25 : Problem

2.6K 267 234
                                    

"Eunwoo mengenal Sojeong sebagai orang yang baik dan sosok wanita yang sederhana." jelas pria itu kepada kedua orang tuanya. Tuan dan Nyonya Cha hanya mendengarkan saja.

"Tapi wanita itu sudah merebut suami orang, apa dia masih bisa dikatakan orang baik?" Sang ibu mulai berkomentar. "Masih banyak wanita diluar sana yang jauh lebih baik darinya, Eunwoo."

"Ibu tidak mengerti. Aku hanya mencintai Sojeong. Berapa kali lagi Eunwoo harus jelaskan pada Ibu jika yang terjadi dengan Sojeong dan Sehun itu adalah ketidak sengajaan." Eunwoo mulai merasa frustasi untuk menjelaskan pada ibunya yang belum juga paham.

"Sekarang begini saja, Ibu akan mengijinkan kau untuk menikah dengan Sojeong asal anak wanita itu tidak tinggal bersama kalian nantinya setelah menikah."

"Bagaimana itu bisa? Eunwoo juga sudah menganggap anak Sojeong seperti anak aku sendiri, Bu. Jadi aku tidak keberatan jika harus merawat anak Sojeong juga." Eunwoo menolak syarat yang diberikan Nyonya Cho.

"Tapi Ibu dan Ayah tidak bisa menerima anak wanita itu. Lagi pula dia juga punya ayah, kenapa tidak berikan saja dia pada ayahnya."

"Anaknya Sojeong bukalah barang yang bisa Ibu berikan begitu saja jika sudah tidak ingin."

"Pilihan ada pada kalian, Ibu ngantuk ingin tidur." Nyonya Cha kemudian berlalu pergi masuk ke kamarnya. Di ruang tamu hanya menyisakan Eunwoo dan Tuan Cha.

"Ambilah keputusan dengan kepala dingin. Pilih apa yang menurutmu baik untuk dilakukan." Tuan Cha menepuk punggung sang putra pelan. "Ayah akan mencoba untuk bicara dengan Ibumu nanti."

"Terima kasih Ayah, sudah mau mengerti keadaan Eunwoo."

-

-

Sojeong duduk di salah satu meja yang ada di cafe tengah menunggu kedatangan seseorang. Dari kejauhan ia melihat sosok laki-laki berpakaian rapi. Oh Sehun, pria itu berjalan menghampiri dirinya.

"Ada apa kau mengajakku untuk bertemu di sini, Sojeong?" tanya Sehun setalah dia duduk di kursi depan Sojeong.

"Maaf mengganggu jam istirahat kerjamu. Tapi ada satu hal penting yang ingin aku katakan padamu." Sojeong memberi jeda pada kalimatnya. "Jadi... Kemarin aku sudah pergi ke rumah orang tua Eunwoo."

"Bukannya itu bagus, lalu ada apa?"

"Masalahnya orang tua Eunwoo tidak mau menerimaku setelah apa yang terjadi dengan kita dulu." Sojeong menunduk dan lain halnya dengan Sehun yang kini merasa bersalah.

"Sojeong, aku minta maaf."

"Kenapa harus minta maaf? Disini kita sama-sama salah, Sehun." kata Sojeong yang sekarang sudah menatap Sehun. "Tapi semalam Eunwoo datang ke rumah, dia bilang ibunya akan memberi ijin untuk kita menikah asal Naeun ikut denganmu nantinya."

"Sebenarnya Eunwoo sudah melarang aku untuk mengatakan ini padamu. Dia ingin mencoba untuk membujuk ibunya lagi agar mau menerima Naeun juga, tapi aku rasa itu akan sulit." lanjut Sojeong.

"Aku mengerti Sojeong. Sekarang waktunya kau untuk bahagia juga. Aku juga ayahnya Naeun jadi aku juga wajib untuk merawatnya bukan." kata Sehun kemudian pria itu tersenyum. "Mungkin ini juga sudah saatnya untuk Naeun tahu jika Irene juga ibunya."

"Tapi nantinya aku masih bisa bertemu dengan putriku kan?"

"Tentu, kau yang sudah melahirkan dan merawat Naeun selama ini. Mungkin setiap weekend kau bisa mengajaknya menginap di rumahmu nanti." kata Sehun dan Sojeong hanya bisa mengangguk. Cukup berat untuk pisah dengan putrinya yang selama ini selalu ada di dekatnya.

-

-

"Hati-hati sayang." ujar Sehun yang membantu Naeun untuk turun dari mobilnya. Gadis kecil itu tersenyum lalu menatap bangunan mewah di depannya. "Naeun suka rumahnya?"

orang ketiga ; hunreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang