22 : Invitation

2.3K 248 73
                                    

Hari Minggu sering dimanfaatkan bagi sebagian orang untuk pergi berpiknik bersama dengan keluarga. Seperti yang dilakukan oleh Irene dan Sehun yang mengajak putra mereka untuk berpiknik. Mereka pergi berpiknik di taman dekat sungai Han yang juga ramai dikunjungi saat ini.

Irene juga membawa makanan yang ia buat tadi serata beberapa cemilan dan minuman dingin. Yeonjun juga terlihat senang karena bisa pergi piknik bersama dengan sang ayah yang biasanya hanya bersama dengan Irene dan Jennie saja waktu mereka masih tinggal di Busan.

"Eomma, Yeonjun mau main perosotan disana." kata Yeonjun yang meminta ijin pada Irene.

"Boleh, tapi Yeonjun mainnya harus hati-hati dan tidak boleh jauh-jauh!" Yeonjun mengangguk setelah mendapat ijin dari Irene. Anak kecil itu sudah pergi bermain dengan anak-anak lain yang juga tengah bermain perosotan.

Sekarang tinggal menyisakan Irene dan Sehun yang merasa bingung akan melakukan apa. Mereka masih saja canggung jika harus berdua seperti ini. Terlebih lagi jika Irene harus mengingat kejadian semalam di mana dirinya hanya tidur berdua bersama Sehun karena Yeonjun sudah tidur bersama orang tuanya. Apa lagi saat bangun tadi pagi ia baru sadar jika tertidur sambil memeluk tubuh Sehun.

Sungguh Irene sangat malu pada saat itu. Jadi, jika bisa ia ingin melupakan kejadian tadi pagi atau mungkin berharap hal itu tidak terjadi saja.

"Kau percaya padaku, kan?" tanya Sehun dengan suara berat. Irene sedikit terkejut reflek menatap Sehun dengan raut wajah polos.

"Eh?... Maksudmu apa?"

"Aku membutuhkanmu sebagai seorang ibu dan istri." ucapnya menatap Irene untuk meyakinkan.

"Beri aku waktu untuk memikirkannya."

Sehun tersenyum lalu mengangguk. Mendengar jawaban Irene membuat Sehun merasa lega karena berarti Irene masih memikirkan untuk kembali lagi dengannya. "Aku akan menunggumu sampai kau siap, Rene."

"Terima kasih." Irene mencoba untuk tersenyum kepada Sehun. Mereka berdua terlihat larut dalam suasana ini.

"Tapi jangan membuatku menunggu terlalu lama." ucap Sehun dan Irene menjawab dengan sebuah anggukan. "Apa perlu aku melamarmu lagi? Lalu kembali menikah agar kau percaya?"

Irene tersenyum malu sambil menggelengkan kepala. "Aku ha—"

"Aku mencintaimu!" sela Sehun yang memotong kalimat Irene. Wanita yang masih berstatus sebagai istrinya terlihat malu dengan pipi yang mulai memerah. Irene merona karena Sehun.

"Aku mencintaimu." kata Sehun sekali lagi. Sungguh ia sangat gemas melihat wajah Irene yang malu-malu seperti ini membuat dirinya jadi teringat masa muda saat mereka masih pacaran saja.

"Aku mencintaimu, Oh Irene." Setelah itu Sehun mencium bibir Irene sekilas membuat wanita itu terkejut dengan mata membulat. Irene malah terlihat menggemaskan dengan mata membulat seperti itu ditambah dengan pipinya yang masih merona, membuat Sehun gemas dan rasanya ingin kembali mencium wanitanya.

Sehun untung masih ingat jika saat ini ada di keramaian. Jadi ia tidak mau membuat orang berfikir jika dirinya tengah berbuat mesum dengan sang istri nanti.

"Maaf aku tidak tahan tadi karena melihat wajahmu yang menggemaskan, Rene."

-

-

Irene sekarang ada di supermarket untuk belanja beberapa bumbu dapur yang sudah habis. Ia memilih untuk pergi seorang diri di supermarket dekat dengan rumah dengan berjalan kaki, karena memang tempatnya juga dekat.

Setelah mendapatkan barang yang ia cari, Irene membawanya ke kasir. Saat menunggu pegawai kasir menghitung belanjaannya Irene melihat ada seseorang yang berdiri tepat di sampingnya dan baru saja meletakan minuman dingin di meja kasir. Karena penasaran Irene mendoakan kepalanya karena orang itu jauh lebih tinggi darinya.

orang ketiga ; hunreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang