Jadilah pembaca yang baik
~
Selamat membaca!Hari sudah malam, kini kami bertiga sudah berada di dalam apartemenku. Agak terkejut juga ketika aku keluar dari markas dan mengetahui bahwa markas itu ternyata terletak di bawah tanah. Aku juga belum melihat pak Jinhwan.
"Whoaa, kupikir tidak akan seluas ini." Jisung berlarian mengelilingi apartemenku dengan koper yang masih ditangannya, ia lalu menuju balkon.
Sekarang tinggal aku dan Guanlin yang berada di ruang tamu. Setelah meletakkan kopernya, Guanlin merebahkan dirinya di sofa ruang tamu.
"Yak! Apa orang tuamu tidak mengajarimu sopan santun?" bentakku dari sofa yang lain.
Guanlin hanya menghela nafas. "Mengajari apanya? Peduli saja tidak." ucap Guanlin yang sedang menutup matanya. Oke, sepertinya aku salah bicara. Sebaiknya aku tidak menanggapinya lagi.
Setelah cukup lama terdiam, Guanlin berucap. "Kau tidak penasaran akan perkataanku?" celetuknya masih dengan mata tertutup.
"Kenapa memangnya? Aku hanya takut itu akan menyakiti perasaanmu."
"Ah sudahlah, semua perempuan sama saja."
"Oke oke baiklah akan kutanyakan. Guanlin... Apa maksud dari perkataanmu...??"
Guanlin tersenyum puas. Dia membuka matanya lalu bangun dari posisinya.
"Mereka tidak menaruh kasih sayang padaku. Bahkan sepertinya lupa kalau mereka punya anak. Orang tuaku sangat gila kerja. Jarang pulang ke rumah. Ayahku adalah pemilik dari perusahaan elektronik di taiwan, sedangkan ibuku adalah seorang pimpinan dokter di sebuah rumah sakit di sana."
"Kau ini sengaja ingin menyombongkan diri ya?"
"Yak! Aku ini sedang curhat!"
Aku tidak menanggapi perkataan Guanlin. Aku hanya fokus pada layar ponselku yang sedang memutar sebuah lagu tanpa volume. Sedangkan Guanlin kembali tertidur di sofa itu. Jisung juga sudah masuk ke dalam dan sepertinya ia sedang membersihkan diri.
Tak lama kemudian, Jisung keluar dengan handuk berada di kepalanya. Aku melirik jam sekilas dan itu membuatku terkejut.
Jisung cukup gila dengan mandi menggunakan air dingin pada pukul 11 malam.
Aku hanya menggeleng pelan. Sementara Jisung sudah berjalan menuju kamarnya. Dia sepertinya sangat yakin kalau itu kamarnya. Di apartemenku memang ada 2 kamar tidur. Tapi aku belum memberitahunya tentang kamarnya dan Guanlin.
Dan untungnya ia menuju kamar yang benar. Aku tidak bisa membayangkan betapa malunya aku jika Jisung melihat kamarku yang sedari pagi belum aku bersihkan.
Aku pun lantas membangunkan Guanlin dan menyuruhnya untuk segera membersihkan diri. Aku tidak mau jika ia tidur di sofaku dengan tubuh penuh keringat seperti itu. Walaupun awalnya menolak, tapi pada akhirnya dia menurut juga.
_DETECTIVE [Huang Renjun]_
Kriiiiiiiinnngggg!
Pagi hari, alarmku berbunyi, menunjukkan pukul 04.30. Aku membangunkan diri dengan terpaksa. Namun sebelum aku beranjak dari tempat tidurku, aku mendapati ruangan lain sudah diterangi dengan lampu. Bersamaan dengan itu juga, aku mendengar suara berisik dari luar kamarku. Aku segera mencari sumber suara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETECTIVE || Huang Renjun
FanfictionGadis SMA menjadi detektif? Siapa takut?! Ini perjalananku, tentang karir di usia belia. Dan ini kisahku, tentang cinta tentunya.