita tinggal menuangkan saja?" Tanya Ning Mazarina sibuk membolak-balikkan merk pada salah satu bumbu sachetan.

"Enggeh Ning!"

"Kayak orisinil buatan sendiri ya Sih!"

"Tapi itu expirednya lebih cepat dari yang bubuk Ning!"

Tak biasanya Badrun menemukan Ning Mazarina berada di dapur sepagi ini. Biasanya, saat Badrun mulai menyalakan mesin cuci, Ning Mazarina tengah duduk di teras sembari membaca kitab, lalu saat Badrun selesai mencuci, Ning Mazarina telah pindah ke dalem dan olahraga treadmill, lalu berganti pakaian putih dan segera berangkat ke madrasah menenteng kitab.

Itu rutinitas Ning Mazarina sepanjang pengamatan Badrun.

Lalu kali ini ia menemukan dua perempuan yang disinyalir tak pandai memasak itu tengah sibuk di depan wajan, setahu Badrun, yang biasa memasak untuk Ning Mazarina itu khodimah lain, bukan Asih.

Karena Badrun masih ingat, suatu pagi, Asih melambaikan tangan padanya usai menjemur ageman.

"Kang sini sebentar kaang!"

"Kenapa?"

"Bisa bantu ngiris daging ayam kang?"

Tanpa banyak menjawab Badrun segera mengeksekusi daging yang dimaksud oleh Asih.

Lain waktu, pernah juga Asih meminta tolong ia mengiris lompong dan pare. Tanpa banyak tanya, Badrun menunaikan permintaan itu.

Hingga suatu kali, Badrun menemukan kenyataan ambigu saat ia mencuci baju kesiangan dan bertemu Mbak Afi salah satu khodimah Ning Mazarina yang tengah sibuk memasak, tidak ada Asih di dapur kala itu.

"Sendirian? Nggak ditemani Mbak Asih?" Begitu Badrun bertanya. Entah kenapa detik itu tak sengaja ia melontarkan pertanyaan tak penting itu.

"Mboten Kang. Mbak Asih mboten bagian masak-masak!"

Rupanya jawaban simpel itu membuat alis Badrun bertautan.

"Maksudnya?"

"Nggeh Mbak Asih itu khodimah bagian nderekke tindak. Bukan bagian masak-masak!"

"Bedanya apa?"

"Mbak Asih itu kan anak manja. nggak bisa masak! Ya kayak Kang Badrun ini loh, kerjaanya di bagi bagi. Dia bagian nderekke Ning Maza"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUA BARISTA [Real from the author] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang