"Sah?"
"Sah."
Kebahagiaan meletup-letup di dada semua orang, kegugupan serta ketegangan pun sudah berlalu. Senyum pun tak pernah terlepas.
Pernikahan bernuansa Jawa diiringi bunyi gamelan serta kebaya yang digunakan, semakin membuat pernikahan ini bak keluarga keraton.
"Capek." Tani -- Mempelai wanita -- mengayunkan kedua kakinya yang terbalut heels berwarna creem.
Titania Mahsaeya atau yang akrab dipanggil Tani, adalah keturunan Jawa dan Madura. Sedari kecil Tani sering berpindah-pindah tempat tinggal.
"Mau aku pijatin?" Tatapan lembut dan senyum menenangkan tersungging hanya untuk Tani seorang.
"Jangan ah, nanti diliatin orang. Masa di acara nikahan, si mempelai pria jadi tukang pijat dadakan?" Tani berusaha menahan senyum gelinya
"Jangan di sini," Mendekatkan dirinya ke telinga Tani, berbisik "Di kamar aja."
Pipi Tani merona "Apa sih? Jangan aneh-aneh." Tani memukul pundak suaminya.
"Pijat kan? Nggak aneh itu, udah sah."
"Katanya emang nggak aneh, muka kamu yang aneh. Mesum!"
Seketika tawa Sang Suami berderai, tetap menjaga sopan santun tentunya. Namun tetap saja, tidak melunturkan kharismanya.
"Selamat ya."
Tani dan suami sontak berdiri, bersiap menyambut undangan
"Oh, Ipul. Terimakasih ya." Tani memberikan senyum tulus pada pria di hadapannya. "Kak!" Tani menyenggol lengan Suaminya.
Tawa Ipul pecah saat melihat mempelai pria, menarik istrinya lebih dekat padanya. Terlihat romantis dan posesif. Belum lagi tatapan tajam yang diberikan.
Mempelai pria tersenyum sinis "Cih, nggak usah nutupin kesedihan dengan tertawa. Keliatan banget ngenesnya."
"Keliatan ya? Mau gimana lagi udah nunggu lama, eh.. Nggak jadi. Padahal udah dijodohin juga."
Tani merasakan pinggangnya diremas, walaupun tidak sakit. Tiba-tiba udara mulai menipis, Tani harus bertindak "Udahlah, Pul. Mungkin emang nggak jodoh, mau gimana lagi. Kak Raka juga nggak pake cara kotor, dia bersaing sehat."
Tito Raka Radittia--Raka--suami Tani adalah seorang keturunan Jawa dengan ibu dari Yogyakarta dan ayah dari Bandung. Raka merupakan pengusaha mandiri yang tinggal jauh dari keluarga dari lulus SMA, ia memutuskan untuk merantau. Semuanya Raka jalankan sendiri, mulai dari usaha hingga kuliah.
"Jangan sampe lu nyakitin dia, atau dia akan jadi milik gue! Camkan itu!" Ipul pergi begitu saja.
Kalimat Ipul terngiang di kepala Raka, ia takut menyakiti istrinya, pujaan hatinya, belahan jiwanya.
Tani memegang pundak Raka, meremasnya perlahan--menarik Raka dari lamunannya "Kak?"
Raka menghela nafas panjang, menatap sendu wajah cantik Tani "Kamu tau kan, aku.."
Tani mengangkat tangan, meletakkannya di pipi Raka "Shutt.." Ibu jarinya bergerak perlahan "Aku sudah mengambil keputusan, jadi aku sudah siap menerima konsekuensinya. Jangan pernah berpikiran yang aneh-aneh, ya.." Tani mengalihkan pandangannya, Raka mengikuti "Mereka percaya sama Kakak, menyerahkanku dengan sepenuh hati pada Kakak. Jangan buat mereka kecewa."
Di sana berkumpul para keluarga, aura kebahagiaan yang terpancarkan begitu kuat. Walaupun pernikahan dilaksanakan secara dadakan, pertemuan untuk pertama kali. Acara tetap terlaksana dengan meriahnya.