Bab II

433 42 1
                                    

Hai! Hai ada yang nungguin? Yang nungguin angkat tangan!

Jangan lupa vote dan komennya

Happy reading~

****

   Suara burung berkicau terdengar jelas dan merdu, mentari mulai terbit dari timur, pria yang kini tertidur di kasur itu mengeliat ketika tidurnya terganggu saat cahaya pagi menembus masuk.

"Nih anak, udah pagi gak bangun juga," ucap Rashin berkacak pinggang melihat putra satu-satunya yang tinggal bersamanya -satu karena yang lain udah pada punya pasangan- itu masih tidur dengan nyenyak.

"Alan anak Mama paling ganteng bangun ya," ucap Rashin dengan lembut.

"Alan masih ngantuk Ma, nanti aja lima jam lagi," ucap Alan membalikkan badan.

"Alan kalau kamu gak bangun sekarang Cia bisa-bisa diambil orang loh," ucap Rashin dengan nada lembut namun secara bersamaan kesal.

"Gak bakalan, kalau ada Alan mana ada yang berani, lagian Cia punya Alan," ucap Alan masih dengan mata terkatup.

Rashin tersenyum kesal anaknya ini benar-benar mirip dengan papanya sama-sama dingin sama-sama percaya diri tingkat dewa lagi.

"ALAN VEGAR RAFAILAH! bangun sekarang atau Mama siram kamu pakai air!" seru Rashin dengan marah namun tak diapik oleh anaknya itu.

Siraman air dingin tiba-tiba membasahi Alan membuat Alan sontak terbangun memandang kesal sang Mama yang menganggu tidurnya.

"Kok Alan disiram sih Ma, baru juga tidur," ucap Alan.

"Ya lagian kamu gak bangun-bangun sih, tapi ngomong-ngomong itu bukan Mama loh yang nyiram," ucap Rashin.

"Lah terus?" heran Alan.

  Rashin menunjuk kebelakang Alan membuat Alan menoleh mendapati Kenrich sang papa yang memandangnya santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Apa?" tanya Kenrich seakan-akan tak pernah melakukan kesalahan.

Alan menghembuskan napasnya kasar, kok dia gak bisa tenang sama sekali ya.

"Nah kamu udah bangunkan Lan, pasti gak ada tugas apa-apakan?" tanya Kenrich.

"Er...Alan ada tugas Pa," ucap Alan cepat, ia sudah tau gelagat sang Papa yang pasti menyuruhnya untuk mengurus perusahaan.

"Tugas apa emang? Kalau Papa hitung-hitung ya nih, bukannya hari ini, hari libur kamu?" tanya Kenrich membuat Alan mengaruk tekuknya yang tak gatal.

   Handphone Alan berbunyi membuat ketiganya menoleh pada handphone yang ada di meja samping tempat tidur, Alan segera mengambil handphonenya, siapapun yang menelponya ia sangatlah berterimakasih karena telah menyelamatkan dirinya.

   Rashin dan Kenrich saling pandang lalu sama-sama segera keluar kalau kayak gini yang pasti mereka gak akan dipedulikan sama Alan jadi mending mereka keluar membuat Alan tersenyum senang setidaknya dia terhindar dari bahaya saat ini.

Alan melihat nama 'Kurang adab' yang tertera dilayar handphone, itu nama yang ia beri pada Gerant, mata Alan menjadi cerah jika mengingat nama teman gilanya satu ini pastinya ada info baru yang akan ia kabarkan kan?

"Hallo Ger, gimana lo udah dapat laporannya?" tanya Alan dengan semangat.

"Gimana ya Lan ngomongnya, gue b-belum dapat, hehe," ucap suara Gerant disebrang sana cengengesan.

"Terus ngapain nelpon gue sih! Kan gue udah bilang kalau gak ada info gak usah nelpon gue," sewot Alan.

"Nah itu dia Lan, gue memang gak dapat Laporan tapi gue dapat info dari Bu Bos katanya laporannya dia titip sama si kembar," ucap Gerant.

Action Of A Panther [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang