Pertumbuhan

9 1 0
                                    


Bi inah selalu mengajari non cantik tentang banyak hal, dari mulai agama, sosial, budaya bahkan pelajaran hidup yang selalu non cantiknya itu dapatkan.

Hari makin hari.

Taun demi taun.

Banyak hal yang selalu dipelajari oleh non cantiknya itu, dia jadi banyak belajar tentang bagaimana menanggapi sesuatu hal. Bahkan dia sudah profesional dalam hal #dirumahaja dia tak pernah sedikitpun bertemu dengan orang lain selain dari bi inah, pembantunya yang lain, pak satpam, dan kedua orang tuanya yang tak pernah menganggapnya ada.

Non cantik tumbuh menjadi wanita tegar, sabar meskipun dia belum tau apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya. Dia belum sepenuhnya mengerti tentang hidupnya karena bi inah tak pernah mau menjelaskan, bi inah selalu menghindar ketika ditanya oleh non cantiknya itu. Non cantik tak seperti remaja2 lain yang hidup dengan canda, tawa, kasih dan sayang. Bahkan internetpun dia tak tahu. Yang dia tau hanyalah belajar, memasak, bermain, melamun tidak lebih dari itu.

Non cantik itu sekarang sudah berusia 12 tahun, memang dia tidaklah cantik. Dia hitam, dan rambutnya agak keriting. Inilah alasan kedua orang tuanya tak mau menerima non cantik, karena mereka tak mau ada turunan hitam di keluarga mereka meski non cantik itu tidak hitam pekat tapi memang dia hitam. Karena keluarga non cantik itu semua berketurunan putih tak ada yang hitam sedikitpun bahkan warna kulit sawo matang pun tak pernah terlihat di keluarganya.

"Bi inah, aku ada sesuatu buat bibi" katanya sumringah.

"Apa itu non cantik" kata bi inah penasaran.

"Taraaaaa" sambil menyodorkan sekuntum bunga mawar merah.

*nyanyi dulu guys
Sekuntum mawar merah syalalala
Yang kau berikan kepadaku syalala
Diwaktu itu....

Oke skip

"Apasi non cantik ini, bikin bibi malu aja" kata bi inah tersipu malu.

"Ini buat bi inah tersayang" katanya sambil mencium dan memeluk bi inah.

"Terimakasih cantiknya bibi" kata bi inah.

Tak lama kemudian, suara klakson mobil sangat nyaring terdengar. Non cantik sudah tau bahwa itu adalah suara mobil kedua orang tuanya, dia berlari sekencang2nya agar sampai di depan rumah. Walaupun dia tau setiap kali dia tersenyum dan menyapa akhirnya selalu sama.

"Assalamualaikum, mah pah" sambil tersenyum riang.

"Minggir" ucap ibunya dengan wajah yang sangat kesal.

"Ngapain si disini, sanah ke dapur sama bi inah" kata ayahnya lagi.

"Siap yah" katanya lesu.

"Sudi gue dipanggil ayah sama lu" kata ayahnya sambil berlalu.

Bi inah pun segera menyusul ia tau persis apa yang terjadi, karena setiap hari selalu begitu dan selalu terjadi.

Bi inah mendapati non cantiknya sedang menangis lalu bi inah menghampirinya.

"Bibi kan sudah bilang beberapa kali, non cantik disini aja sama bibi. Non cantik kan kesayangannya bibi" kata bi inah menenangkan.

"Kenapa yaa bi hiks.. mamah hikss sama hiks.. papah ga pernah nganggap aku, aku ini sebenarnya anak mereka atau anak bibi" katanya sesenggukan.

Jleb.
Bi inah seperti dihantam oleh batu keras, dia bingung harus menjelaskan darimana. Dia ragu harus memulainya darimana, non cantik masih terlalu muda untuk tau semuanya bi inah takut akan mentalnya nanti bagaimana setelah tau apa yang sebenarnya terjadi.

***
YaAllah tu ibu sama bapa macam apa yak, belum tau rasanya dikutuk sama readers😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tak Pernah SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang