3. Gargantara

74 13 7
                                    

Gargantara, sebuah pulau melayang yang megah, ramai, dan damai. Tak ada kesedihan disana, semua didesain sempurna. Makanan tanpa batas, air bersih berlimpah, semua orang hidup berkecukupan. Tak ada rasa iri antara satu orang dengan yang lainnya. Pulau ini memiliki satu raja yang sering disebut "Sartra" yang berarti sejahtera dalam bahasa mereka. Sedangkan rakyat disebut "artrap" yang berarti damai.

Disanalah seorang manusia dari bumi entah bagaimana tersesat, tanpa tahu apapun tentang Gargantara. Ia sudah berulang kali mencoba untuk bicara kepada para rakyat disana, namun tak berhasil. Mereka sama sekali tidak mengerti bahasa manusia.

Tidak butuh waktu lama, menyebarlah kabar itu keseluruh Gargantara. Bahwa ada artrap yang tidak bisa berbahasa. Mendengar hal ini, sang raja memberi perintah kepada para prajurit untuk mengundang orang itu ke istana.

"Selamat datang di Gargantara, perkenalkan saya adalah pemimpin disini," ucap sang raja.

"Terimakasih, perkenalkan namaku Tara. Sepertinya engkaulah satu-satunya yang bisa bahasaku disini."

"Tentu, dulu ada seorang manusia selain dirimu yang pernah kesini, semenjak itu kami membuat sebuah ramuan agar aku bisa berbicara dengannya. Jadi, ada urusan apa engkau kesini?"

"Aku menemukan sebuah pintu aneh bertuliskan 'kebahagiaan' di dalam gua. Karna penasaran, aku mencoba membukanya. Kemudian, disinilah aku sekarang"

"Jadi kau datang untuk kebahagiaan?"

"Mungkin iya."

"Baiklah, aku beri waktu untukmu tinggal di pulau ini selama 7 hari, pertama-tama minumlah ramuan ini agar kau bisa berinteraksi selama disini."

"Baiklah."

Semenjak itulah, Tara memulai kehidupan yang bahagia disana, makan berkecukupan, tidak perlu bekerja, rakyat yang ramah. Berbanding terbalik dengan kehidupannya selama di bumi, yang setiap manusia menjauhi dirinya karna tidak memiliki kekayaan apa-apa. Terkadang, ia harus puasa beberapa hari karna tak punya makanan.

6 hari tak terasa sudah berlalu, waktunya di pulau ini sudah tidak banyak lagi. Tara gelisah, ia takut kembali lagi ke bumi. Ia sudah sangat bahagia disini, ia tidak mau miskin lagi.

Akhirnya, setelah sekian lama ia merenung dalam gelisah, ia membuat keputusan berbahaya. Ia mencuri makanan dan perhiasan kemudian menyimpannya kedalam sebuah tas. Sehingga ketika dia pulang, dia tetap membawa harta agar ia menjadi orang kaya di bumi nantinya. Dikarenakan selama ini jarang sekali terjadi pencurian di Gargantara, ia bisa lolos dari pengawasan orang-orang dengan mudah.
Hari ketujuh telah tiba, Tara kembali dipanggil ke istana.

"Halo Tara, bagaimana kehidupanmu disini?"

"Luar biasa, aku sangat betah disini, aku sangat bahagia, berbeda dengan kehidupan yang ada di bumi."

Raja pun tersenyum, kemudian ia mengeluarkan sebuah kertas dan pena.

"Bagus kalau begitu, dan sekarang, aku akan memberimu pilihan. Jika kau bersedia untuk menandatangani pernyataan ini, bahwa kau rela mengabdi kepada Gargantara. Kau resmi menjadi penduduk dari pulau ini. Apakah kau bersedia?"

Tara sangat terkejut, ia sangat bahagia. Dengan cepat ia mengambil pena dan kertas dari sang raja.

"Tentu aku bersedia," ucap Tara sambil tersenyum senang.

Ketika itu pula para raja, dan para pengawal raja bertepuk tangan menyambut Tara.

Sesampai di kediamannya, Tara memang senang, namun ia tetap merasa gelisah, karna ia sudah terlanjur mencuri kemarin. Ia pun pergi ke pinggiran pulau dan berniat membuangnya.

Tepat saat ia ingin menumpahkan barang curiannya, dua orang prajurit menangkap basah kelakuannya. Ia pun langsung dibawa ke istana.

Kali ini raut muka sang raja sangat berbeda, keramahannya hilang, seolah ia berbeda dengan pemimpin yang kemarin dilihat oleh Tara.

Dengan tegas, ia bertanya.

"Apakah engkau mencuri, wahai Tara."

"Tidak, saya tidak mencuri," ucap Tara.
Seketika seluruh tubuh Tara langsung merasakan sakit yang luar biasa.

"Kau bodoh Tara, semenjak engkau menandatangani surat perjanjian, engkau sudah diberi mantra agar tidak bisa berbohong. Itulah sebabnya dunia ini damai, karna kami tidak bisa berbohong sepatah kata pun. Prajurit! bawa dia untuk dieksekusi. Sekarang juga!"

Eksekusi pun diadakan hari itu juga, rakyat sangat terkejut dengan kelakuan Tara, tak menyangka dibalik sifat baiknya ia berniat untuk mencuri. Bagi mereka, mencuri adalah tindakan yang sangat tidak terpuji, sehingga pelakunya harus dihukum mati.

Written by Orekasa

April Project - FantasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang