12 : Men

2.7K 282 149
                                    

"YEONJUNNNNN!!!"

Teriakan itu membuat tetangga sekitar jelas merasa terganggu. Tapi mau bagaimana lagi mereka sudah biasa mendengarnya. Anak laki-laki bernama  Yeonjun itu memang suka sekali membuat ibunya marah setiap hari karena ulahnya.

Tapi tetangga disekitar rumah juga sulit untuk marah pada anak itu meski kelakukan Yeonjun yang kelewat nakalnya. Bagaimana mau marah jika Yeonjun sangat manis dan tampan. Padahal usianya masih tiga tahun setengah.

Irene hanya bisa geleng-geleng kepala melihat putranya yang pulang dari main dengan pakaian kotor penuh lumpur. Harus sabar seperti apalagi Irene sekarang jika seperti ini.

"Ayah Yeonjun, cepat keluar!" Irene kembali berteriak membuat pria yang masih setengah memejamkan matanya keluar dari dalam rumah.

"Ada apa?" tanya pria itu sambil mengucek matanya.

"Lihat apa yang anakmu lakukan!" suruh Irene menunjuk Yeonjun yang masih diam karena takut jika Irene sudah marah seperti ini. Pria itu langsung menatap ke depan dan seketika tawanya pecah.

"Astaga Yeonjun!!! Kau habis menangkap ikan dimana?" Pria itu benar-benar tidak bisa menghentikan ketawanya membuat Irene kesal langsung memukul lengan pria itu.

Bagaimana tidak mau tertawa jika seluruh tubuh Yeonjun tertutup oleh lumpur dan yang terlihat hanya kedua bola mata anak itu. Pria itu sampai tertawa terpingkal-pingkal melihat Yeonjun.

"Ya! Kim Taehyung! Aku minta kau memarahi putramu, bukan malah menertawakannya!" teriak Irene membuat Taehyung menghentikan tawanya.

Memang, kalau Irene sudah marah seperti itu tidak akan ada yang berani dengannya.

"Memangnya kenapa jika bermain lumpur? Diakan laki-laki! Aku malah akan takut jika Yeonjun bermain boneka barbie." kata Taehyung membuat Irene menghela nafas. Ternyata salah jika dia meminta Taehyung memarahi Yeonjun karena nyatanya pria itu malah membela putranya.

"Tidak ayah, tidak anak sama saja."

"Lagi pula Yeonjun itu masih kecil jadi wajar jika dia bermain lumpur." kata Taehyung yang tidak dihiraukan Irene. "Kenapa kau suka sekali memarahi Yeonjun? Lihat bahkan keriputan di wajahmu selalu bertambah satu aku lihat setelah memarahi Yeonjun."

Irene mulai meraba-raba wajahnya. Apa benar yang Taehyung katakan?

"Iyakan jagoan?" Taehyung bertanya pada Yeonjun yang mengangguk membuat Irene semakin panik.

"Awas saja kalian berdua kalau berbohong!" kata Irene kemudian masuk ke dalam rumah untuk bercermin.

Tidak tahu saja jika Taehyung dan Yeonjun sudah tertawa terpingkal-pingkal di depan rumah karena berhasil mengerjai macan betina itu. Iya, Taehyung memang memberikan julukan macan betina pada Irene, karena jika wanita itu sudah marah akan sangat mengerikan.

-

-

"Hai, Men! Sepertinya kita bertemu lagi."

Yeonjun yang sedang bosan menunggu dijemput langsung tersenyum sumringah melihat seorang pria yang menghampirinya. Baru satu bulan mereka berkenalan tapi sudah begitu dekat. Jika Irene sampai tahu pasti dia akan dimarahi habis-habisan karena berbicara dengan orang asing.

"Paman, kenapa kemarin tidak kesini?"

"Paman sibuk bekerja. Kenapa Yeonjun selalu menunggu sih? Memangnya ibu Yeonjun kerja dimana?"

"Ayah dan Ibu punya kafe, jadi kalau siang seperti ini pasti ramai. Paman juga harus datang ke kafe Ayah, kopi disana enak lho."

"Baik, kapan-kapan kalau Paman sudah ada waktu akan datang ke kafe milik Ayah Yeonjun." Pria itu mengusap rambut Yeonjun dengan gemas. "Sepertinya Paman tidak bisa menemani Yeonjun sampai di jemput. Tadi Paman di telpon untuk segera kembali ke kantor."

"Tidak apa, Paman. Di dalam juga masih ada ibu guru sepertinya."

"Paman pulang dulu Men. Sampai jumpa besok!"

Pria itu dan Yeonjun sama-sama melambaikan tangan mereka. Hingga mobil pria itu sudah mulai tidak terlihat lagi karena berbelok ke gang.

Setelah kepergian pria itu Yeonjun kembali duduk dengan malas menunggu Irene datang menjemput. Dari kejauhan ia melihat seorang wanita yang berjalan dengan setengah berlari ke arahnya dan itu sang ibu.

"Lagi-lagi Eomma terlambat menjemput." Irene hanya tersenyum mendengar ocehan dari Yeonjun sang putra.

"Maaf tadi Eomma harus membantu Ayah Taehyung di kafe. Pelanggannya sangat banyak hari ini. Jadi kita harus cepat kembali lagi ke kafe sekarang!"

"Ah Eomma, tapi Yeonjun ingin beli es krim." Yeonjun merengek membuat Irene menghela nafas. Jika tidak dituruti pun percuma karena anak ini juga akan marah sampai rumah.

"Ya sudah, nanti kita beli di jalan sekalian. Sekarang ayo cepat!"

-

-

Tok

Tok

Tok

Yoona terpaksa keluar untuk membuka pintu karena sepertinya ada seseorang yang datang ke rumah. Membuka pintu dan melihat siapa tamu yang datang membuat ekspresi wajah Yoona tidak senang.

"Tsk, mau apa kau datang kemari?" Yoona membuang muka sambil bertanya. Sojeong yang merupakan orang yang datang berkunjung itu hanya dapat menghela nafas.

"Nyonya, putriku sangat merindukan ayahnya. Apa iya tidak bisa bertemu dengan Sehun sebentar saja?" tanya Sojeong dan terlihat jika mata wanita itu mulai berkaca-kaca.

"Tidak, aku tidak mau membiarkan dirimu menghasut pikiran putraku lagi. Kalau kau mau kenapa tidak carikan saja anakmu itu ayah baru."

"Yang putriku mau ayahnya, bukan sosok pria yang akan menggantikan ayahnya. Naeun masih kecil dan dia juga butuh kasih sayang dari ayahnya. Apa Nyonya tidak mengerti?" Awalnya Sojeong berniat datang baik-baik karena Naeun yang terus menangis ingin bertemu dengan Sehun. Karena tidak ingin melihat putrinya terus bersedih ia menyampingkan perasaannya dan pergi mendatangi rumah keluarga Sehun.

"Benarkan begitu? Kalau memang begitu kenapa kau tidak tinggalkan saja dia di sini? Biar ayahnya yang merawat!" kata Yoona menatap ke pos depan satpam rumahnya dimana Naeun sedang bermain dengan salah satu penjaga rumah.

"Sepertinya Nyonya tidak mempunyai perasaan." kata Sojeong dan tanpa perhitungan sama sekali Yoona langsung menampar pipi wanita itu begitu keras.

"Jika kau menyebutku tidak punya perasaan, lalu kau apa? Kau wanita yang sudah menghancurkan kehidupan keluarga anakku! Apa itu kau sebut mempunyai perasaan?" kata Yoona setengah membentak pada Sojeong. "Bahkan menantu sampai sekarang belum ada kabar, kau tahu itu."

"Pergi dari rumahku! Keluargaku tidak pernah lagi mengharapkan kedatanganmu kemari, mengerti?!" Setelah mengatakan itu Yoona langsung menutup pintu rumahnya secara kasar. Tentu itu juga membuat Sojeong terkejut.

-

-

Irene masuk ke dalam kamar dam melihat Yeonjun yang sedang memegang celengan berbentuk bus. Irene memang sudah mengajar putranya itu untuk mandiri. Jika menginginkan sesuatu berarti Yeonjun harus menabung dulu sejak awal.

Irene duduk di tepian tempat tidur di samping sang putra lalu mengambil alih celengan itu dari tangan Yeonjun. "Anak Eomma sepertinya rajin sekali menabung. Celengannya juga sudah berat."

"Bagaimana tidak berat, kan Yeonjun menabung dengan uang koin." Irene hanya dapat tersenyum lalu mengusap rambut putranya.

"Memang jika uangnya sudah banyak Yeonjun mau beli apa?"

"Yeonjun ingin beli sepeda seperti punya Kak Jisung."

Sebenarnya Taehyung juga sempat bertanya pada Irene untuk membelikan Yeonjun sepeda seperti yang putranya mau. Tapi Irene melarang karena ingin agar Yeonjun menjadi mandiri dan tidak manja.

Tapi tanpa sepengetahuan Yeonjun, Irene juga sering memasukan beberapa lembar uang ke dalam celengan Yeonjun saat malam.

"Kalau begitu Yeonjun harus lebih semangat lagi menabungnya!"

Yeonjun mengangguk, "Yeonjun ingin main bersama Ayah Taehyung."

"Jangan mengganggu Ayah, dia sedang sibuk sayang!" teriak Irene namun tidak dihiraukan sang putra yang sudah lebih dulu berlari.

orang ketiga ; hunreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang