CHAPTER 4: Jalanin dulu aja

9 1 0
                                    


Dan ternyata takdir berkata lain. Tiga hari setelah pengumpulan angket pengumuman pun ditempel pada papan pengumuman. Aku pun tak mau melihatnya. Tetapi Aerilyn teman sebangkuku tiba-tiba berlari kearahku.

“Cha, kamu harus ke lobby sekarang!”,ucap tergesa Aerilyn.

“Apa sih Lyn, gam au ah, males, ga ada guna juga.”, balas Echa.

“Ih buruan ayo!”, paksa Aerilyn.

Dan akhirnya Aerilyn pun menarik paksa tanganku. Sebel banget deh, padahal aku lagi sibuk gambar dibinder. Dengan rasa terpaksa aku mengikuti kemauan Aerilyn. Sumpah di lobby penuh banget anak kelas sepuluh dan teman seangkatanku. Males banget gila, akhirnya aku dan Aerilyn menyela kerumunan tersebut. Dan Aerilyn menunjuk sebuah nama. Yaaa tertuis Keyza Sofia Shareen XI MIPA 4. Gilaaa padahal kan diangket aku nulisnya tidak minat. Eh malah masuk daftar calon anggota osis. Dan minggu depan aku diminta untuk wawancara.

Minggu depan juga aku diminta kakak kelas untuk wawancara ulang penerimaan anggota rohis. Untungnya sih beda hari, jadi bisa bagi waktu sih.

~bel pulang sekolah

Sesampainya di rumah aku langsung mandi, beres-beres, makan, dll. Lalu setelah sholat maghrib. Aku pun langsung masuk kamar dan mulai mencari tau segalanya tentang osis di SMAku itu. Memang sih awalnya ga niat sama sekali. Tapi karena aku diberi kepercayaan ya jadi aku berusaha mempersembahkan yang terbaik. Dan aku berusaha mempersiapkan segalanya. Aku pun banyak tanya dengan temanku yang memang sudah pernah menjabat sebagai anggota osis. Usahaku tidak hanya belajar dan mencari tau, tapi juga berusaha mendekati semua warga sekolah. Aku berusaha akrab dengan anak kelas lain, adek kelas, dan memberanikan diri berkomunikasi dengan kakak kelas.

Di SMA ini khusunya kelas sebelas benar-benar banyak sekali masalah yang kuhadapi. Tetapi untungnya aku mempunya empat orang sahabat yang selalu ada ketika aku membutuhkannya. Mereka adalah Veronica, Vita, Ana, dan Sasya. Kita mulai bersahabat ketika kelas sebelas ini, entah mengapa aku merasa cocok jika bersama mereka, begitupun sebaliknya.

Kembali lagi dengan Ezril. Hmmm semakin lama hubungan kita semakin renggang karena dia tau jika orangtuaku tidak mengizinkanku untuk berpacaran. FYI sih, jadi selama ini aku pernah pacaran itu backstreet. Bunda taunya cowok-cowok yang dekat denganku adalah sahabatku. Cuma Ray yang pernah kuceritakan ke bunda. Itu pun aku cerita baru-baru ini. Ya karena memang Ray dulunya sering menghampiri bunda ketika bunda menjemputku sekolah.

Entah Ezril kecewa padaku atau bagaimana aku tak tau, aku jadi merasa bersalah. Tapi jujur, memang aku menyukainya. Tapi ya mau gimana lagi, aku tidak mau melanggar perintah ayah bundaku. Dia pun memakluminya. Tetapi suatu ketika dia menanyakan sesuatu kepadaku.

Ejril: “Fi, aku mau tanya boleh?”

Echa: “Iya jril, boleh kok.”

Ejril: “Menurutmu status dalam hubungan itu penting nggak?”

Echa: “Ya penting sih.”

Ejril: “Terus kamu nganggep aku apa fi?”

Echa: “Mmm….. Jadi gini jril, Karena ortuku ngga ngizinin aku buat pacaran, ya mau gimana lagi?”

Ejril: “Iya tau, aku nanya, kamu itu nganggep aku apamu?”

Echa: “Multi sih jril, tak anggep pacar iya, sahabat juga iya, kakak iya, temen juga iya.”

Ejril: “Owh gtu, terus kalau masalahnya ada di ortumu gmana? Kita mau backsreet?”

Echa: “Enggak, aku nggak mau nglanggar aturan bundaku.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Don't Know MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang