Aku

22 3 2
                                    


Umurku masih belia, percaya atau tidak umurku masih 5 tahun namun perasaanku sudah seperti orang yang berusia belasan tahun atau bahkan puluhan tahun. Ya! Inilah aku gadis kecil yang tak pernah diharapkan oleh keluarga besarnya sendiri, bahkan hampir dibuang dan ditelantarkan namun tak jadi mungkin mereka masih punya jiwa kemanusiaan.

Beruntungnya kalian yang dianugerahkan sebuah nama oleh kedua orang tuanya, nama adalah doa dan bukti kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Mungkin karena orang tua ku tak pernah menyayangiku atau bahkan menginginkanku hingga akhirnya mereka lupa. Lupa untuk sekedar memberiku nama, aku hidup tanpa nama tanpa kasih dan sayang.

Namun aku masih belum tersadar akan hal itu, maklum umurku baru 5 tahun aku belum mengerti apa2 mungkin ibu dan ayahku hanya sedikit sibuk saja. Mereka sibuk untukku, walaupun mereka tak pernah mengajakku makan di meja yang sama namun mereka suka memberiku makanan asal mereka sudah selesai makan. Mungkin mereka tidak ingin diganggu makan olehku jadi aku hanya bermain saja di taman belakang sambil menunggu mereka selesai makan lalu giliranku makan bersama bi inah walaupun perutku sudah sangat keroncongan sekali.

Bayangkan saja anak umur 5 tahun harus menanggung beban seberat itu, anak lugu dan lucu harus menunggu berjam-jam hanya untuk menunggu makanan. Anak yang belum mengerti tentang apa itu artinya sebuah nama, bahkan bi inah pun hanya memanggilnya dengan sebutan kecil "non cantik" begitu setiap kali memanggil anak kecil itu.

Bi inah adalah salah satu pembantu dirumahnya, cuman dia yang dengan tulus merawat dan menyayangi non cantiknya itu. Dia tak pernah mengakui dirinya adalah ibu dari non cantiknya itu walaupun sering nyonya besar menyuruhnya untuk berpura-pura mengakui saja bahwa dia adalah ibunya. Namun bi inah tidak mau dia tetap bersikukuh kalau ibunya itu adalah nyonya besar hingga akhirnya nyonya besar pun sudah tidak peduli lagi dengan semua tentang non cantik itu.

Bi inah seringkali melihat non cantiknya itu menangis, menangis sendirian dengan sesenggukan. Lalu bi inah menghampirinya dan memeluknya.

"Non cantik ko nangis si, liat tu bunganya pada layu kalo non cantik nangis. Cantiknya kan ilang" kata bi inah sembari menunjuk sekuncup bunga mawar putih yang sedikit layu.

"Kenapa ci bi, mama gamau matan cama aku. Akukan mao matan cama mama cama papa, aku mau dibacain buku celita kalo mau bobo, dicium jidatnya kalo mau bobo" katanya sambil terus menangis.

"Mamah sama papah non cantik kan sibuk kerja buat non cantik, non cantik sama bi inah aja dibacain sama dicium jidatnya yaa" kata bi inah sambil membelai rambut non cantiknya.

Sesekali bi inah menangis, tak tega melihat anak sepolos dan selugu itu ditelantarkan oleh ayah dan ibunya. Namun apalah daya non cantiknya belum mengerti, bi inah masih harus menunggu sampai non cantiknya nanti paham biarlah seperti ini dulu.

***
Hallo readers!
Ini baru part pertama dan aku berhasil di 450 kata.
Semoga kalian suka dan seneng sama ceritanya, eitsss tahan dulu air matanya tahan dulu mellownya. Part selanjutnya bakal bikin kalian lebih mellow lagi😂

Tak Pernah SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang