"Dara?"
Dara tertegun, ia alihkan pandangannya "sedang apa anda disini?" Dara berbicara seolah bertemu dengan orang lain.
Ayahnya tersenyum "Sudah lama tidak bertemu, Dara"
"Jangan sebut nama saya dengan mulut kotor anda" Dara menatap tajam David.
David tersenyum kaku "Mana ibumu?"
"Saya tidak peduli"
Dara pergi, meninggalkannya David yang masih terdiam, "Saya tetap ayahmu Bulan! Saya juga tetap ayah Bintang!"
Dara terdiam, langkahnya terhenti "Lupakan, itu sudah terlambat"
"Dara!"
Dara berbalik, "Sudah saya katakan, anda bukan lagi ayah saya!"
"Dengarkan ayah dulu Dara"
"Saya sudah tidak peduli, perasaan saya sudah mati semenjak anda memisahkan saya dengan kak Bintang" Dara berlari, tidak lagi berbalik melihat ayahnya yang masih mematung.
"Brengsek" ucapnya samar.
"Lagi apa?" Davian tersenyum, seraya menyodorkan ice cream "Buat dinginin perasaan lo"
"Gue ngga peduli"
"Ini"
Dara berdiri dan pergi.
"udah ketemu ayah lo?""Bukan urusan lo, gue permisi"
Davian membuntuti dari belakang, "Kira-kira dimana ya Bintang?"
"Tau apa lo soal kakak gue?"
"Bintang itu Deva"
Dara menghentikannya langkahnya "Stop ngatain yang aneh-aneh di depan gue"
"Bukannya masuk akal? David-Dania-Deva-Dara-Derel?"
"Huruf depan nama seseorang sama sekali ngga ada hubungannya, bukannya lo juga sama? Davian?"
"Benar. Banyak rahasia di keluarga gue, terutama ayah gue. David"
Dara menatap Davian "Siapa?"
"David. Ayah lo, ayah gue, ayah Deva, ayah Derel"
"Ngga masuk akal"
"Sebab itu, gue tau Bintang itu Deva"
"Gue lagi banyak masalah, oke. Meningan lo pergi dan jangan ikutin gue!"
"Suatu saat lo bakal nyesel ngga dengerin perkataan gue"
Daraacantik
Bisa ketemu?Deva mengernyit,
Devaaganteng
Mau ngapain?Deva
Mau ngapain?Dara menendang keras tong sampah di pinggirnya
Daraacantik
Ngga bisa ya lo datang doang?Deva tersenyum
Deva
Oke, dimana?Daraacantik
Warung biasaDeva bergegas, ia ambil jaket dan menuju parkiran motor. Ia menancap gas seraya wajahnya yang tersenyum bahagia.
Ia tersenyum melihat punggung Dara,
"Ada apa Ra?"Dara tersenyum samar "Lo ngga ada perasaan sama gue kan?"
Deva terdiam, "Tiba-tiba?" Ucapnya sambil duduk disamping Dara.
"Iya atau ngga. Lo Bintang?"
Deva tersenyum kikuk "Gue Deva, bukan Bintang"
"Siapa nama ayah lo?"
"Bayu"
"Gue serius"
"Gue juga"
Dara menatap mata Deva "Lo ngga bohong?"
Deva menggeleng.
Dara menghembuskan nafas lega "Dasar Davian ngga waras" ucapnya sembari menyeruput secangkir kopi.
"Ra"
"Apa?" Dara meletakan gelasnya diatas meja.
"Gue ada rasa sama lo"
Dara tersenyum samar "Lo bercanda ya?"
"Gue serius" Deva menatap mata Dara dalam-dalam.
Dara canggung,
"Ini perbuatan gila yang pernah gue lakuin"
Dara mengernyit,
"Gimana perasaan lo sama gue?"
"Ngga gimana-gimana"
"Serius Dara"
"Bukannya lo yang bilang kalau gue ngga boleh suka sama lo? Alih-alih lo bilang 'kita ngga akan pernah bisa bersatu' atau apalah itu" Dara membalas tatapan Deva.
"Kita langgar janji bareng-bareng"
"Lo mau ngapain?"
"Kita pacaran"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu ikatan
RomanceAku dan dia berada dalam satu ikatan yang awalnya sama sekali tidak terduga. Satu ikatan yang menarik kami dalam fase keraguan dan kebingungan. Kami berada dalam titik ingin keluar tapi terlanjur masuk kedalam jurang yang telah kami buat sendiri. ...