"Hm, sebenarnya, tidak ada apa-apa atau berkas kerjasama didalam ruangan itu."
Hyun Ji menganga, menggenggam pinggiran kotak buburnya erat, ia sudah sangat naik pitam. Apa katanya tadi? Tak ada apapun didalam ruangan itu? Astaga, bahkan Hyun Ji hampir mati didalam sana.
"JIMIN!"
Jimin mengusap tengkuknya yang tak gatal sambil sesekali meringis.
"Aku sudah hampir mati disana dan kau bilang dengan santainya tak ada apapun didalamnya?!"
"Ya, aku tidak tahu kalau hal itu akan terjadi."
Jimin tetaplah Jimin, manusia berhati batu yang akan berusaha bersikap biasa saja bahkan ia hampir menghilangkan nyawa seseorang.
Hyun Ji menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba mengontrol emosinya. Ia lupa jika yang ia bentak ini bos barunya, sekonyol dan sekejam apapun Jimin ia tetap akan mempertahankan pekerjaan barunya bahkan ia hampir mati sekalipun.
Dasar Hwang sialan Jimin.
Hyun Ji diam kembali, menenangkan hati dan pikirannya yang terus menerus ingin sekali mencabik-cabik wajah tampan bosnya itu. Matanya lurus ke depan, walaupun ia sangat kesal tapi tetap saja Jimin juga menolongnya tadi.
Sesekali Hyun Ji membayangkan jika saja tadi Jimin tak datang untuk menyelamatkannya. Setidaknya Jimin masih punya hati yang digunakan untuk berbuat kebaikan.
"Maaf" ucap Jimin lagi. Bagaimanapun hatinya tetap menceracau, apa yang akan terjadi pada dirinya dan karirnya jika berita sekretarisnya meninggal di gudang berkas akibat dirinya terjadi.
Hyun Ji menghela nafasnya kasar untuk kesekian kalinya. Bagaimanapun Hyun Ji masih sedikit shock dengan kejadian barusan.
Dengan sedikit mengkerut kan kening Hyun Ji bertanya, "maaf untuk apa?"
"Hm? Untuk kesalahan yang telah ku perbuat karena hampir membuat mu kehilangan nyawa."
Hyun Ji menoleh, "tak apa, lain kali jangan lakukan itu lagi."
Jimin menunduk, perasaannya sangat bersalah memang.
"Kau tahu? Aku setuju dengan pernyataan mu yang mengatakan bahwa seseorang harus belajar disiplin dengan waktu. Aku juga memaklumi dirimu yang terus-menerus mengganti sekretaris karena mungkin kau ingin mencari yang terbaik. Tapi, apakah kau tahu? Ada beberapa hal yang tidak akan bisa kita lihat baiknya jika caramu mencari tahunya dengan cara yang bahkan bagiku tidak manusiawi." Ada sedikit jeda dan hembusan nafas ringan sebelum Hyun Ji meneruskan kalimatnya.
"Kau mungkin memang ingin mencari tahu, seberapa kuat dan seberapa gesitnya seseorang yang akan bekerja denganmu. Tapi, kau juga harus tahu batasanmu. Sesekali kau harus menempatkan posisimu disisi mereka, walau aku tahu kau mungkin lebih baik, tapi setidaknya kau harus sadar bahwa setiap orang memiliki kemampuannya yang berbeda-beda, memiliki kinerja yang belum tentu sesuai dengan kemauanmu. Kuharap, dengan kejadian ini membuatmu sedikit belajar."
Hyun Ji menunduk setelah selesai mengatakan kalimat panjangnya. Matanya menatap lantai marmer ruangan ini, ada sedikit penyesalan didalam hatinya karena ia rasa telah lancang mengajari Jimin. Tapi segenap rasa lega mengalahkan rasa penyesalannya. Akhirnya ia bisa mengatakan ketidak nyamanan akan sikap Jimin dengan sangat lancar, tak ada bantahan atau bentakkan dari yang sekarang ia jadikan sasaran.
Jimin pun sama, ia menatap Hyun Ji yang telah selesai bicara. Jimin mencoba menyerap baik-baik kalimat Hyun Ji, merasa apa yang dikatakan Hyun Ji ada benarnya oleh karena itu ia tak berani memotong kalimat Hyun Ji. Ia berpikir mungkin ia memang butuh pencerahan juga dari orang lain.
Dan kini ia dapat, ia dapat sebuah tamparan yang ditampilkan lewat kejadian yang menimpa Hyun Ji dan kalimat panjang lebar Hyun Ji. Semuanya di dengarkan dengan seksama oleh Jimin. Mencoba mengerti apa maksud Hyun Ji mengucapkan itu. Ia sadar bahwa ia memang telah kejam memberlakukan mantan-mantan sekretarisnya. Entah kenapa, tapi hatinya bertekad untuk tidak melakukan itu lagi, terutama pada Hyun Ji.
Satu hembusan nafas keluar dari mulut Jimin. Ia berdiri dan beranjak dari ruangannya ini. Ia butuh sedikit penyegaran beberapa waktu.
"Aku keluar sebentar saja. Kau boleh istirahat selama aku pergi, aku pergi tak lama lagipula, masih ada beberapa berkas yang harus aku cek detailnya."
Hyun Ji berdiri, menatap Jimin yang berbicara memunggunginya.
"Biar aku saja yang mengerjakan itu."
Jimin berbalik menatap Hyun Ji, ia menggeleng, "aku menyuruhmu beristirahat. Jika kau memang bersikeras ingin mengerjakannya, tunggu sampai aku kembali. Gunakan waktu ini untuk mengembalikan tenaga mu. Aku tahu kau belum tidur dengan cukup dari semalam."
Jimin kembali berbalik mengarah kearah pintu, "aku pergi."
"Nee."
Saat Jimin telah hilang dari balik pintu itu, Hyun Ji bernafas dengan sangat lega. Akhirnya ia diberi keringanan untuk beristirahat. Tiba-tiba rasa bersalah menghantui dirinya, "apa dia marah karena aku berbicara seperti barusan?"
Namun Hyun Ji segera menepis pikiran buruknya, "jika ia marah, ia tak akan membiarkan ku istirahat kan?"
Hyun Ji tersenyum, ia menjatuhkan bokongnya diatas sofa empuk itu. Membaringkan badannya dan memejamkan matanya. Ia memang sangat mengantuk dan ia butuh untuk terlelap setidaknya satu jam saja. Semoga Jimin tidak kembali dalam waktu setidaknya ya, satu jam.
****
Jimin mengusap wajahnya kasar, apa yang baru saja ia lakukan? Ia hampir saja menghilangkan nyawa sekretaris barunya.
Jimin menegak segelas wine nya lagi, baru kali ini ia benar-benar se khawatir itu akan hidup seseorang. Bukan, bukannya Jimin seorang psycho, tapi..
Ah, entahlah susah dijelaskan.
Jimin mengacak rambutnya, melonggarkan dasinya dan menatap sekitar. Dia harus apa untuk menebus kesalahannya pada Hyun Ji. Hyun Ji tak boleh sampai membocorkan kejadian ini pada ibunya. Jika saja iya, sudah pasti jabatannya akan segera dialihkan kepada sepupunya itu. Jeon sialan Jungkook.
Jimin meletakkan gelas wyne nya dan membuka matanya lebar-lebar. Setelah satu tegukan terakhir meluncur ke tenggorokannya, Jimin berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya. Ia harus melakukan sesuatu agar Hyun Ji bisa menutup mulutnya.
"Ah, Hyun Ji suka makan."
Kalimat itu pelan keluar dari mulut Jimin. Dengan merapikan kembali pakaian dan rambutnya, Jimin bergegas pergi dari tempat itu dan membeli beberapa makanan yang akan Jimin buat sebagai jamuan special penutup mulut untuk sekretaris barunya itu.
***
WEWWWWWW LAMA BANGET INI TERLANTAR YA.. YAUDAH SAMPAI SITU DULU YA, BESOK LAGI WKWKS..
BTW, YOURS MINE GANTI COVER YUHUU
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours{}Mine
Fanfiction"Kau milikku, aku milikmu" . Hwang Jimin, pemilik perusahaan properti terbesar di seluruh dunia, manusia tempramental dan tidak pernah percaya akan hadirnya cinta, namun akhirnya terjebak bersama sekretaris ke-sekiannya dalam kisah cinta yang berakh...