"Bianca!"
Perempuan dengan postur tubuh tinggi dan wajah yang dipoles make up cukup tebal menoleh.
"Ada apa, Zye?"
"Lo hari ini sibuk, gak? Gue mau ngenalin lo ke salah satu temen gue," ucap Zyera yang membuat Bianca mendecak malas.
Namanya Bianca Vallerya Halder, putri tertua dari Raja dan Ratu Halder. Bianca adalah seorang penyihir muda yang menyembunyikan identitasnya baik-baik.
"Kenapa harus gue yang lo ajak? Kan temen lo ada banyak. Bisa tuh sesekali ngajak Fisha," Balas Bianca ketus.
Bianca diutus oleh kerajaan penyihir untuk menemukan seorang pembelot di Prancis. Bianca juga berusaha membaur dengan kondisi di negara bagian Eropa Barat ini.
"Gak sudi gue ngajak Fisha!" Zyera memutar bola matanya malas.
" Lo baik, kan? Kalo gitu, lo harus temenin gue," Tanpa aba-aba, Zyera menarik paksa tangan Bianca.
"WOI! NARIKNYA PELAN-PELAN!"
-•--•--•--•-
"Bianca, kenalin, ini Gavier Aghalla, temen gue dari Sekolah Dasar." Fya mengenalkan Bianca ke Gavier. Senyum tipis tidak pernah luntur dari wajahnya.
"Bianca. Salken," Bianca mengulurkan tangannya yang tidak dibalas oleh Gavier.
Melihat kegugupan Bianca, Fya segera memberi instruksi untuk menurunkan tangannya."Gak papa, Bi. Gavier emang kayak gitu. Dingin," bisik Fya di telinga Bianca.
Bianca hanya mengangguk pelan.
"So, apa tujuan lo nyuruh gue ke sini?" Gavier menyandarkan punggunggnya ke sandaran kursi.
Fya dan Bianca sontak menoleh. "Eh, itu.. gapapa. Gue cuma mau ngajak lo aja," ucap Fya gugup.
Gavier mengendikkan bahunya malas. "Kalo gak ada yang penting, gue pergi aja. Bye,"
"Eh, m..maksud gue, Bianca mau ngomong sesuatu ke elo,"
Mata Bianca membola. Tidak mungkin dia mengajak bicara seseorang yang baru lima lalu ia kenal!
"Oke. Gue juga punya sesuatu buat diomongin," Gavier menaruh kembali tas ransel yang tadi bersanggar di punggunggnya.
Fye tersenyum lebar. Gavier tidak jadi pergi, maka rencananya bisa berjalan baik.
"Silahkan, gue mau pergi dulu," Fya bangkit dari tempat duduknya.
Bianca bisa meninjau dari raut wajahnya bahwa Gavier sekarang lebih lega. Tetapi, kondisi Gavier bertentangan dengan kondisi Bianca.
"Oh. Namamu Bianca, bukan?" Tanya Gavriel.
Bianca mengangguk kecil.
"Gue kayaknya pernah ngeliat elo, deh," Gavier menilik Bianca dari atas ke bawah.
"Hm.. tubuh tinggi, wajah dengan pipi menggembung, juga mata biru terang...,"
Bianca meneguk salivanya.Apakah identitasnya akan terbuka sekarang?
"Eh, kayaknya salah orang. Sorry,"
Bianca mendecak. "Lo bikin gue takut, tau,"
"Oh. Elo pasti Bianca Vallerya, putri sulung si brengsek Halder itu, kan?" Bianca yang sebelumnya bernapas lega kini kembali menegang.
"M..maksudnya? Gue gak ngerti," Bianca berusaha menunjukkan bakat aktingnya yang terpendam.
"Gak usah pura-pura. Lo pasti diutus ke sini buat-" Gavier tidak bisa melanjutkan perkataannya karena mulutnya dibekap. Mata Bianca memelotot tajam.