Time has molded me to this standard
I'm looking for the beauty I couldn't find in past days~3RACHA~
•
Gina Keilani Fronza, gadis yang rambutnya dikepang kecil-kecil kemudian hasil kepangnya dibuat kuncir dua itu membuatnya terlihat seperti bukan gadis baik-baik. Belum lagi ia memakai jeans hitam yang sobek di bagian lutut. Dan kaos putih bercorak hitam pekat yang ketat. Karenanya, dandanan yang mencolok itu mengundang tatapan dari beberapa pengunjung di salah satu mal besar di ibukota. Seakan tak peduli Gina tetap melangkah ringan memasuki salah satu toko yang paling sering didatangi gadis-gadis hanya untuk melihat-lihat. Stroberi adalah apa yang tertulis di atas pintu masuk.
Usai memilih beberapa pasang anting-anting yang paling cantik menurutnya. Ia membawa benda itu ke kasir untuk dibayar. Sesaat setelah dia mengeluarkan kartu kreditnya. Ponsel di sakunya berdering menyanyikan salah satu lagu terbaru Brian One.
"Babe, where are you?" Suara yang ia dengar ketika mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Mall" jawab Gina. Ia menerima barang dan kartu kreditnya dari kasir. Lalu melangkah keluar dari sana.
"Kau melupakannya lagi. Bukankah aku memintamu untuk datang. Bahkan aku sudah mengingatkanmu tadi pagi"
"Maaf"
"Kau tau aku menunggumu. Untung saja manajer tidak memarahiku karena terus mencarimu diantara penonton hampir membuatku hilang fokus di depan presenter nya. Dan ternyata dirimu beneran tidak ada sampai akhir acara. Tak kusangka kekasihku begitu jahad."
Gina tertawa pelan membayangkan wajah murung nan imut milik kekasihnya ketika mengatakan itu. Ia tidak menjawab. Gadis itu mengubah posisi hape ke telinga yang satunya lagi dan menyetop taksi biru yang lewat. Sesuatu hal yang mulai jarang dilakukan orang-orang semenjak lahirnya taksi-taksi online.
Gina masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku penumpang. Menyebutkan alamat tujuannya pada supir. Lalu bersandar dengan nyaman pada jok mobil.
"Kau sudah di jalan pulang?"
"Yap" jawabnya. Matanya fokus pada gedung-gedung yang perlahan menjauhinya.
"Babe, aku sudah di bandara. Besok harus manggung di Bali"
"Safe trip and enjoy" ucap Gina tulus.
"Mana bisa aku enjoy. Kalo disana cuman untuk kerja bukan liburan. Apalagi kalo tanpa kamu"
Gina tertawa lembut kemudian diam memilih untuk tidak menanggapi lebih lanjut.
"Kalau begitu kabari aku jika sudah sampai ya. Aku tutup dulu. I love you"
"I lov-" tut.
Sambungan terputus bahkan sebelum Gina sempat menyelesaikan ucapannya. Ia mendesah malas. Selalu seperti ini. Mengapa Brian yang dia kenal tidak pernah lagi semanis dulu. Ia sering mendengar bahwa pasangan akan berubah seiring berjalannya waktu. Dan Gina tidak mempermasalahkan itu. Ia dan Brian seorang manusia. Adalah sesuatu yang wajar bila seorang manusia berubah.
Sifatnya, maksud Gina. Bukan seseorang yang berubah menjadi pahlawan super seperti di film-film.
Yang ia permasalahkan adalah bagaimana Brian memperlakukannya seolah itu masih sama. Sekaligus juga berbeda. Sampai Gina kadang merasa dirinya tidak mempunyai pacar. Ia paham dengan kesibukan seorang Brian. Begitu paham sampai memilih untuk pergi kemana-mana sendiri disaat ada seseorang yang bisa diminta untuk menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Placebo Effect
RomanceGina menyadari bahwa kebanyakan orang akan merasa jika terjebak dalam cinta masa lalu adalah hal yang menjengkelkan. Belum lagi dengan julukan 'si gagal move on' yang kerap disandingkan di belakang nama. Tetapi Gina tidak sependapat, buktinya diriny...